Lokasi padepokannya terbagi menjadi dua bagian besar. Saat kita masuk halaman padepokan maka kita akan menemukan pendopo besar, biasa digunakan untuk duduk lesehan berdiskusi dengan pak Failasuf atau tempat beliau menerima tamu. Lahan sebelah kirinya terdapat dua bangunan memanjang, kanan dan kiri. Kami diajak memasuki bangunan di kanan Pranggok pesisir terlebih dahulu. Dan wow, ternyata kami diperkenalkan dengan tahapan membatik. Karena sebagian besar bahan batik pak Failasuf adalah sutera, maka hari itu kami melihat langsung bagaimana proses batik tulis berbahan sutera.
Serasa pulang ke rumah eyang. Dokumentasi pribadi
Ruang diskusi terbuka, disuguhi pisang goreng hangat, obrolan makin asyik
Di tengah bangunan memanjang itu terdapat tali yang dibentagkan guna menjemur kain batik.
Disini kami melihat seluruh rangkaian proses membuat batik mulai dari mencetak gambar atau pola batik, membatik menggunakan canting dan malam, melakukan pewarnaan, koreksian pola hingga pengerjaan batik cap. Wajar saja harga batik tulis itu sangat malah. Selain pengerjaan setiap lembarnya membutuhkan sekitar tiga bulan, detil pola dan pewarnaan yang menggunakan bahan alami sangat diperhatikan. Beda dengan batik cap, sekalipun dicap, tetap saja sulit mak. Karena pembatik harus betul-betul mencap persis dan mampu mengikuti pola yang sudah ada dengan betul dan persisi. salah satu kali cap, hilanglah satu lembar kain. Dari semua pembatik hari itu, tak hanya ibu-ibu yang sudah berusia lanjut, namun generasi muda seusia saya pun larut dalam membatik.
Proses mencetak pola di atas kain sutera
Membatik sesuai pola
Kelihatannya mudah ya mak, 'hanya' menebalkan pada pola yang sudah ada. Tapi tahukah mak, bahwa kalau membuat agar malam atau cairan tidak mbleber tumpah itu butuh kecepatan dan ketepatan waktu? belum lagi kalau tidak terbiasa menirukan pola, yang ada malah menjadi rusak dan jelek dilihat. Angkat jempol untuk yang punya keterampilan membatik.
Quality Control
Saat terdapat kesalahan pola membatik, bapak ini bertugas memberikan tanda merah pada pola yang tidak tepat. Untuk kemudia diberikan kepada tim yang akan memperbaiki pola yang salah tadi. Keren loh bapak ini. Sudah hafal banyak motif. Jadi cukup sekali pandang saja beliau sudah faham mana yang tidak presisi mana yang tidak sesuai pola. Kalau mata saya yang lihat siiih, dah bagus kok, ga salah-salah banget. hehehe. Makanya saya ga bisa jadi QC nya para pembatik.
Kain yang telah melewati QC, diperbaiki, dikoreksi dengan cairan.
Proses beberapa pewarnaan sedang dilakukan.
Proses perwarnaan ini rumit lagi, mak. Bila ingin mencelupkan dengan warna kedua, maka warna pada pola pertama harus ditutup dengan malam. Agar warna kedua bisa mendapatkan warna yang diinginkan. Lalu dijemur atau diangin-anginkan, kemudian malam yang menutup warna pertama 'dibuka'. Pantas saja harga batik tulis itu mehong ya, mak. Ga cuma prosesnya yang lama, tapi bikinnya juga pakai hati.
Bersyukur sekali bisa melihat dan mendapatkan ide segar langsung dari maestronya. Tak hanya belajar dari bagaimana proses yang beliau lalui hingga saat ini, namun bagaimana membangun dan melibatkan masyarakat sekitar untuk kembali mencintai dan menghargai karya nenek moyang sampai menjadikan wilayah ini menjadi kampung batik, itulah yang tidak terbayar akan jauhnya perjalanan awal Januari lalu.
Lalu, apa yang sudah kita lakukan untuk perbaikan lingkungan terdekat kita ya?