Home / Artikel 4 Langkah Mengajarkan Anak Disiplin dan Sopan Santun

4 Langkah Mengajarkan Anak Disiplin dan Sopan Santun

4 Langkah Mengajarkan Anak Disiplin dan Sopan Santun

Review Buku Parenting

Kamis, 15 November 2018

"Seorang anak yang dibiarkan berperilaku kasar di rumah, biasanya akan bersikap sama di luar rumah." Carolyn Crowder-Psikologi Anak.

Pernah merasakan anak yang membangkang dan tak mau ikut kesepakatan ?

Pernah lihat anak yang tak mengerti sopan santun terhadap orang yang lebih tua?

Pernah kesulitan mengajarkan anak untuk disiplin?


Aiih, kebetulan ada buku  yang ngupas tentang anak membangkang dan 4 cara mengajarkan disiplin dan sopan santun. Buku terjemahan yang ditulis oleh pakar pendidikan dan psikologi anak ini membuka mata saya atas apa yang sebaiknya kita lakukan pada anak-anak yang butuh perhatian. Beberapa tahun yang lalu, saya mendapatkan kesempatan mengelola anak yang super duper di kelas. Tidak mau mengikuti kesepakatan kelas, selalu 'membantah', adu argumen dengan nada tinggi untuk anak seusianya dan melampiaskan kekesalan pada teman di kelasnya melalui fisik. Buku ini datang di saat yang tepat.  Isinya sangat praktis dilakukan oleh kita, pendidik atau orang tua. 160 halaman untuk buku parenting macam ini tak perlu waktu lama dibaca. Sekalipun buku terjemahan, penterjemahnya mampu menyederhanakan bahasa sehingga mudah difahami. Buku ini hadir karena sang penulis, Audrey Ricker dan Carolyn Crowder banyak sekali mendapatkan klien dengan tipikal anak yang sulit diatur. Penerbit Kaifa sebagai pemegang hak penterjemahan dan perbanyakan buku mampu membantu saya memecahkan masalah anak yang sulit diajak bekerja sama.


Buku ini dibuka dengan cara kita, para pembaca memanfaatkan isi buku dengan baik agar mampu diterapkan. Beberapa tips sederhana saat mengenalkan anak akan disiplin pun digambarkan di awal. Jadi kita semakin terbawa bahwa betul kita butuh buku ini untuk dibaca.  Ada yang unik loh, mak,  di setiap babnya, penulis selalu memberikan banyak sekali contoh kasus pada pembaca dan cara menjawab verbalnya. Lalu dijelaskan bagaimana cara pembaca mengenali potensi perilaku kasar baik secara verbal atau non verbal. Tak berhenti di situ, kita diajak untuk memikirkan solusinya seperti apa dalam setiap kasus yang dilontarkan. Baru di akhiri dengan input bagaimana baiknya mengelola disiplin pada anak. Aih, sudah paket lengkap lah kalau kita mau belajar mengenalkan cara mendisiplinkan anak.


Pertanyaan kemudian muncul, mengapa ya sikap kasar atau tidak sopan itu bisa muncul sewaktu-waktu pada anak?  Menurut penulis, penyebab anak bersikap demikian adalah sesuatu yang alamiah: anak tersebut sedang mencari cara untuk 'dianggap', untuk menunjukkan jati dirinya, ini gue nih. Anak akan terus mencoba mencari cara merebut perhatian kita, baik di rumah atau pun di sekolah.  Dan ternyata, penyebab tebesarnya adalah karena orangtua, yang nota bene adalah sosok dewasa yang terdekat dengan anak, kadang mencontohkan ketidaksopanan di hadapan anak, dengan berbicara kasar pada orang lain keluarga atau teman. Atau bahkan menggunakan kata-kata yang tak baik didengar. Penyumbang terbesar lain anak bersikap kasar dan tidak sopan adalah media massa, seperti televisi, permainan video games, film dan musik. Pernah mendapatkan berita tentang anak melakukan hal yang kasar karena meniru adegan di sebuah game kah, mak?


Buku ini menawarkan 4 langkah atau 4 program  untuk mengatasi ketidaksopanan atau perilaku kasar anak. Kalau dibaca, memang terlihat sepele atau mudah, tapi akan terasa berat bila konsisten dibutuhkan dalam menjalankannya. Berikut ini 4 langkah yang disarankan :

  • Kenali sikap membangkangnya 

Jika perilakunya itu melukai, mempermalukan, mengganggu atau membuat Anda atau orang lain merasa tak berdaya, itulah sikap membangkang.

  • Memilih konsekuensi yang tepat untuk perilaku tersebut.

Konsekuensi yang digunakan  untuk menghentikan perilaku tak sopan itu tidak dapat ditunda dan harus logis. Ini nih yang perlu banyak latihan. Bila konsekuensi logis sudah disampaikan dan disepakati, maka segera eksekusi tanpa tawar menawar. Megapa   demikian? Ada tiga alasan mengapa tawar menawar itu sia-sia saja. Menurut mereka berdua, tawaran itu akan memberikan anak pilihan. Tawar menawar itu memberikan si anak kekuasaan untuk menjadikan dia sebagai seorang negosiator. Saat situasi anak merespon dengan kasar, harusnya orang dewasalah yang memegang kendali, bukan anak- anak.

  • Melepaskan diri dari pergumulan perilaku anak. 

Kita perlu ruang bernapas untuk berpikiran jernih saat berada di situasi 'panas'. Demikian juga anak perlu berpikir dalam raungan dan rengekan tangisnya akan sesuatu. Kita perlu membebaskan diri sejenak dari perjuangan keras anak untuk mengubah pikiran kita.


Buku ini membuat saya jadi banyak ide terkait penanganan anak yang kasar, tidak sopan atau keras kepala. Ada bertaburan tips yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam menanggapi perilaku kasar anak. Tak hanya itu, di bab empat kita akan mendapatkan perlbagai dinamika mengelola perilaku pada anak dengan usia mulai 3 tahun sampai dewasa (usia kuliah). Apa yang harus kita ucapkan dan lakukan saat si 12 tahun mulai meradang, misalnya. Termasuk dikenalkan cara menghadapi orang dewasa yang tidak menyetujui sikap kita mentreatment perilaku tak baik pada anak. Ditekankan bahwa berurusan dengan orang-orang yang tidak sepakat dengan cara yang kita lakukan pada anak, kita butuh rasa percaya diri. Orang lain tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi di rumah atau kejadian sebelum kita melakukan treatment pada anak.  Dan buat Anda yang butuh mendokumentasikan proses, di buku ini pun dikenalkan bagaimana membuat buku kerja, bagamana sebuah kekuatan pada anak diolah. 


Yang saya suka, tak hanya tips dan penjelasannya saja, tapi di bagan terakhir buku ini, sang penulis memberikan banyak sekali referensi buku pengasuhan anak yang bisa kita baca.  Jadi, mengapa tak kota coba 4 langkah itu? Mau lebih detil tentang apa dan bagaimana, baca bukunya deh, mak. Daging semua isinya.

Ups, hampir lupa, jangan lupa dkunci dengan agama ya, mak, setiap kita melakukan perbaikan akhlaq pada anak-anak.

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial