Kau Wulan dan Aku Bintang

Kau Wulan dan Aku Bintang

“Sreeet...Sreeet...Sreeet....”


Tiba-tiba, aku mendengar langkah kaki kian mendekat ke arahku. Aku bergerak mengendap-endap menuju belakang lemari rusak di sudut ruangan. Sambil sesekali melihat ke arah pintu depan.


“Ngiiik...”


Pintu depan dibuka oleh seseorang. Jantungku berdegup makin kencang. Aku bisa melihatnya dari sini, jelas sekali. Seorang lelaki bertopi hitam. Laki-laki berperawakan kurus itu menggunakan kaos hitam bergambar burung, memasuki ruang tengah rumah hijau ini. Oh, lihat, itu di tangannya terdapat luka yang sangat ku kenal. Betulkah itu dia?


“Wulan...Wulan...kamu di mana?”

Oh ya Allah, aku sangat mengenal suara berat itu.


“Bang Muslih! Ada apa abang ke sini?”


Aku langsung keluar dari persembunyianku. Menghampiri orang yang selalu membantu kami, saat kami susah. Orang yang sudah kami anggap sebagai abang kandung sendiri. Orang yang mengenalkanku pada olahraga parkour. Orang yang telah menyelamatkan kak Bintang dari musibah kebakaran beberapa tahun yang lalu. Itulah yang menyebabkan ada bekas luka bakar di tangan kirinya.


“Wulan? Ya Allah, kamu baik-baik saja kan?”


“Alhamdulilah baik, bang. Kok abang tahu kalau Wulan ada di sini? Tahu dari mana?”


“Kita ngobrol sambil jalan saja. Sudah tak ada waktu. Nanti abang ceritakan saat di perjalanan ya. Sekarang ayo kita ketemu dengan Bintang.”
Jawab bang Muslih cepat.


“Kak Bintang? Abang ketemu dengan kak Bintang? Sekarang dimana? Gimana kondisinya? Kami berjanji akan bertemu di sini saat pengejaran itu, bang. Tapi kak Bintang tak kunjung datang. Wulan jadi merasa bersalah meninggalkan kak Bintang.”


Rentetan pertanyaan yang tak bisa kubendung lagi. Tumpah semua selama perjalanan entah menuju ke mana.


“Kau yakin kan tidak ada yang mengikutimu saat kau kabur dari rumahnya koh Wang?” Tiba-tiba bang Muslih bertanya.


"Aku yakin, bang, mereka mudah sekali terkecoh. Karena Wulan kan hafal daerah sini. Oia, mereka ngomongin soal kotak itu loh, bang. Kotak itu ada di tas hitam yang dibawa kak Bintang waktu itu. Emang, apa isinya sampai mereka mengejarnya hingga ke sini?.”


“Kamu tahu apa isi kotak itu?”


Aku menggeleng. Aku ingat bahwa abang melarangku membukanya sendiri. Buka kotak itu harus bersamaan dengan benda bulat yang satunya lagi, dan itu ada di tas hitam. Begitu pesan bang Muslih saat aku menerima tas hitam beberapa hari yang lalu.


“Kotak itu berisi sejarah hidupmu dan Bintang....”


Belum selesai bang Muslih menjelaskan, aku terpaku pada sosok yang sangat aku kenal di depan rumah bilik itu. Wanita hebat yang sangat ingin kutemui selama ini. Wanita yang selalu melindungiku kapanpun dan dimanapun aku berada. Wanita yang sangat sabar pada setiap kelakuanku selama ini. Aku sangat bahagia karena selalu bisa berada di dekatnya. Aku sangat senang selalu bisa membuatnya tertawa.


“Akhirnya Allah mempertemukan ku dengan dirinya...” bisikku dalam hati.

Aku berlari, memeluknya erat, erat sekali. Aku tak ingin kehilangan dia lagi, satu-satunya keluargaku, kak Bintang. Kami berpelukan dan menangis bahagia bersama. Tak ada satu katapun keluar dari mulut kami. Air mata sudah menggambarkan semuanya.


"Wulan, lihat itu siapa yang ada di belakangmu, nak?"


-bersambung-

Sumber : https://azkail.com/kau-wulan-dan-aku-bintang-detail-48175?page=9