Home / Artikel Dibalik layar Kelas Bunda Cekatan Week 8

Dibalik layar Kelas Bunda Cekatan Week 8

Dibalik layar Kelas Bunda Cekatan Week 8

Komunitas Ibu Profesional

Selasa, 04 Februari 2020

Kelas bunda cekatan-kebanggaan keluarga

Tagline itu membuat setiap langkah saya berproses di kelas, selalu terngiang-ngiang. Selain berusaha untuk menjadi cekatan, juga berharap semoga dimudahkan untuk benar-benar menjadi kebanggaannya keluarga.  Kelas bunda cekatan merupakan kelas lanjutan dari kelas bunda sayang yang dikelola oleh Institut Ibu Profesional.  Wadahnya belajar bagi emak-emak macem saya yang butuh dukungan dari luar untuk menaikkan kompetensi jasadiyah dan ruhiyyah. Tempat berprosesnya kami, para calon ibu untuk mempersiapkan diri menjadi pribadi yang jauh lebih tangguh dalam mengarungi keseruannya di dunia rumah tangga. Kurikulumnya terstruktur baik. Cocok untuk perempuan yang ingin aktif berperan dan bermanfaat untuk keluarga di rumah hingga di lingkungan masyarakat.

 

Kelas bunda sayang bisa dinikmati proses belajarnya selama 12 bulan. Kelas itu telah meluluskan ribuan mahasiswa sejak tahun 2017 lalu, dan saya salah satu dari mereka. Cukup lama juga menunggu tahapan kelas berikutnya. Sampai suatu hari, sebuah kesempatan besar terbuka lebar di depan mata. (Sejalan dengan goal yang sudah saya tuliskan untuk tahun 2020). Saat itu, saya tertarik untuk ikut seseruan dalam tim pusat di institut ibu profesional. Setelah ijin suami sudah di dompet, saya pun berproses. Adaptasi diawal tentu saja saya lalui dengan kemal yang siap belajar. Belajar menyamakan ritme waktu berdiskusi, mengenal ragam gaya berkomunikasi dalam tim inti hingga belajar mendevelop orang lain melalui online pun saya dapatkan langsung. Dari mana lagi kalau bukan dari founder Ibu Profesional, bu Septi Peni Wulandani.

 

Saya yang memang suka sekali dengan tantangan dan bertemu dengan lingkungan baru, merasakan indeks kebahagiaan terus meningkat. Zat endorfin plus adrenalin yang makin bergerak naik membuat saya terus memperbaiki dalam banyak hal. Termasuk saat harus seseruan menikmati roller coaster pengelolaan dari hulu sampai hilir di kelas bunda cekatan. Minggu ini kami, para mahasiswa,  diberi kejutan untuk menemukan dan belajar bareng mahasiswa lain yang memiliki satu tema belajar yang sama. Yang beneran bikin kejutan adalah saya, sebagai co fasilnya kelas bunda cekatan, baru tahu saat ibu menyampaikan itu di kelas. Hahaha. Ini yang bikin saya selalu semangat. Selain belajar langsung dari sumbernya, bu Septi Peni, saya pun bagian dari yang menerima kejutan itu. Uhuy yekaaan.

 

Kepala langsung dipenuhi bintang untuk kemudian mencari satu bintang kejora. Gimana caranya menjembatani 1800 an mahasiswa agar tak terjadi ­huru hara pencarian teman satu tema belajar. Hahahaha. Dari jurnal yang dikumpulkan minggu lalu, saya tahu banget ada buanyuak sekali tema belajar yang mereka ingin ketahui. Dan dari situ, kita diminta untuk ngumpul satu rumah satu tema besar. Ini tantangan yang bikin darah mendidih. Demen dah. Bikin otak tuing-tiung.

 

Sebetulnya, keseruan bin kehebohan khasnya mamak-mamak sudah mulai terjadi saat forum diskusi dan tanya jawab. Biasa yekaaan kalau mamak-makak sudah angkat bicara. Seru pake banget. Ada yang gercep langsung bikin grup tema belajar tanpa menunggu informasi berakhir, ada yang hanya memberi tahu kalau saya tema ini, siapa yang mau ikut? Ada yang mungkin hanya membaca komentar-komentar saja menanti informasi berikutnya. Ga tau aje mereka kepala saya bertaburan bintang sambil harap-harap cemas agar diskusi live selesai. Hahaha. Kalau live selesai, saya bisa rangkum inti penjelasan dan menerjemahkan dalam beberapa kalimat. Ga cuma itu siih, yang bikin tambah emesh tuh, saat sudah hari terakhir pengumpulan hari ini, masih saja ada yang bertanya, “Tugasnya apa ya jurnal sekarang?”. Helow... kemane aje , mpook. Hihihi.


Yang bikin seru lagi adalah saat informasi kami tayangkan di kelas terkait alur pertemuan. Kami hanya memfasilitasi sebagai jembatan pengumpulan link dan kategori saja. Selebihnya mahasiswa dituntut untuk mencari solusi mandiri. Tak hanya bertanya tapi mempertanyakan pun menjadi suplemen berlatih setiap hari.


Dari kejutan-kejutan di kelas bunda cekatan sampai saat ini saya belajar bahwa

1.   Saya dikenalkan untuk berpikir runut, terstruktur dan belajar bertanggung jawab atas apa yang telah direncanakan. Kalau pun yang direncanakan kemudian tak sesuai dan atau ada tantangan lainnya yang musti segera diselesaikan, maka, merevisi proses adalah jalan terbaiknya. Kemudian bergerak dan berjalan kembali sesuai revisian tadi. Kalau bahasa sederhana saya sih, tuliskan apa yang akan kau lakukan, dan lakukan apa yang telah kau tuliskan.


2.  Belajar mengambil keputusan cepat dan tepat bersama tim.

     Mengelola tantangan itu ga bisa jalan sendirian, beruntung sekali saya dibantu tim bala bantuan nu hebring dari khayangan. Tim yang siap menerima pelampung yang saya butuhkan, tim yang siap dengerin ocehan receh saya sebagai obat kala mulai oleng. Padahal saya tahu, tanggung jawab mereka di timnya pasti tak kalah besar dan seru dibanding saya.


3. Saya belajar mengasah keterampilan mengelola kejutan untuk menghasilkan kejutan berikutnya. Belajar tak memberikan semua jawaban yang saya tahu. Belajar mengolah daya nalar itu beurat, Esmeralda.  Belajar menahan itu susyeh, mak. Beneran dah. Tapi saya terpacu untuk bisa melewatinya satu persatu. Siapa sih yang ga suka kejutan yekaaan. Memberikan volume kejutan yang kadang pelan kadang butuh cepat itu perlu pertahanan diri yang luar biasa. Kejutan yang bisa bikin saya dan orang lain hepi, terbelalak, terkaget-kaget dan mungkn bertanya-tanya. Melatih tak menunda pekerjaan dan melatih melakukan prioritas itu pelajaran berharga yang saya rasakan hingga saat ini.


4.   Mengasah literasi dan memperbanyak stok sabar selain stok kuaci.

    Ya, ini yang paling saya rasakan. Bagaimana saya belajar membuat redaksi sejelas mungkin agar dipahami pembaca. Bagaimana menjawab pertanyaan dan mengelola diskusi interaktif di platform WA dengan orang lain. Ini tantangan yang bikin kuaci dan coklat saya sering menipis. Hahahaa. Saya belajar membaca, menyimak dan mendengar dari komentar, masukan dan diskusi yang berkembang dari KAHIMA atau dari kelas sekalipun. Sebagai bagian dari proses saya belajar, kelas buncek kali ini memberikan ruang latihan yang luas banget buat saya. Uwow looh.

 

 Saya belajar dan mengasah keterampilan saat ada orang yang bertanya dan mempertanyakan. Dua sisi yang berbeda. Dari situ saya belajar yang namanya the power of question, dan ini yang banyak saya pelajari dar bu Septi Peni. Belajar bagaimana bertanya untuk mengajak mencari solusi bukan malah memberi bumbu tambahan yang bisa membuat makin asin atau makin manis.


Jadi, kalau memutuskan untuk masuk di kelas bunda cekatan ya beneran harus cekatan. Kita dituntut untuk banyak belajar mandiri, belajar mencari solusi mandiri, ga banyak disuapin, sampai pada ga sering lagi diingetin untuk pengumpulan jurnal. Ga lagi dibantu cek link laporan dan sejenisnya. Kalau masa ini bisa dilalui dengan baik, minimal kita sudah belajar melatih mental bareng ceu KOKOM, jeng LARAS, mas JAMAL dan bang KEMAL ya. Apa itu? Hanya yang ikutan Buncek saja yang tahu itu. Mengapa demikian?

 

Yup, di minggu ini kami harus bermain pada apa yang telah dituliskan minggu lalu di mind mapping. Belajar menahan godaan untuk tak larut menikmati ilmu yang dibagi oleh mahasiswa lain. Maka tetap dan berpegang teguh pada apa yang telah kita prioritaskan itu jauh lebih mudah ketimbang tertarik dengan ragam makanan di luar, yang belum tentu kita butuhkan. Fokus pada tujuan awal yang telah kita buat sendiri.

 

Dan saya pun menarik ceu KOKOM dalam grup tema belajar saya kali ini. Ini dia :

 

img-1580803637.jpg

 

Bertemu keluarga baru yang memiliki ketertarikan tema belajar yang sama itu luar biasa. Karena di situ kita bisa berbagi kebutuhan yang serupa walau tak sama. Tak perlu waktu lama untuk mengumpulkan dalam satu grup tema belajar yang saya butuhkan yaitu mengenai counseling. Anggota keluarga belajar saya hanya 16 orang. Sedikit sekali dibandingkan keluarga belajar yang lain, bahkan ada keluarga belajar yang mencapai 400 an orang. Kebayang serunya mereka berdiskusi. Kami yang hanya ber 16 saja masih terus mendiskusikan dan mencari benang merah dari apa yang kami butuhkan. 


Latar belakang yang berbeda membuat diskusi makin menarik. Kebutuhan akan mengkerucutnya tema diskusi pun menjadi tantangan berikutnya. Karena tentu saja, kami membawa tujuan yang berbeda. Akhirnya baru sampai pada apa dan bagaimana sih perbedaan atau persamaan counseling dan coaching itu? Apakah bisa digunakan kepada anak-anak di rumah atau bagaimana. Apa dan seperti apa itu  hypnoparenting? 


Ahhh...ini baru awal diskusi dan kami siap berbagi keseruan lain kepada teman-teman di kelas. Berbagi tentang apa? Tunggu tayangnya ya.


#jurnal3
#tahapulatulat
#kelasbuncek1

Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial