Ini Serunya Ikut Komunitas Menulis

Ini Serunya Ikut Komunitas Menulis

Bila kau bukan anak seorang raja dan bukan pula anak seorang ulama besar, maka jadilah penulis. - Imam Ghazali

Mengapa harus menulis

Kalimat di atas tuh selalu terngiang di telinga sejak SMA.  Kenapa pilihan itu jatuh sebagai seorang penulis, bukan yang lain. Pasti ada hal menarik dibalik kalimat dari Imam Al Ghazali itu. Trus auto mikir, pengalaman saya menulis itu cuma menulis diari sejak sd dan mencatatkan portofolio anak aja. Selain dari itu ga ada. Trus lagi ya, kalau kata mba Helvy Tiana Rosa, ketika karya selesai ditulis, maka pengarang tidak akan mati, ia baru saja memperpanjang usianya.  Widiih, ngeri banget yekaan. Apalagi kalau karya yang ditulis itu berupa kebaikan dan ilmu yang bermanfaat yang bisa membawa kita pada tabungan amal untuk akhirat. Masya Allah.


Dari kalimat-kalimat itu lah yang kemudian menjadi trigger untuk terus berlatih menulis, apapun selama hal baik untuk disyiarkan, maka saya harus terus belajar menulis. Kan kalau kata JK Rowling, menulislah dari apa yang kau ketahui, tulis tentang perasaan dan pengalamanmu sendiri. Terlihat sederhana ya? Keknye kok 'gampang' bet untuk nulis tuh kalau baca penyemangatnya JK Rowling.  Terngiang paket lengkap lah itu semua ya di kepala dan telinga saya.


Jadilah penulis.

Duileeh, pegimane caranyee?

Punya waktu ga sih untuk nulis?

Nulis apa ya?

Kayaknya enakan ngoceh deh dari pada nulis, ga capek gituu. 

Emang saya bisa nulis?


Dulu berpikir untuk menjadi penulis itu kok kayaknya jauh banget gitu. Yang ada di kepala saya kalau yang namanya penulis tuh, orang yang bisa dan sudah menelurkan buku keren. Bukunya dipajang di rak toko buku. Itulah penulis. Jadi masih terkotakkan kalau karyanya seorang penulis itu adalah buku. Tapi ternyata ga cuma itu aja lingkup penulis. Ada penulis artikel, karya ilmiah, jurnal akademisi, blogger dan lainnya. Terbuka ruang untuk terus menulis menggunakan media apapun. Ah, saya musti banyak belajar.


Mulailah dari sini

Tak lama saya pun mulai sering corat ceret, membuat sedikit catatan di buku kecil yang selalu saya bawa setap hari. Berusaha menuliskan apa yang saya lihat, dengar dan rasakan setiap hari di blog. Semua tulisan di blog, saya privat. Belum berani dipublish. Seminggu sekali saya baca kembali tulisan-tulisan itu. Banyak yang aneh, secara tata bahasa pun ngawur ra karuan, kebanyakan kalimat tidak efektif, tidak terstruktur dalam menyampaikan dan banyak ditemukan kata berulang. Aiih, saya harus menemukan lingkungan dan mentor yang bisa membantu saya nih. 


Tak lama, Allah mendekatkan saya pada beberapa komunitas menulis plus lingkungan penulis. Mulai dari yang masih sama seperti saya, baru belajar menulis, sampai pada penulis-penulis inspiratif pun saya masuk ke komunitasnya. Kegiatan offline online saya ikuti. Wah, bahagia tingkat dewi lah kalau sudah ketemu orang-orang yang memiliki satu passion dengan kita. Aura dan semangat positifnya nulari ! Saya pun makin semangat untuk lanjut menulis dan berbagi lewat tulisan.


img-1620310513.jpg


Lalu tahun 2016 saya nyemplung lagi di sebuah komunitas perempuan yang kemudian saya dibukakan mata hati. Di komunitas ini saya banyak belajar tentang kehati-hatian dengan ucapan dan tulisan yang kita lontarkan. Sesuatu yang sudah disampaikan tak bisa kita tarik kembali. Apa lagi bila itu sebuah tulisan di media. Rekam jejak digital akan terus ada.  Maka betul, bahwa kunci untuk berhati-hati dalam menulis, udah jadi kewajiban. Setiap kata yang kita tulis akan dimintain pertanggung jawabannya. Beraaat Esmeralda, beraat.


Kadang ya, dalam sebuah keadaan, kita seringkali tak sadar bahwa kita sedang mengkerdilkan diri sendiri. Kitalah yang mengijinkan diri kita sendiri untuk direndahkan. Persis seperti yang sering saya dengar sejak SMP, bahwa Allah itu sesuai prasangka hambanya. So, Jangan pernah merendahkan diri sendiri, tidak ada yang merendahkan diri kita kecuali kita mengijinkannya. Ini kalimat makjleb icikiwir lagi yang saya dapatkan di komunitas tersebut.


Mungkin kita sering mendengar kalimat :


"Apalah saya, saya mah cuma remahan rengginang aja."

"Saya tuh ga bisa apa-apa, cuma bisa itu aja, belum keren ituh."


Secara tidak sadar, kita sudah mengijinkan untuk merendahkan diri sendiri saat mengucapkan kalimat di atas. Dan itulah yang akan Allah berikan kepada kita. Selama kalimat itu tak dirubah, maka kita beneran seperti remahan rengginang. Seolah tak ada usaha dan kerja keras untuk mencapai titik tertentu. Sudah cukup dan merasa puas di satu area saja. Padahal Allah menciptakan mahluknya itu tak ada cacat sedikitpun, bentukan yang sempurna luar dalam. Hanya saja, kita belum tahu apa kekuatan dan kelebihan yang kita miliki. 


Dan akhirnya saat komunitas itu membuka wadah untuk para perempuan yang suka menulis, saya pun ikut didalamnya. KLIP namanya alias Kelas Literasi Ibu Profesional. Awalnya hanya tempat wadah kami untuk belajar konsisten setiap hari menulis. Ini tantangan banget. Saya berusaha mendobrak rasa mager menulis setiap hari. Jadi otomatis saya harus punya kandang waktu menulis setiap harinya. Harus mau untuk menuangkan coretan-coretan kecil dari buku ke dalam tulisan yang sedikit lebih dalam dari biasanya. Dan tau ga, di KLIP itu, makin kesini makin keren tantangan dan kegiatannya. Plus membawa semangat positif untuk saya pribadi loh. 


ADA KESERUAN APA SAJA DI KLIP ?


1. Belajar konsisten dan komitmen

Yes, ini iyeess banget, mak. Kalau kita berada dalam lingkungan yang satu passion satu semangat gitu, nulari. Minimal kalau lagi baca tulisan KLIP-ers tuh bikin darah mendidih kepengen segera nulis gitu. Atau minimaaal biyanget, kita dapet banyak insight dari tulisan KLIP-ers yang keren-keren.


img-1620311094.jpg


Nah, di KLIP tuh ya, membuka peluang dan kesempatan belajar untuk konsisten dan komitmen atas apa yang kita pilih. Buat apa? Ya buat kita sendiri. Ada kesempatan untuk menulis apapun dan di media apapun yang perlu disetorkan link tulisannya ke KLIP. Mau target berapa tulisan dalam satu bulan? Itu kita sendiri yang menentukan. Di sinilah belajar konsisten dan komitmen kita diuji.


Yang bikin gemes dan menantang itu ya, ada minimal jumlah kata dalam setiap tulisan yang kita setorkan. Minimal 300 kata ya mak. Kenapa musti 300 kata? Ya ini siih menurut saya batas bawah sebuah tulisan agar ga bikin panjang kali lebar kali tinggi. Pas lah kalau baca artikel 300 kata tuh. Sepanjang satu halaman A4 aja. 


Kalau kurang dari 300 kata boleh disetorkan? Boleh doong, tapiiii ga dihitung satu kali setoran kalau mau dapetin rewardnya ya. Seru aja sih ada semacam reward badge penyemangat untuk selalu menulis lebih baik lagi gituuu.


2. Reward bulanan

Yuhuuu, siapa siih yang ga suka sama reward. Sebuah bentuk apresiasi yang diberikan atas usaha yang telah kita lakukan. Bentuk rewardnya bisa bermacam-macam. Tapi di KLIP, kami diberikan badge yang terbagi dalam tiga kategori. Tahun ini sampai bulan Mei saya berhasil memboyong tiga badge kebahagiaan, kebanggaan dan ketakjuban pada diri sendiri. Waw, ternyata saya bisa. Dan percaya ga, dua naskah saya yang sempat mangkrak pun kelaaaar, maak. Bahagia banget yekaaan.


img-1620294102.jpg        img-1620294414.jpg

Outstanding selama Januari-Februari, Excellent di bulan Mei



3. Tambah 5P

Yup, bener banget, selama saya ikutan komunitas menulis dan berusaha untuk aktif didalamnya, saya bertambah loh 5Pnya. Apa sih 5P itu?


Pengetahuan saya bertambah seputar dunia kepenulisan dan literasi. Di KLIP tuh banyak sessi berbaginya. Cocok buat yang haus ilmu kepenulisan macem saya. Banyak penulis keren nan senior di situ yang ga pelit ilmu.


Pergaulan saya meluas, masya Allah. Bersyukur pake banget berada dalam keluarga KLIP. Dari ujung Sumatera sampe ujung Papua Barat ada. Bahkan dari luar Indonesia pun banyak. Saya menikmati saat blogwalking.


Pengalaman pun tambah menarik. Berada dalam sebuah komunitas menulis itu aneka rupa pengalaman literasinya. Yang jelas, pengalaman praktek menulis dengan melihat tulisan para KLIP-ers lain, menjadi guru terbaik saya. Ada yang gape menulis review film drakor, buku-buku berkualitas, seneng nulis fiksi atau sekedar mengalirkan rasa setelah seharian berkutat dengan keluarga di rumah. 


Penghasilan juga nambah loh maak. Apa hubungannya? Ssttt...saat tulisan kita dihargai oleh klien itu luar biasa rasanya. Menulis bisa dari mana saja tapi bisa menghasilkan penghasilan itu sesuaattu rasanya. Kalau ini saya baru tekuni sejak 2016. Ada saja klien yang rikues artikel untuk iklan dan bantu mengisi websitenya. 


Prestasi. Iyess, prestasi. Buat saya prestasi tuh tak melulu soal juara ini itu, ga mak, ga. Tapi prestasi tuh pencapaian atas usaha maksimal yang telah dilakukan sesuai dengan harapan. Adanya perubahan ke arah yang lebih baik itu juga bagian dari sebuah prestasi. Dari sekian banyak prestasi yang saya dapatkan selama mengikuti komunitas menulis itu adalah keseruan proses mendapatkan ini mak, salah satunya :


img-1620311892.jpg
Siapa yang nyangka cobaa, ada apresiasi kek gini


4. Rabu Buku
Nah, ini yang paling saya suka. Pecutan buat para KLIP-ers itu adalah keinginan untuk membaca banyak literasi, buku dan sejenisnya. Mengapa? Karena membaca adalah amunisi dan pusat putaran bagi seorang penulis yang tak bisa dielakkan. Di KLIP setiap Rabu itu adalah harinya berbagi buku bacaan. Tulis reviewnya jauh lebih baik biar banyak KLIP-ers mendapatkan referensi bacaan. Dan ternyata hari ini saya pun mendapat kejutan dari KLIP.

img-1620314016.jpg

Kalau dibuat seperti ini, saya jadi bisa mengukur diri, bahwa ternyata satu bulan satu kali nge review buku. Walau lebih dari itu sudah baca buku-buku lainnya. Selalu bikin saya semangat nih ada di komunitas ini. Belum lagi ketambahan amunisi terjempol macem ini:

img-1620314168.jpg

Terima kasih KLIP tersayaang yaa. Sudah banyak membantu saya fokus pada ceu KOKOM (Konsisten dan KOMitmen). 


Sumber : https://azkail.com/ini-serunya-ikut-komunitas-menulis-detail-435260