Home / Artikel Growth Mindset atau Fixed Mindset

Growth Mindset atau Fixed Mindset

Growth Mindset atau Fixed Mindset

Komunitas Ibu Profesional

Senin, 18 Januari 2021

“Mba, cara ngluarin suara dari aplikasi zoom, gimana?”

“Saya udah simpan file untuk presentasi di gdrive, tapi kok ga muncul di layar ya?”

“Cara bikin breakout room pegimane?”

“Lah, ini ada peserta baru masuk, kok fitur assign nye to ga ada ya untuk masukin ke breakout room? Piye carane?”

“Gimana cara nyambungin biar bisa live ke youtube dari zoom ya?”

“Gimana cara bikin bumper in and out?”

“Pengen coba keluar dari zona nyaman iih, tapi mau berbagi tentang apa ya?”

“Gimana cara ngajar anak-anak kalau kelasnya online gitu ya? Any idea?”

“Saya tak jadi penonton ae wes. Bisa apa ga ya ngomong depan layar gitu?”

“Aku deg-deg an iki, piye jal?”

“Leptopku nge hang pas live tadi, tapi langsung cuss ganti device. Segala ada babang paket datang pulak.” (ini saiyaah tadi siang, pemirsaah)

-

Selama tiga minggu ke depan, mulai tanggal 8-22 Februari 2021, time line media sosial saya, Facebook, Instagram, Youtube ramai dan penuh dengan berita baik. Informasi tentang ragam kegiatan berbagi ala Hexagonia, warga Hexagon City. Ragam pilihan obrolan dan diskusi bisa dinikmati  di sini 


Emang ada apa di Hexagon City?


Minggu ini kami mengadakan open space virtual conference. Sebuah konferensi virtual yang dihadiri dan diramaikan oleh seluruh warga Hexagon City. Aturan mainnya adalah bertanggung jawab atas apa yang dipilih. Nampak ‘mudah’ ya? Tapi kalau dilakukan, butuh effort luar biasa. Apa saja pilihannya?


A.Speaker

Sebagai seorang pembicara. Hexagon City membuka kesempatan kepada warganya untuk berbagi yang tidak ada hubungannya dengan projek kelompok atau komunitas tentu. Berbagi dari apa yang kita ketahui, kita miliki dan kita sukai. Medianya tentu saja media yang telah disediakan oleh Hexagon City. Ada di laman youtube, instragram, fanpages, whatsapp group, telegram atau zoom.  Semua dilakukan secara live. Yang menarik saat menjadi speaker kita harus melakukan seluruh persiapan sebelum, selama dan setelah live sendiri. Disitu speaker, disitu juga sebagai operator ala. Kami dilatih untuk berani mengoperasikannya sendiri tanpa bantuan orang lain saat live. Yang seru itu kalau kita belum pernah live di media social. Mau tidak mau kita harus belajar. 

Jadi, apa saja yang perlu disiapkan sebagai speaker sih?

Sependek yang saya tahu, ada beberapa hal penting yang harus kita siapkan kalau mau manggung online sebagai speaker. 


1.Script

Buat script sederhana minute by minute mau diisi bahas apa? Berapa lama? Termasuk file media bumper ini and out bila ada mau seperti apa rangkaian acaranya.


2.Bumper in bumper out

Saya juga baru tau istilah ini setelah dapat enrichment di institute ibu professional. Bumper in itu semacam video berdurasi singkat yang berisi pembuka sebelum masuk ke materi inti. Demikian juga bumper out, video penutup setelah semua rangkaian obrolan selesai. Sebagai pengunci yang berhubungan dengan materi. Ini seru nih kalau pas bikin bumper in and out. Jiwa penasaran saya meronta untuk belajar bikin bumper. Ada banyak sekali aplikasi gratis untuk membuatnya dengan menggunakan tempelt atau sesuai dengan apa yang kita inginkan.


3.Pahami media yang akan digunakan

Ini penting banget. Kalau kita mengoperasionalkan sendiri tanpa bantuan orang lain, kita harus jelas how to nya. Fitur-fitur apa saja yang terdapat dalam aplikasi yang akan digunakan nanti. Lalu segera uji coba live sebelum hari H. mengapa? Agar kita mengetahui ada kendala teknis apa saja yang bisa diantispasi. Apakah waktunya perlu ditambah untuk bumper in? ataukah yang lainnya. 


4.Siapkan catatan kecil didekat layar kita agar tak lupa atau terlewat untuk disampaikan. Kalau saya, menggunakan sticky notes yang saya temple di sisi layar leptop. Jadi bola mata tidak terlalu jauh dari kamera, cukup melirik, kita sudah bisa membaca pengingat di sticky note itu.


B.Butterfly

Ini adalah peran yang bisa diambil selama conference berlangsung. Tugasnya menjadi partisipan yang fokus mengikuti kelas yang dibutuhkan saja. Lalu ia akan merenungkan dulu, mengendapkan dulu dari materi kelas yang dibagikan. Jadi sebagai butterfly, belajar berkta menarik tapi tak tertarik. Belajar fokus pada kebutuhan.


C.Bumble bee

Kalau Bahasa sederhananya tuh seperti kita seperti sedang jajan ide. Makan di mana mana ada kelas yang diinformasikan. Tidak melihat kebutuhan spesifik. Hanya kebutuhan jajan ide saja. Ya gpp juga kan kalau jajan ide. Mungkin dari kelas yang diberikan tema-teman lain bisa  mendatangkan ide brilian lainnya pada kita, yekaan.


Di minggu pertama ini, saya mengambil peran sebagai speaker. Bercerita tentang apa yang saya rasakan saja. 


img-1613227341.jpg


Awalnya saya berpikir mau mempersiapkan bumper in and out. Ah, tapi urung saya lakukan, saya mau ngoceh aja. Pikir punya pikir ga asyik juga yekaan, masaaa langsung masuk studio aja tanpa say hai dengan video singkat tentang apa yang akan saya obrolin nanti. 


Owkey, saya pun menyiapkan bumper out saja dan slide pembantu saya agar tak lari kemana-mana obrolannya. 


Hari H pun datang. Semua peralatan perang untuk live, seperti biasa, sudah siap. Leptop, hp dan dudukannya untuk berjaga-jaga sudah menemani. Layar pun berkembang. Opening lancar. Masuk menit ke 6, leptop saya nge hang, pemirsah. Hahaha. Ini pernah saya alami waktu menjadi host bagi fasilitator kelas bunda sayang. Jadi saya sudah mempersiapkan plan B. Siap tampil tanpa bantuan pernak pernik bumper, bantuan slide dan background. Saya langsung berganti device ke hp. Posisi duduk pun bukan di studio saya tapi di teras yang bakalan noisy. Hahaha. 


Tapi ndilalah hari itu hujan gerimis, ga ada motor mobil lewat depan rumah. Tapi ga lama, lagi ngoceh, datang lah babang paket. Pake treak pulak si babang, "Bu, paket."  Aiih, bang, ga tau eikeh lagi ngamen apah. Udah pas saat itu anak-anak juga lagi pada kelas online. Jadilah itu paket ditaro babang di pagar teras. Selalu ada keseruan di belakang layar.


Tapi yang membekas buat saya adalah bukan saja bagian belajar di belakang layar persiapannya semata, tapi seperti kata bu Septi


bahwa berbagi itu bukan urusan "mereka" tapi urusan "diri kita"

Tanpa ada kehadiran "mereka" sanggupkah "diri kita" tetap berbagi

Tanpa ada respon dari "mereka" apakah "diri kita" masih tetap semangat berbagi?


zona O pekan 2

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial