Reflection


Membiasakan sesuatu untuk terus konsisten itu butuh perjuangan. Apapun yang mau dikonsistensikan. Saat saya memutuskan unutk konsisten menuliskan apa yang telah dilakukan sebagai bagian dari mengukir sejarah sendiri itu, luar biasa godaannya. 15 hari ke belakang, saya belajar tentang bagaimana mengelola waktu di antara kesibukan di rumah dan tugas luar, belum lagi saat fakir sinyal. Maka proses kemarin itu benar-benar membuat saja seperti dipecut kembali. Tak hanya itu, pilihan untuk menyelesaikan portofolio anak-anak pun mulai rampung. Yeay...joged-joged daah. Awalnya, mau menyelesaikan portofolionya si bungsu, namun dalam perjalanannya, akhirnya saya memutuskan, sekalian saja membuatkan untuk si sulung. Toh sebetulnya semua berkas sudah ada tinggal mengkreatifitaskan bagaimana penyusunannya saja.


 

Tantangan berikutnya muncul, tak kala harus bekerja sama dengan mereka berdua dalam projek portofolio ini. Ternyata, sekalipun mereka sudah bersepakat untuk mengerjakan projek ini bersama, ada saja kendalanya. Kebetulan, memang bertepatan dengan persiapan mereka berdua untuk performance di salah satu acara besarnya HS (homeschooling) di kota kami. Waktu yang ada betul-betul dimanfaatkan, minimal, mencicil bagian masing-masing setiap hari satu jam. Dan ini berhasil, walau belum maksimal. Alhamdulillah. 


Satu hal yang kemudian saya dibuat kepo oleh si sulung, karena ia sama sekali belum bisa membantu dan hanya menjawab, aku akan buat portofolio ala aku sendiri. Dan saya diminta untuk menunggu waktunya saja. Oh ok, saya menghargai keputusannya. Saya pun melanjutkan bersama si bungsu untuk menyempurnakan portofolionya. Malam sebelum  tiba, si sulung memberikan prin out perjalanan proyek terakhirnya kepada saya. "Ini bund, portofolioku yang kemaren. Aku sudah buat ini." Sambil menyerahkan satu bundel buku kepada saya. Ini dia penampakan covernya.

                                        img-1511596312.jpg                        


Portofolio di atas adalah hasil dar perjalanan membuat proyek 6 bulan terakhir ini. Dirangkum dengan visualisasi keren. Yang membuat saya tercengang adalah kreatifitasnya semakin berkembang dalam menerjemahkan bahasa lisan ke bahasa visual. Ilmu yang ia dapatkan selama beberapa kali training, magang dan membuka kelas pptx, betul-betul dimunculkan di buku itu. Saya jadi teringat materi yang sedang saya pelajari di kelas bunda sayang bulan ini terkait kreatifitas. Bahwa pada dasarnya, anak itu sudah memiliki kreatifitasnya sendiri, hanya tinggal kita yang harus dan mau memberikan ruangserta panggung yang tepat pada mereka. Dan rasa penasaran saya pun terbayar lunas saat buku ini ada di tangan saya. Semoga Allah memberikan rasa sayang pada mu nak, untuk terus dapat terus memanfaatkan ilmu kepada orang lain.img-1511596737.jpg


Kalimat terakhir dari gambar di samping ini nonjok banget mak. Karena, pada dasarnya anak itu terlahir sudah kreatif, maka kitalah yang harusnya memantaskan diri. Artinya, kita harus banyak belajar pada siapapun untuk bisa memantaskan diri menjadi orang tua. Orang tua itu tidak ada sekolahnya layaknya seperti TK, SD, SMP dan seterusnya. 


Saat mendapatkan tantangan di game kelas bunda sayang, saya langsung memilih melanjutkan portofolio ini dengan melibatkan anak-anak. Dari sana, awalnya, saya hanya berfikir, bahwa kreatif itu sesuatu yang bisa diproduksi, menghasilkan karya nan indah. Ternyata, kreatif itu luas pengertiannya. Nah, ilmu-ilmu seperti inilah yang saya dapatkan di tema bulan ini.


Kembali ke portofolio, ada beberapa catatan saya saat membuat portofolio, mungkin bisa menjadi pelajaran berharga untuk siapa pun yang ingin mencobanya. Tapi sebelumnya, sudah tahu kan apa itu portofolio, mak? hehehe. Ya portofolio itu dokumentasi perjalanan (dalam hal ini, anak) mulai dari lahir hingga saat ini. Bentuk pendokumentasiannya bisa dalam bentuk digital (video, kumpulan foto dalam bentuk pptx, disimpan di blog dan sebagainya) atau seperti layaknya sebuah raport perkembangan anak yang tersimpan di dalam folder. Masing-masing bentuk atau model portofilio, tentu saja memiliki plus minusnya sendiri. Tergantung kebutuhan mana yang akan emak maksimalkan.


Saat ini, saya dan anak-anak sedang melakukan keduanya. Ya, kami memiliki dalam bentuk digital, kami simpan di blog ini, di gdrive, di back up di leptop dan dalam bentuk hard file, disimpan dalam folder-folder khusus.  Karena portofolio merupakan peta perjalanan anak, maka ada baiknya emak mulai mendokumentasikan :


1. List perkembangan anak sesuai dengan usianya sebagai acuan emak merangkai portofolio

2. Hasil karya anak yang mewakili kelebihannya akan sesuatu

3. Foto-foto pendukung dalam setiap kegiatan atau aktifitas

4. Catatan emak sebagai orang tua melihat setiap perkembangan anak di setiap evidence/bukti fisik. Apa refleksinya dari kegiatan itu bagi anak.

5. Sertifikat atau bukti anak mengikuti setiap kegiatan.


Kalau diingat-ingat ke belakang, tentu kita pernah mendokumentasikan banyak moment terkaitan kegiatan anak. Hanya saja tidak pernah didokumentasikan dengan baik dan belum faham betul, bahwa itu semua, bila didokumentasikan jadi satu, sebagai orang tua, kita bisa menmukan benang merah kelebihan dan kecenderungan anak ada di area mana. Tak hanya itu, buat saya pribadi, ada hal lain yang lebih penting dari 'sekedar' mendokumentasikan aktifitas anak. Berikut beberapa di antaranya, semoga bermanfaat.



1. Temukan WHY nya, mengapa emak mau membuat portofolio anak

Memiliki why yang kuat, akan membantu menaikkan semangat saat lelah dan mulai bosan mengumpulkan puzzle dan rangkaian kegiatan, foto atau berkas lain yang akan didokumentasikan jadi satu.


2. Tidak ada kata terlambat

Ya, betul, tidak ada kata terlambat bagi emak yang baru mau mendokumentasikan semua proses yang telah anak-anak lalui saat anak sudah besar. Mendokumentasikan perjalanan anak ini membantu kita, orang tua, untuk menemukan titik kelebihan anak ada di area mana.


3. Mulai sekarang juga

Mulailah saat ini juga. Jangan ditunda. Susun berkas yang ada lalu urutkan sesuai tanggal untuk memudahkan. Bagi dua folder antara kegiatan dan hasil karya anak. Ini portofolio berkas punya si sulung. Saya menyimpan mulai dari dokumen hasil USG pertama kali saat tahu saya hamil, bon belanja pertama saat membeli keperluan baby sulung sebelum ia lahir sampai sertifikat dan foto kegiatannya sampai hari ini.

                                    img-1511597199.jpg

4. Libatkan si empunya portofolio

Dengan melibatkan anak untuk merangkai perjalanan hidupnya, biasanya diskusi kecil mulai dari yang ringan-ringan sampai yang agak berat terkait mimpinya, akan muncul saat emak dan anak merangkai portofolio. Dari situ, kita, orang tua mendapatkan input baru terkait apa yang anak impikan.


5. Sediakan satu wadah khusus untuk menyimpan dokumen portofolio

Mak, ada kalanya malas itu datang. Malas untuk memasukkan dokumen atau menuliskan narasi terkait kegiatan anak. Maka baiknya, sediakan wadah atau kotak khusus portofolio yang diketahui juga oleh anak apa fungsinya. jadi kalau di sekolah ia mendapatkan sesuatu yang perlu disimpan dalam rangkaian portofolio, minta anak-anak untuk menyimpannya di wadah itu. Sediakan juga label stiker dan pulpen ya mak untuk menandai atau mungkin menarasikan sedikit terkait dokumen itu.


6. Sediakan waktu khusus dalam satu minggu untuk merapihkan dan mendiskusikan bersama pasangan dan si empunya portofolio


7. Konsistenlah

Ini penting pake banget. Saat kita sudah berkeinginan untuk mendapatkan gambaran tentang perjalanan anak kita, maka portofolio bisa membantu menemukan sesuai dengan apa yang memang diinginkan oleh anak, bukan oleh kita orang tuanya.


Ini mak salah satu manfaat kalau kita bisa sedikit demi sedikit mendokumentasikan perjalanan anak kita. CV sederhana si sulung akhir tahun lalu.

                            img-1511598121.jpg

Dari cv sederhana itu, kita bisa mulai menemukan arah dan kecenderungan minat anak ada di area mana setelah kita banyak mempertemukan anak dengan ragam kegiatan dan banyak orang.


Semoga bermanfaat

#aliran rasa setelah mengikuti materi kreatifitas kelas bunsay IIP

Sumber : https://azkail.com/bikin-portofolio-anak-yuk-detail-55603?page=16