Kanthi Budaya urip bakal tumata-Dengan berbudaya, hidup akan lebih teratur
Akhirnya, muncul satu kampung wisata edukasi yang kami butuhkan. Ya, kampung jawi yang terletak di Kalialang kelurahan Sukorejo ini begitu menarik perhatian saya. Saya langsung menghubungi pak Siswanto yang ternyata beliau adalah ketua Rukun Warga. Saat saya dan teman-teman hadir di kampung jawi, seluruh warga menerima dengan sangat terbuka. Sejak masuk kota Semarang, saya sudah dipandu menuju lokasi beliau dan sudah ada salah satu warga yang menunggu di ujung jalan raya.
Tak hanya itu mak, sambutan luar biasa pun kami terima saat datang ke Kalialang. Tarian reog, umbul-umbul serta spanduk ucapan selamat datang, menyambut kami. Beberapa petinggi perangkat desa pun ikut dalam barisan penyambutan di depan gapura kampung jawi. Betapa adab menerima tamu betul-betul terasa, belum juga turun dari bis, penerimaannya membuat kami merasa diterima. Rasanya gimanaaa gitu disambut semeriah ini.
Dokumen pribadi
Bukan hal mudah membuat satu kampung memiliki visi yang sama loh. Perlu keberanian, kemauan dan pengorbanan yang luar biasa untuk menjadikan kampung wisata yang layak dikunjungi warga lain untuk saling belajar. Dan benar saja, menurut pak Siswanto selaku perangkat desa, perlu sekitar beberapa tahun untuk menggerakkan kesadaran warga akan pentingnya membumikan budaya jawa dan meneruskannya pada generasi muda. Kendala dan halangan selalu ada karena tidak semua orang siap menerima perubahan. Akhirnya program yang diinginkan tak akan bisa berjalan tanpa adanya kekuatan. Maka perangkat desa mulai dilirik untuk memberikan kebermanfaatan yang lebih luas lagi bagi masyarakat. Usaha yang gigih tak pernah berbohong akan hasil. Kampung jawi mulai mendapat kunjungan dari berbagai kalangan. Walau tempatnya tidak di pinggir jalan besar, kampung jawi mampu mengepakkan sayapnya terbang hingga ke luar Semarang. Media sosial dan informasi dari mulut ke mulut ditambah bantuan media lokal dan nasional, membantu kampung jawi meluaskan manfaat itu dengan baik.
Sambutan pun masih berlanjut. Foto dokumentasi pribadi
Karawitan, jathilan, rebana modern, kethoprak, segala permainan rakyat dan menggunakan bahasa jawa krama inggil pun dipraktekkan dengan baik di kampung jawi ini. Yang paling seru adalah kami pun diajak mencoba mainan masa kecil, egrang. ada yang bisa? Ah...saya juru foto aja yaa...
Dokumentasi pribadi
Mencoba memainkan reog. Dokumentasi pribadi
Semoga dengan munculnya banyak sekali model kampung wisata serupa, tetap tak melupakan kekhas-annya dalam melibatkan generasi muda untuk melestarikan budaya yang ada. Tak hanya itu, semangat di awal saat membangun sebuah kampung wisata yang memiliki nilai edukasi, diharapkan juga terus bertumbuh, menular dan bisa saling bersinergi dengan kampung lain. Sehingga konotasi kata 'kampung' yang kotor dan tak 'berpenghuni' karena sebagian penduduknya urbanisasi ke kota, semua bisa berubah menjadi kampung yang hangat, ramah anak serta mampu menampilkan sosok baru sebuah ciri khas kebaikan yang patut ditularkan.
Berkenalan dengan cara membatik sederhana. Dokumentasi pribadi
Ini dia hasilnya, keren kaaan. Warna alami loh. Dokumentasi pribadi
Terima kasih untuk warga Kalialang yang telah menerima kami. Dokumetasi pribadi
Bersama ibu-ibu warga Kalialang dan pasar rakyatnya.
Bandeng presto, pernak-pernik dan makanan lain, kami borong ke Bogor. Dokumentasi pribadi
Tak hanya mengusung unsur budaya saja, kampung jawi pun menggandeng dan menggerakkan ibu-ibu untuk mulai melakukan usaha mikro. Bandeng presto yang enak, aneka jajanan pasar tanpa bahan pengawet, kain batik, aneka kerajinan tangan seperti bros dan tas lukis menjadi pemantik wisatawan untuk datang ke kampung jawi.
Mau berkunjung? hubungi saja no hp yang tertera di papan itu ya.
Kalau kampung jawi saja bisa melakukan perubahan berjamaah, bagaimana dengan kampungku? kampungmu? Apa yang bisa kita lakukan untuk menjadikan lingkungan kita menginspirasi orang lain?
Sumber : https://azkail.com/mari-berwisata-ke-kampung-jawi-semarang-detail-58687