Home / Artikel Peran Matematika dalam Kehidupan Sehari-hari

Peran Matematika dalam Kehidupan Sehari-hari

Peran Matematika dalam Kehidupan Sehari-hari

Tips Ketjeh

Kamis, 20 Juli 2017

4. Membuat rencana dan target mandiri

                “Bun, lihat deh. Ini namanya feed instagram, Bun. Dah tahu kan?” Si sulung menyodorkan hpnya pada ku. Terlihat beberapa hasil jepretannya yang tersusun satu tema, cantik, enak di pandang. Saya selalu suka apa yang dihasilkan dari semua jepretan si sulung ini.

                “Kok bisa gitu, Mas?” Antara gaptek dan kepo memang beda tipis. Hehehe.

                “Bisa lah, Bund. Nanti ngaplotnya yang harus berurutan, biar tampilan fotonya jadi satu tema. Enak dilihat, ga alay lebay ga karuan gitu.”

Bundanya manggut-manggut.

                “Bund, kayaknya, aku mau beli kamera aja deh. Ganti kamera yang hilang waktu itu. Tapi uangku belum cukup nih.” Tiba-tiba si sulung melirik dan tersenyum padaku, senyum yang sangat kuhafal. Senyum rayuan modal. Si sulung memang hobby sekali dengan dunia foto. Sudah beberapa kali diminta memegang kendali dokumentasi foto dan video dalam berbagai acara. Yang terakhir mengelola dokumentasi dan slide perpisahan SMAN di kota Bogor. Saya selalu suka dengan seluruh hasil jepretannya yang bisa ‘berbicara’. Semua disimpan dalam path pribadinya yang disetting privasi.

                “Sudah merencanakan apa untuk membeli kamera idaman, Mas?” Tanya saya.

                “Aku udah ngincer satu kamera. Masih perlu dana tambahan untuk bisa belli itu.”

                “Jadi, menurut mas, harus bagaimana biar nyampe jumlahnya ke angka yang dibutuhkan?”

                “Sepertinya, aku harus kencengin bikin templet slide trus dilepas di web itu deh. Mmmm... bisa juga buka jasa re-make­ slide seperti waktu itu. Kemarin sudah berhitung, butuh tiga bulan setengah untuk mencapai target nih, Bun. Kalau dipecah jadi per hari, gede juga, harus bener-bener nyarinya.”

                “Oh begitu, sekarang, apa yang sudah dkerjakan untuk mencapai target itu, Mas?”

                “Sekarang kan aku lagi UAS, baru kepikiran itu aja sih, paling tak kerjain slidenya setelah UAS beres.  Oia,aku udah ada yang minta re-make­ slide nih, Bund, tapi aku pending sampai selesai UAS.”
                “Ok. Itu sudah betul, selesaikan dulu yang prioritas, UAS dahulukan. Berarti  sudah ada gambaran dong ya berapa per hari yang harus Mas dapatkan keuntungannya. Bunda bantu doa ya, Mas.”

                “Yaa...Bunda, jangan doa aja dong, gimana kalau bantu modal juga, nanti aku yang nyicil ke bunda, gitu.”

                “Maaf ya mas, kita sudah sepakat. Tahun ini tidak ada peminjaman modal dulu, kita fokus untuk yang lebih prioritas. Mas inget kan apa itu?”

                “Iya, aku inget. Ya sudah, aku coba dulu pake caraku tadi.”

===

Diskusi kami tadi pagi sebelum berangkat sekolah. Kadang butuh tega tingkat tinggi untuk mengenalkan pada anak antara kebutuhan dan keinginan. Kalau itu memang jadi keinginannya, maka kita bisa arahkan dengan membuat rencana menuju keinginannya itu dengan cara seperti apa.

Sekali lagi, bahwa matematika tak hanya beruspa deretan angka dan sebaris rumus semata, tapi mengenalkan cara mencapai target pada anak, juga bagian dari matematika yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, mengapa matematika bisa menjadi momok yang menakutkan?

Yuk, mulai kenalkan bahwa matematika itu menyenangkan.

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial