Home / Artikel Ini Caranya Menjadi Pemimpin Efektif

Ini Caranya Menjadi Pemimpin Efektif

Ini Caranya Menjadi Pemimpin Efektif

Review Buku lain-lain

Senin, 23 Maret 2020

Anda tidak bisa mengendalikan angin, anda hanya bisa menyesuaikan layar anda-peribahasa yiddi

Ini adalah buku kesekian yang saya rekomendasikan untuk semua mamak-mamak dan semua orang yang ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif tanpa harus mengatur secara berlebihan. Bisa jadi, kita pemimpin bagi tim yang berpartner dengan kita, atau mungkin mamak juga bekerja di public area yang punya bawahan atau rekan kerja. Buku ini wajib dibaca dan dipraktekkan, mak. Sederhana tapi makjleb. Beneran. Judul bukunya aja udah profokatif banget, Do Nothing! Pakai tanda seru pulak. Belum lagi saat membaca daftar isinya yang cukup bikin saya kepo maksimal. 


Sekarang bayangkan, mamak baru kembali bekerja setelah berlibur selama dua minggu ke Raja Ampat. Selama di sana tuh beneran libur. Email dan ponsel di non aktifkan. Tak ada gangguan dari urusan kantor. Nah, begitu sampai kantor, mamak melihat dan merasakan tak ada masalah yang memusingkan. Tim kerja mamak berhasil mendapatkan banyak sekali prestasi atau klien baru. Bisa mengatasi sendiri tantangan yang ada tanpa bantuan mamak. Bahagia tiada tara yekaaan maak.


Tapi, itu mah mimpi biasanyaa. Mana ada zaman layar gini, pas liburan yang ga buka email atau sesekali ngecek kerjaan kantor. Badan di Raja Ampat tapi isi kepala masih di kantor. Tapi, Keith Murnighan, sang penulis buku ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang ‘tak melakukan apapun’ itu tidak hanya bisa, tetapi juga jauh lebih efektif daripada bekerja terlalu banyak. Pertanyaan pertama yang terbesit, emang bisa gituuh, kita tak melakukan apapun trus kepemimpinan akan langeng lancar jaya? Jawaban pertanyaan mendasar ini dikupas tuntas di buku setebal 266 halaman ini. Karena yang menulis adalah seorang profesor yang juga menang berbagai penghargaan, akan ada banyak sekali data dan fakta serta rujukan yang dilampirkan. Keren. Bikin mata melek.


Saya banyak mencatat dan mewarnai di banyak halaman. Bahwa ide dan konsep yang dijelaskan sang penulis ini keren banget. Sederhana, remeh temeh dan hal kecil yang kadang eh sering kita eh saya lupakan. Beneran! Buku tejemahan yang terbit di Indonesia pada tahun 2015 ini, hak lisensi penterjemahannya dipegang oleh kelompok Gramedia, PT Elex Media Komputindo. Maka tak heran terjemahannya ga kaku, ga bikin saya maju mundur bacanya untuk memahami dalam satu lembarnya. Yang keren adalah, saya hanya menemukan satu typo aja loh dari ratusan halamannya, itu juga bukan hilang huruf, tapi kelebihan satu spasi aja. Mantab.


Bersiap kuaci dan coklat agak banyak ya sebelum membaca. Kali ini sepertinya saya akan simpan review buku Do Nothing! Lebih panjang daripada buku yang lain. Untuk reminder saya juga siih.


img-1584975815.jpg


Buku yang terdiri dari 9 bab ini diawali dengan tema yang sama dengan judul bukunya. “jangan melakukan apapun!”. Dimulai dengan mimpi kita kalau menjadi seorang pemimpin, berapapun jumlah bawahan atau rekan kerjanya. Pengalaman beberapa perusahaan terkait kepemimpinan yang dijalankan, menjadi pembuka keseruan yang menarik sebagai contoh belajar kasus kepemimpinan. Ia mencontohkan Kodak Company. Ya ampuun, ini produk paling keren di zaman itu loh. Sekarang apa kabar? Tapi di buku Do Nothing ini diceritakan bahwa Kodak Company  melakukan re-organisasi besar-besaran. Yang menarik, ada satu divisi kecil yang secara tidak sengaja kehilangan pemimpin dan tidak memiliki jalur pelaporan ke kantor pusat. Dan tak ada seorang pun dari divisi itu yang peduli. Mereka jalan saja. Selama berbulan-bulan melakukan hal  itu secara efektif dan efisien. Yang menarik kemudian, pihak pusat baru ngeh dari pelanggan yang merasa puas dan berterima kasih  kepada perusahaan tersebut atas pekerjaan mereka yang sangat bagus. Mereka, para pegawai di divisi kecil itu telah memahami tugasnya masing-masing. Sekalipun tak ada nahkoda di divisi kecil itu, mereka mampu menjalankan bagian roda perusahaan dengan sangat baik. Menarik ya, kok bisa gitu?


Dari sekelumit cerita di awal bab, saya menarik catatan sendiri bahwa pemimpin hebat itu adalah ;

1. Yang tak mengerjakan apapun (bahasan ini luar biasa dalam)

2. Berikan kemudahan dan tugasnya mengatur aja

3. Cukup mikirin strategi keren aja. Ga usah ikut campur terlalu dalam

4. Bantu orang lain, rekan kerja atau bawahan Anda untuk mengimplementasikannya

5. Kudu punya kemampuan futuristik, strategic dan helicopter view

6. Jadilah pengatur/pengelola agar mereka bekerja sebaik yang mereka bisa

7. Just be a facilitator. Fasilitasi tanpa ikut campur urusan teknis


Cara yang tak mudah sebetulnya, bagi orang-orang yang nenek moyangnya harus bekerja keras hanya untuk bertahan hidup. Tapi, jika bisa memaksa diri untuk tidak melakukan apapun, kita akan segera dapati  bahwa rekan kerja atau bawahan kita tumbuh menjadi sebuah tim. Kita tinggal menyingkir saja dari kesibukan mereka. Sampai di sini , menarik. Bikin saya penasaran untuk terus membuka halaman demi halamannya.


BAB DUA

Disini penulis menjelaskan rinci tentang masalah yang sering dihadapi seorang pemimpin. Jangan tanya solusi yang diberikan ya, makjleb. Sederhana tapi dalem. Ups, jadi, apa saja masalah yang sering timbul?


1. Perbedaan empati

Ia menggambarkan sebuah argumentasi berdasarkan empati yang berbeda saat CIA mendiskusikan teknik waterboarding, salah satu teknik menyiksa orang agar mau bersaksi-mau bicara. Cari di internet dah mak seperti apa teknik gila itu. Sampai di sini, sang penulis menggambarkan adanya perbedaan empati saat akan memutuskan boleh tidaknya teknik ini digunakan. Sederhananya, jika belum pernah merasakan seperti apa rasanya di waterboarding kita akan sulit membayangkan betapa sakit dan tersiksanya. Begitu juga saat seorang pemimpin akan memutuskan sesuatu yang alur operasionalnya ada yang belum dirasakan bergelut disitu, tentu akan berbeda empatinya bila ia pernah merasakan di posisi operasional.


2. Egois

Kalau ini sampai muncul, maka bisa mengakibatkan pemimpin yang individualis karena berpusat pada diri pemimpin itu sendiri bukan berfokus pada bawahan, klien atau kepentingan perusahaan/bersama.


3. Hukum kepemimpinan

Kalau ada tantangan, pikirkan reaksi yang diinginkan baru kemudian lakukan seperti apa tindakannya. Yang sering terjadi adalah sebaliknya. Kita bertindak dulu untuk meredam baru memikirkan langkah selanjutnya. Ini ketahuan banget ga siap dengan rencana ABC. Karena pemimpin yang cerdas itu menyadari  bahwa reaksi anggota tim jauh lebih penting daripada tindakannya sendiri.


4. Transparansi

Sering kita merasakan yang ini nih, sebagai pemimpin, kita menganggap bahwa orang lain sudah faham apa ide yang telah kita sampaikan. Merasa komunikator yang keren, dan setelah menyampaikan pesan, ide atau konsepnya, setiap orang akan 'memahaminya'. Ini artinya kita sedang membangun fokus hanya pada kita, belum transparan, yang ngerti cuma kita aja, yang lain 'masih kita anggap' sudah faham. Kamunikasi produktif sangat dibutuhkan di sini.


5. Interaksi

Pengen deket sama bawahan atau rekan kerja tapi ga nge cek dulu latar belakangnya dengan baik. Misal, kita memberikan rekan kerja kita hadiah makanan tertentu, padahal ternyata makanan itu adalah yang bisa membuat alergi makanannya muncul. Ga jadi deh PDKT sama rekan kerja.

Lalu apa solusinya? 

Om Keith memberikan 5 solusi keren yang layak dicoba, mak. Saran saya, baca aja bukunya, lebih nampol bolak balik. Hihii. Kan ga seru kalau saya spoiler yekaaan.


BAB TIGA

Memulai dari bagian akhir. Ya, ini cara yang tanpa sadar kita sering gunakan dalam waktu-waktu tertentu. Bila Anda terbiasa menyusun rencana dari awal hingga akhir, keith justru menawarkan cara unik. Apa aja yang bisa dilakukan untuk memulai dari bagian akhir?


1. Memori Transaktif

Daniel Wegner, seorang psikolog sosial asal Harvard university mengatakan bahwa memori transaktif itu memungkinkan Anda dan tim ddengan cepat menunjuk orang yang tepat jika muncul tugas baru yang tidak biasa. Pernah mengalami ini ya? Maka sebaiknya kita mengetahui berbagai keahlian yang dimiliki oleh anggota tim. Jika setiap anggota tim mengetahui apa kelebihannya masing-masing, tentu akan banyak membantu bukan?


2. Miliki tujuan yang jelas

Anda adalah pemimpin, maka setiap langkah dan perkataan Anda bagaikan sabda yang harus didengar atau dipatuhi bawahan Anda. Maka meiliki tujuan yang clear saat memutuskan dan melakukan sesuatu adalah mutlak. Entah melakukan tujuan lalu menurunkan ke masa sekarang atau sebaliknya.


3. Induksi mundur

Setelah tujuan ditetapkan, maka lanjut dengan melakukan actionnya. Lihat bagan di bawah ini ya.

img-1584978145.jpg


BAB EMPAT

Tak hanya itu, om Keith juga mengupas bagaimana caranya kita bisa melakukan lepas kontrol dalam urusan pekerjaan kita loh. Ini menarik. Ada 5 cara yang saya catat yang bikin saya manggut-manggut. Dan ini semua bersentuhan dengan rasa, urusannya dengan hati. Hal sederhana yang bisa membuat karyawan, rekan kerja, tim atau bawahan Anda akan bekerja lebih dari sekedar bekerja dalam sebuah tim. Cara ini sudah dicoba di banyak perusahaan yang dilatihnya, mahasiswa yang diajarnya serta para pengusaha yang selalu mengapdet perkembangan proses hingga hasil dari 5 cara itu.


BAB LIMA

Di sini dikupas jelas banget bagaimana sih caranya memaksimalkan kekuatan yang dimiliki oleh kita dan tim. Banyak sekali contoh dan kisah nyata yang diceritakan. Membuat saya yakin bahwa setiap kita memiliki kekuatan yang betul bisa diasah dan unik.


Tiga bab terakhir memberikan banyak cara dan konsep seru yang bisa membantu kita menguatkan apa yang telah kita miliki dan bagaimana cara menyelesaikan tantangan dengan baik dan sederhana. Ada yang menarik perhatian saya, bahwa Keith menyarankan tak ada lagi rapat evaluasi pasca kegiatan atau pasca proyek.  Cukup agendakan saja pertemuan 15 menit setelah kegiatan dengan melontarkan 4 poin pada tim :

1. Apa yang sudah kita lakukan dengan baik?

2. Apa yang belum kita lakukan dengan baik?

3. Kejutan-kejutan apa yang kita temui?

4. Apa yang bisa kita lakukan agar lebih baik lagi?
Itu saja, rapat cepat, semua bahagia dan semua tim bisa saling belajar dan tidak mebuat kesalahan yang sama.


Di bab akhir buku ini, Keith menceritakan 7 tokoh keren dunia yang memiliki cara unik dan sederhana yang bisa menguatkan tim mereka dan mendunia. 


Dari buku ini saya menyadari bahwa mengelola sebuah perusahaan, lembaga, komunitas atau keluarga sekalipun, pasti menggunakan rasa yang kadang sulit untuk diukur. Cara yang dikembangkan oleh Keith tentang Do Nothing, bisa banget dicoba, apapun jabatan Anda, mak. Ia menunjukkan pada kita cara menetapkan harapan-harapan tinggi bagi tim untuk siap menghadapi tantangan bersama. Strategi yang ditawarkan akan membantu mengembangkan budaya yang lebih sehat dengan salah satunya, memercayai orang lain lebih daripada yang mereka kira. Membiarkan orang lain mengerjakan tugas-tugas mereka-sekalipun Anda tahu bahwa Anda bisa lebih baik.


Bagaimana jika Anda tidak melakukan apapun dan ternyata itu benar-benar efektif?


Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial