Home / Artikel Keseruan Menarik di Kelas Bunda Sayang

Keseruan Menarik di Kelas Bunda Sayang

Keseruan Menarik di Kelas Bunda Sayang

Komunitas Ibu Profesional

Sabtu, 05 Oktober 2019

" Orang bijak belajar ketika mereka bisa. Orang bodoh belajar ketika mereka terpaksa.-Arthur Wellesley"

Bagaimana rasanya setelah enam bulan belajar bareng mahasiswi keren di kelas online-nya bunda sayang?

Emang apa sih enaknya jadi fasilitator online?

Ga bosen tuh belajar online selama satu semester pertama?

Itu gimana belajarnya kalau kuliah online gitu? Sama seperti perkuliahan pada umumnya?

---

Belajar sejak dari buaian hingga masuk liang lahat. (al hadist)

Belajar sampai ke negeri China. (al hadist)
Mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan. (al hadist)

Barang siapa yang keluar mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga pulang. (al hadist)

Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah memudahkannya jalan menuju syurga. (al hadist)

---

Masya allah, begitu banyaknya hadist Nabi SAW yang bisa memberikan semangat kepada kita untuk terus mencari ilmu. Ilmu yang tentunya akan membawa manfaat kebaikan kepada diri dan keluarga. Selama mencari ilmu, ternyata keberkahannya tak hanya ilmu yang bertambah tetapi juga silaturahmi hingga rezeki.  Dengan belajar, kita tak hanya kaya pengetahuan, namun kaya akan pengalaman dan pergaulan. Mau belajar dengan cara online seperti di institut ibu profesional atau offline. Semua punya rasa yang berbeda. Ga percaya?


Ini yang saya rasakan selama meremedialkan diri sebagai salah satu fasilitator onlinenya Institut Ibu Profesional. Plus keseruannya ada di sini nih.


Jum'at hangat adalah salah satu agenda yang paling saya tunggu selama perkuliahan berlangsung di institut ibu profesional (IIP). Dari program ini lah, kami, fasilitator dan mahasiswi mengenal lebih dalam satu sama lain. Biasanya akan dibuka dengan bercerita tentang siapa saya dan seputar aktifitas rutinnya. Masya allah, aktfitasnya para mahasiswi tuh bejibun loh. Mulai dari aktifis lingkungan, ibu rumah tangga, ahli gizi sampai pengusaha. Nah, saat seperti ini lah yang dimanfaatkan untuk bertanya dan berdiskusi tentang sesuatu yang baru buat saya. Semua orang memiliki peran yang berbeda di lingkungannya, namun mereka tetap membutuhkan ilmu untuk mendampingi keluarga, secara online.


Ada salah satu mahasiswi, beliau fokus dengan pengelolaan lingkungan. Semua dimulai dari keluarganya untuk meminimalisir sampah. Sampai kemudian berdirilah sebuah bank sampah di wilayahnya. Layaknya bank, para nasabah yang notabene adalah warga sekitar rumah, menyetorkan sampah organiknya. Ada juga petugas yang bertanggung jawab sebagai tellernya loh. Tak berhenti di pengelolaan sampah di sekitar rumah, beliau juga aktif sebagai pembicara tentang financial planner for women and kids. Sudah menjadi pembicara di banyak tempat. Menariknya, setelah beliau memutuskan resign dari tempat kerjanya, ternyata Allah memberikan ladang dakwah yang jauh lebih luas untuk beliau.


Ada lagi mahasiswi yang tinggal di desa, sinyal naik turun. Tapi jangan tanya semangatnya saat berdiskusi di kelas ya mak. Saat Jumat hangat datang, ternyata beliau memanfaatkan ilmu yang dimiliki untuk mengelola kompos dari binatang peliharaannya. Tak hanya itu, seluruh tanaman yang dimiliki pun mulai menghasilkan. Walau belum seluruhnya dikomersialkan, namun ada sesuatu yang jauh lebih berkah dan bermanfaat, tak hanya untuk keluarga tapi juga untuk oorang sekitar.


Lain lagi dengan seseorang yang memiliki keinginan kuat untuk belajar di tengah kondisi keluarganya mendapat cobaan luar biasa. Mengerjakan tantangan demi tantangan dan amanah di kelas sering terseok. Sesekali muncul di kelas. Kadang juga menghilang. Namun saya percaya bahwa beliau selalu hadir menyimak diskusi di kelas dalam diamnya. Dalam kondisi seperti itu, tak menyurutkan beliau untuk terus belajar mengelola waktu, antara di rumah dan tugas belajarnya sebagai seorang ibu.


Ada lagi salah satu mahasiswi yang bekerja di public area, beberapa kali pernah ditugaskan ke luar kota, namun tetap memiliki keinginan kuat untuk terus belajar ilmu parenting secara online. Tantangan pengelolaan waktu, lelah fisik dan wajib menuliskan tantangan, menjadi penyemangatnya untuk terus bergerak.


Pernah satu kali saya terlupa untuk agenda Jumat hangat ini karena saat itu sedang ada tamu yang tak bisa saya tinggal. Alhamdulilah Jum'at hangat tetap bisa berjalan walau tidak di hari Jum'at.


Ada banyak cara kita untuk belajar dan menimba ilmu. Di institut ibu profesional punya cara  unik yang dinamis sekali. Dan ini membuat saya harus terus meng up grade diri. Banyak juga kami menggunakan beberapa media atau apalikasi yang kekinian, emak ga gaptek lagi lah minimal yekaaan. Ada  beberapa aplikasi mobile yang kami gunakan untuk berdiskusi,  saat rapat virtual atau melakukan banyak tantangan bersama keluarga melalui kuliah-kuliahnya. Pengunaan teknologi itu menjadi salah satu penyemangat saya untuk bisa mengimbangi anak-anak yang sudah jauh melek teknologi dari pada emaknye. Salah satunya memberanikan diri menjadi fasilitator online.


Itu baru salah satu program belajarnya kami di kelas. Yang sedikit lebih seru kenapa saya memutuskan belajar menjadi fasilitator tuh sebenarnya ada di sini ceritanya.


Ah, yaa... keseruan lain mungkin bisa saya gambarkan sedikit selama satu semester ini di kelas online. Ada banyak macamnya saat perlunya on fire di kelas. Apapun yang sedang kita hadapi. Di institut ibu profesional ini dikenal istilah semua guru semua murid. Maka sekalipun saat itu kita sebagai fasilitator, sebetulnya kita juga sebagai murid, lah, siapa gurunya? Ya semua mahasiswinya pun menjadi guru dan murid. Semua memiliki kesempatan yang sama untuk belajar. Sama-sama belajar dan belajar sama-sama.


Cek deh mak, saat ada di posisi tertentu, kita itu seperti apa ya kalau perrrrtama kali nge-fasil. Apa seperti...


1. Kuaci

Tahu makanan imut ini yekaan. Sekalipun beneran perlu usaha terbaik untuk bisa ngupas kulitnya, kita tentu akan terus mencoba untuk sekedar mendapatkan kebahagian bisa makan daging imutnya. Lalu apakah kemudian kita berhenti mengupas satu butir kuaci? Biasanya akan penasaran dan nagih untuk melanjutkan ke kuaci imut berikutnya, yekaaan mak. Walau ga langsung satu bungkus habis, tapi bisa membuka beberapa buah kuaci itu telah merobek pertahanan harga diri (haaiyaah, apaseh) dan menjawab rasa penasaran bahwa sebetulnya saya bisa loh kita menikmati sedikit kebahagian dari nikmatnya makan kuaci. Ada usaha dan penasaran untuk terus mencoba membuka dengan banyak cara. Kalau terbiasa, akhirnya akan ketemu cara terbaik ngupas kulitnya cukup dengan dua jari langsung leppp. Hihihi. Sok lah dicoba.


Demikian juga saat nge-fasil, terutama saat pertama kali membuka kelas baru, mungkin akan terasa kaku saat berinteraksi. Belum kenal dengan 'penghuni kelasnya'. Kelas terasa sepi. Namun lama kelamaan tidak canggung lagi dan mulai menemukan cara agar tak seperti penyiar radio sedang siaran sendiri.

img-1570572844.jpg

Shutterstock.com

2. Kue mendut/kue bugis

Kue ini dari luar kelihatan ga asik, butuh usaha pulak untuk membuka bungkusannya yang sedikit basah. Bungkusannya sangat rapih jali dan unik. Ada yang model pipih ada yang mengkerucut. Macam-macam bentuk bungkusannya. Tapi jangan tanya rasanya ya, mak. Nikmat tiada tara. Kalau ga karena sudah tahu nikmatnya saat melumat lembutnya itu adonan tepung bersatu dengan isian kelapa parut dan gula arennya, wuaah, entahlah.


Begitu juga fasil yang kadang mungkin tampak luarnya ga asik, becandaannya garing, penjelasannya kurang dalem dan sebagainya. Kadang ya, fasil juga perlu mengamati dulu, siapa nih yang akan menanggapi saya saat pertama kali masuk kelas. Duh, garing ga ya cara saya berkomunikasi? Siswanya seperti apa ya? Mampu ga ya saya menemani para mahasiswinya belajar bersama?

Aah, tapi biasanya kondisi ini tak berlangsung lama, setelah tahu caranya dengan beberapa kali ngobrol dan berinteraksi, tentu akan merasakan hal lain dan keseruan yang berbeda bila bersama. Hanya butuh waktu beradaptasi. #eciyeee


img-1570573273.jpg


3. Chocolava

Bayangkan, mak. Bolu coklat bulat bertabur gula bubuk putih ada di depan mata. Setelah dibelah dengan sendok kecil, coklat lumer hangat yang ada di dalamnya pun keluar. Pelan-pelan satu sendok bolu lembut itu masuk ke mulut dan lumat menjadi satu dengan rasa coklatnya yang mantab. Sesendok demi sesendok pun habis sudah. Tak terasa. Kebahagian itu bagaikan sesaat saja. Menikmati proses bergeraknya pun bersama-sama. Itulah chocolava.


Duh siapa yang tak kenal makanan satu ini. Bagi para pecinta coklat, chocolava tentu tak asing di telinga.  Dari tampilannya sudah menggoda banget. Kalau sudah mencicipinya, bisa bikin lupa gunungan setrikaan tumpukan cucian. Mengapa? ya apa lagi kalau bukan karena nikmatnya perpaduan coklat dan bolu lembutnya. Seolah-olah ia tahu kalau kita butuh kebahagiaan berjenak-jenak.


Saat menjadi fasil, ada yang sejak awal memang sudah tampak asyik saat diskusi. Mengalir dan bisa masuk ke banyak karakter siswi/mahasiswinya. Selalu punya cara menarik saat berdiskusi. Bahkan saat diskusi yang agak dalam pun fasilitator makin asyik menjelaskan materi yang ada. Bisa dengan memunculkan contoh real yang ada di sekitar kita atau bahkan memunculkan beberapa data dan fakta yang shohih. Bila menyangkut hal ini, tentu kepiawaian fasil akan terlihat bahwa ia telah mempersiapkan diskusi kelas dengan referensi yang ia miliki.

                                        img-1570575506.jpg
 

Jadi, tipikal seperti apa mak kalau lagi jadi cik gu? Siap naik kelas?

Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial