Home / Artikel Belajar Bersama Kelas Bunda Sayang

Belajar Bersama Kelas Bunda Sayang

Belajar Bersama Kelas Bunda Sayang

Komunitas Ibu Profesional

Minggu, 26 November 2017

Game Level 1


Kita hidup itu salah satunya adalah untuk bermanfaat bagi masyarakat, karena di situ kita belajar bersosialisasi dan saling menguatkan satu sama lain. Bentuknya bisa bermacam-macam. Berkumpul dalam sebuah pengajian ibu-ibu, komunitas yang memiliki hobi yang sama atau mengikuti rangkaian kegiatan di lingkungan sekitar rumah. Saat bersosialisasi dibutuhkan keterampilan komunikasi yang baik. Kita akan belajar bagaimana menghadapi orang yang lebiih tua secara usia dari kita, akan menghadapi anak-anak yang terus berlarian saat ada acara bahkan kita juga akan mendapatkan pengalaman baru terkait komunikasi yang tidak lancar dengan orang lain. Itu kalau kita bersosialisasi langsung face to face dengan orang lain.


Saat ini zaman sudah mulai bergeser ke banyak hal yang praktis bin simpel. Bentuk komunikasi tadi, telah difasilitasi dengan alat yang bernama smart phone. Alat yang mampu mendekatkan yang jauh bahkan bisa menjauhkan yang dekat. Tak jarang kita melihat satu keluarga berkumpul dalam satu meja makan, namun semua asyik masyuk dengan smart phonenya bukan? Lihat deh gambar di bawah ini. Keadaan ini semoga tidak terjadi di rumah kita ya.

img-1511651817.jpg

www.digitalparenting.ie

ο»ΏKemudahan yang ada justru 'disalahgunakan' secara tidak sadar oleh kita. Saat anak butuh perhatian, kita asyik menjawab WA atau stalking di media sosial. Waktunya bercerita dan bercanda dengan anak, kita malah bercanda dengan orang lain di dunia maya. Segala kemudahan yang ditawarkan saat ini kalau tidak pandai mengelolanya bisa melenakan kita. Itulah salah satu alasan mengapa kemudian saya tertarik gabung dalam sebuah komunitas pembelajar, Institut Ibu Profesional (IIP). Sebuah komunitas yang diprakarsai oleh ibu Septi Peni yang mempunyai mimpi melalui tangan seorang ibu di rumahnya masing-masing lahir anak-anak hebat yang mampu membangun bangsa dan agamanya.


Media elektronik menjadi jembatan kami berhubungan, berkomunikasi antar kota, antar pulau antar negara dalam berkomunitas. Aturan yang ketat dalam mengelola waktu online menjadi daya tarik bagi saya pribadi untuk terus berada dan bergerak di dalamnya. Hingga satu saat mendapat kesempatan menjadi fasilitator kelas parenting bunda sayang skala nasional terbuka. Ya, saat diamanahi memegang kelas online yang isinya 84 ibu-ibu hebat itu punya warna tersendiri dalam hal belajar memfasilitasi ilmu yang ada. Kelas Bunda Sayang ini merupakan kelas lanjutan dari mereka yang telah lulus kelas matrikulasi yang juga diadakan secara online (sebagian besar online melalui fasilitas WA, namun terbuka juga kelas offline yang berada dalam satu kota yang sama). Kelas yang tiga bulan ini berisikan segala hal dasar parenting. Mata akan terbuka lebar, hati siap bersahabat dengan keseruan bersama tantangan-tantangan seru yang diberikan fasilitator.


Materi parenting yang dibungkus dengan praktek aneka permainan bersama anak atau pasangan ini menjadi wadah belajar bersama. Tak hanya sebagai peserta, fasilitatornya pun terlibat aktif belajar, termasuk saya pribadi. Mendapatkan kelas daerah Jogja Solo dan sekitarnya ini punya warna tersendiri. Minggu pertama masih proses perkenalan, mengamati satu sama lain, minggu berikutnya, bahkan hingga saat ini, sebulan berikutnya, sudah seperti saudari. Pertemanan ini tak hanya selesai di WA Grup saja, namun bisa berlanjut di mesia sosial yang ada. 84 karakter mewarnai kehidupan saya sekarang. Seru dan saya sangat menikmati prosesnya. Keseruan saat jelang dealine ada saja cerita yang mampir di WA atau inboks medsos saya.


Satu yang paling saya suka adalah, adanya kesempatan luar biasa untuk membaca dan mengikuti proses memperbaiki diri dan keluarga seluruh peserta. Kesempatan langka saya dapatkan untuk bisa mengambil intisari proses orang lain yang bisa menjadi pembelajaran untuk saya dan keluarga saya. Rasa bersyukur tak pernah putus, membuka mata saya bahwa di sana banyak sekali ibu-ibu hebat yang berazzam membuat keluarga mereka menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari.Β 


Game pertama kali ini adalah tentang komunikasi produktif. Ya, mater yang juga bikin saya ke tampar bolak balik. Ilmu dasar dalam membangun sebuah kedekatan itu sangat dibutuhkan. Namun lagi-lagi hanya tong kosong nyaring bunyinya bila ilmu yang ada tak jua diterapkan. Ada banyak hal yang sering membuat mata saya selalu tergenang air mata adalah bagaimana proses mereka sekarang pernah saya lewati dulu saat anak-anak saya masih sesusia anak-anak mereka sekarang. Duh, kok saya nulis ini mbrebes mili yaa... :( Betapa Allah itu Maha Adil, Maha Sayang ya. Saat ini terbuka segala kemudahan belajar sebagai orang tua. Ilmu bisa didapat tak hanya dari buku, tapi juga melalui komunitas belajar seperti ini. Kadang terbesit rasa iri pada mereka yang bisa leluasa berdiskusi tentang penanganan anak kapan dan dimanapun. Sesuatu yang sangat langka saya dapatkan saat anak-anakku dulu.


Tapi Allah, luar biasa maha hebat, memberikan titik kekuatan lain di hati saya, seorang predator buku dan seorang pembelajar. Bila dulu saya harus melakukan perjalanan dua-tiga jam untuk 'sekedar' belajar selama satu jam di seminar parenting tanpa disediakannya kids corner itu sudah membuat saya bahagia luar dalam. Tak ada kemudahan sambungan internet, sesuatu yang mahal dan prestisius saat itu, membuat buku dan majalah menjadi teman duduk yang setia. Mak, yang hidup di jaman now, bersyukur lah, kurangi mengeluh ini itu terkait kemudahan mendapatkan ilmu parenting. Hilangkan, jauhkan rasa capek, malas saat kita tahu kalau kita tidak tahu dalam mendidik anak. Saat memutuskan menikah, bukannya sudah sepaket untuk siap juga menjadi ibu? 'Pekerjaan' 24 jam non stop tanpa cuti tahunan dan bayaran lembur.


Cerita mereka membuatku selalu bersyukur karena berada di lingkungan baik dan teman yang baik.

Saya tahu sekali rasanya saat anak diminta untuk mandi tapi tak bergerak sedikit pun untuk mandi.

Saya mengerti betul kesulitannya mengungkapkan sesuatu kepada pasangan.

Saya faham rasanya saat komunikasi yang dijalankan tidak sesuai dengan harapan.

Saya tahu bagaimana rasanya saat berjauhan dengan pasangan dalam waktu lama dan di situ kita dituntut mampu menyelesaikan segala masalah 'sendiri'.Β 

Saya pun mengerti betul bagaimana rasanya tinggal dengan orang tua, saat kita sedang menerapkan aturan A lalu datanglah dewi penolong, sang eyang uti atau tantenya. Hehehe.

Saya bisa merasakan bagaimana sulitnya menekan emosi saat nalar dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah.

Belum lagi belajar konsisten menuliskan pada media untuk dilaporkan tentang proses komunikasi yang tengah dilakukan di antara tanggung jawab domestik atau publik. Seru ya. Iya kalau pas komunikasi produktifnya sesuai dengan harapan, kalau pas tidak sesuai? duuh, serasa pengen garuk tembok ya mak.


Mak, ingat kan, kalau sebetulnya musuh terbesar untuk melakukan perubahan itu adalah kita sendiri? Yuk selesaikan bersama dengan saling bergandengan tangan, saling support dalam kebaikan. Karena, pelajaran yang paling berharga adalah pelajaran yang kita ajarkan untuk diri sendiri, mak. Jangan pernah berhenti untuk belajar, karena hidup tak pernah berhenti untuk mengajarkan.


Terima kasih ya telah berbagi kisah bersama. Semoga Allah selalu memberikan kita kesempatan untuk melakukan kebaikan dalam keluarga.


Salam cinta ku untuk seluruh peserta kelas Joglo dan sekitarnya.

Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial