17 Cara berkomunikasi dengan remaja

17 Cara berkomunikasi dengan remaja

Day 6-Menjadi Pendengar Aktif


Mak...

Pernah ada yang tahu tentang mendengar aktif kah, mak?
Yup, mendengar aktif itu tak hanya sekedar mendengar menggunakan kedua telinga, namun lebih dari itu. Mendengar dengan seluruh tubuh, fokus dan betul-betul mendengar dengan hati pada lawan bicara. Tinggalkan semua pekerjaan atau apapun yang sedang kita lakukan (ini yang susah niih), fokus pada lawan bicara, anak kita. Tak hanya bahasa tubuh, jawaban-jawaban saat mendengarkan mereka bercerita, juga sangat membantu untuk membuat anak kita mau dan nyaman bercerita.

Coba emak bayangkan, saat anak datang pada kita dengan berapi-api menceritakan kekesalannya pagi tadi pada temannya, lalu emak tidak menyambut kekesalannya. Emak khusyuk dengan irisan cabe persiapan masak sambil sesekali menjawab,

"Ya ampun, kak, gitu doang kok kesel sama temen sih, nanti juga lupa."

Kira-kira, apa reaksi anak saat emak bicara seperti itu? Memang sih, ada saat dimana kita juga sedang riweuh dengan pekerjaan rumah yang nyaris tak pernah selesai. Tapi tahu kah mak, saat hati dan pikiran anak sedang berada di puncak-puncaknya emosi, entah itu sedih sekali, kesal sekali atau gembira sekali, kita mudah loh memasukkan hal-hal baik yang ingin kita tanamkan kepada anak. Karena kondisi pikiran mereka berada pada kondisi yang puncak emosi, siap menerima informasi apapun..

Hari ini mendengar aktif saya diuji. Si bungsu minta berhenti per bulan ini untuk menghafal al quran bersama guru A. Saya yang baru saja pulang dari luar rumah, nyaris naik pitam. Bahasa tubuh saya pun belum 100% menghadap ke si bungsu saat ia menyampaikan hal itu. Awalnya saya spontan bilang, ga boleh berhenti tahfidznya tanpa bertanya dulu why nya. Si bungsu langsung mengingatkan saya untuk mendengarkan why nya dulu. Oh, baiklah, saya salah, langsung menarik kesimpulan tanpa bertanya mengapa ia ingin berhenti. Dan ternyata ada alasan mengapa ia tidak mau lanjut tahfidz quran bulan ini. Ia tidak nyaman setor hafalan karena gurunya adalah laki-laki. Dan ia pun langsung memberikan solusi untuk ikut di lembaga A yang gurunya perempuan. Ok, saya sangat bersyukur, solusi datang dari si bungsu langsung. 

Mak, saya jadi teringat sebuah kisah yang pernah disampaikan salah seorang ustadz. Bahwa ternyata, Rosulullah, setiap ada yang memanggil beliau atau mengajaknya berbicara, beliau tak hanya sekedar menengokkan kepalanya, namun seluruh tubuhnya beliau hadapkan pada sang lawan bicara. Ini bahasa tubuh yang luar biasa. Betapa sesungguhnya beliau telah mengajarkan pada kita bahwa bahasa tubuh yang katanya penelitian membawa 80% maksud berkomunikasi, telah Rosulullah laksanakan terlebih dahulu sebelum datang penelitian itu. Kalau kita dipanggil oleh teman, biasanya hanya kepala saja yang kita tolehkan, namun tidak dengan Rosulullah. Seluruh badannya juga ikut menghadap ke orang yang memanggilnya. 

Lalu, bagaimana dengan kita saat anak memanggil, mak?
#ngaca

Sumber : https://azkail.com/17-cara-berkomunikasi-dengan-remaja-detail-57022?page=6