Cara Positif Mereview ala Bunda Salihah

Review 5

Waw, kali ini saya terbang ke kota Ambon. Menjelajah jurnal-jurnal yang dituliskan Mano (Mama Nona alian mba Yulianti Kalsum Rahman). Pagi itu, ada WA mendarat manis, memperkenalkan diri kalau beliau adalah my buddy untuk mereview jurnal 5 saya. Wadidaw, saya kecolek duluan. Jadi maluu. Sebelum saya buka WA nya, saya pergi dulu ke link jurnal Mano di sini Dan seperti biasa, saya perlu membaca jurnalnya dari jurnal pertama hingga jurnal sekarang yang kelima. Biar saya punya benang merahnya gitu, jadi saya juga bisa belajar dari mahasiswa lain terkait projek dan proses yang sedang mereka laksanakan.

Sst… tau gaa…proses yang sedang Mano lakukan tuh, keren banget. Saya membayangkan pasti rasanya nano-nano, seru, heboh campur aduk jadi satu. Saya nostalgia saat mulai membaca jurnal Mano yang pertama. Mano mengangkat persiapan dan prosesnya dalam mendampingi putrinya yang sudah masuk usia remaja. Shina, gadis manis berusia 14 tahun yang berada dalam fase pre aqil baligh. Usia yang semakin banyak melontarkan kejutan-kejutan pertanyaan dan pernyataan ajaib. Kita akan terkaget-kaget ga hanya pernyataannya tapi juga perilakunya kadang bikin ngelus dada. Dan keseruan ini lah yang kemudian diangkat Mano untuk menjadi bagian proses belajar bersama nak gadisnya. Tema ini menarik buat saya, karena belum banyak yang mengangkat usia remaja dalam banyak diskusi.

Demi menjalankan proses pendampingan, Mano tak sendiri. Mano mencari partner belajar yang siap mendampingi dan melengkapi perjalanan. Bukan tidak mudah mencari teman belajar plus mentor yang siap untuk usia remaja loh. Ini terlihat dari proses pergantian teman belajar Mano dan Shina sampai jurnal 5 dituliskan. Namun sering berjalannya waktu, golden rule yang telah disepakati bersama, berjalan dengan baik. Semua tantangan mampu diselesaikan dengan baik. Golden rule nya tuh bisa kita tiru loh. Bicarakan secara terbuka bila ada tantangan, dan ceritakan alasannya. Sederhananya, bila sudah diceritakan tantangan yang sedang gdihadapi, pasti anggota tim lain akan membantu mencarikan solusi terbaiknya.

Ada beberapa proses menarik yang saya baca di jurnalnya Mano. Walau di tengah jalan terjadi perubahan anggota tim karena kesibukan, tantangan itu berhasil segera dilalui. Golden rulesnya manjur dimanfaatkan dengan baik. Kerja sama yang baik antar tim untuk saling melengkapi pun muncul. Saya ikat keseruan mano dan tim saat menetapkan highlight untuk timnya di sini ya 

Keseruan berikutnya dalam tim ini adalah saat mempersiapkan kampanye di media social. Kalau saya intip di tiga media yang digunakan, sama seperti punya saya, masih baru banget. Artinya, kita tergerak ya. Tantangannya tentu ga hanya berhenti sampai membuat media social khusus saja, namun juga mengelola dengan baik. Agar benar-benar bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak pihak. Ini tantangan terberatnya kalau saya siih. Hahahaha. Tapi insya allah selama ada kemauan pasti ada jalan, yekaaan.

Nah, yang saya suka dari timnya Mano adalah golden rule nya, salah satunya adalah membiasakan untuk terbuka, bercerita tentang apa yang sedang dialami masing-masing tim. Belajar terbuka tentu gampang-gampang susah buat sebagian orang. Namun kalau sudah memiliki tim, keterbukaan dalam banyak hal akan banyak sekali membantu dalam menjalankan prosesnya ke depan. Dan saya melihat hal baik itu dalam cerita yang disampaikan dalam jurnalnya. Dengan melibatkan remaja dalam golden rules nya pun menjadi tantangan banget untuk Mano and team. Itu saja kah hal baik nya? Ups, saya simpan dalam flier ini ya. Biar kita bisa belajar bareng dari tim Nuris Squad.

Jadi ya mak, kalau kita butuh insight bagaimana mendampingi remaja putri, main-main deh ke medsosnya tim Nuris Squad ini. Kita sama sama tunggu proses keren berikutnya yaa..