"Masjid adalah pusat belajarnya umat islam yang sesungguhnya. 30% ibadah mahdhah, sisanya menjadi tempat belajar dan solusi umat"
Kami memanfaatkan penginapan yang sangat bersih terawat, nyaman dan yang pasti nempel dengan masjid. jadi sholat 5 waktu bisa ke masjid, mak. Tak hanya menyediakan penginapan dengan harga yang saaaangat terjangkau, di pelataran masjid juga tersedia 24 jam angkringan yang halal lagi baik. Walau letaknya agak masuk dari jalan raya, masjid yang tidak pernah sepi ini membuka pintu lebar-lebar selama 24 jam penuh. Ini yang saya suka. Seperti ini lah seharusnya masjid. Tempat di mana kita ingin bermunajat pada Sang Kholik tak hanya di 5 waktu wajib saja bukan?
Saat diskusi pagi bersama ust Jazir Salah satu pengurus yang membuat genrakan baru manajemen masjid, kami semua dibuat melek, semangat meramaikan masjid dan membakar isi kepala. Betapa tidak. Cerita yang beliau sampaikan tentang bagaimana seharusnya fungsi masjdi itu begitu menampar saya bolak-balik, mak. Di masjid ini, 70% kegiatannya justru memberdayakan ummat yang ada untuk mau menjadikan masjid sebagai pusat belajar semua umat islam. Program yang paling terkenalnya adalah saldo nol setiap bulan dan kampung ramadhannya. Bila 10 tahun lalu jumlah zakat malnya 'hanya' 3 juta-an per tahun, maka saat ini sudah bisa mengumpulkan hampir 1 M setahunnya. dan itu selalu saldo nol. Ada yang menggelitik saya saat beliau mencontohkan bantuan pada warga sekitarnya. Kalau dana masjid biasanya dimanfaatkan untuk memberi makan anak yatim dan para dhuafa, namun masjid Jogokariyan ini pun membantu warganya berupa tiket pesawat pulang pergi saat ada salah satu jamaahnya nyaris tak bisa berangkat olimpiade karna terbentur biaya transportasi. Tak hanya itu mak, kalau sholat berjamaah dalam jumlah banyak, biasanya identik dengan sandal atau motor hilang. Nah di sini, mereka akan ganti dengan merk yang sama bila ada barang jamaah yang hilang. Tinggal menghubungi pengurus saja. Aiih, tapi ya malu kali ya, masa sandal hilang aja minta ganti. Motor hilang pun minta ganti. Tapi itu lah yang telah mereka lakukan.
Masjid ini pun memiliki manajemen yang saya bikintakjub dan setuju pake banget. Mereka tak menggunakan proposal, tak mengajukan bahkan tak membuat proposal pengajuan untuk pembangunan dan atau perbaikan masjid. Cukup pasang spanduk, "mohon maaf atas ketidak nyamanan yang terjadi. Masjid kita sedang dalam perbaikan". Spanduk dibentangkan, maka dana yang masuk bisa lebih dari 3 kali lipat dari dana yang dibutuhkan. Allah mboten sare. "Malu kalau orang islam sampai minta-minta dana pembangunan masjid di jalan-jalan. Allah itu maha kaya. Minta sama gusti Allah, Pantaskan diri kita untuk mendapatkan rezeki Nya yang banyak lagi halal."
Salah satu yang dilakukan para pengurus masjid manakala membutuhkan dana adalah dengan mengajak sholat malam, mengingatkan untuk kuat di sholat malam bersama-sama di masjid atau di rumah masing-masing. WAW. Banyak kisah mengangumkan efek dari sholat malam bersama yang dicanangkan pengurus ini. Maka adalah wajar kalau banyak sekali yang datang berguru ke masjid jogokariyan mengenai pngelolaan masjid. Termasuk dari parlemen eropa yang menyengaja datang ingin berdiskusi tentang manajemen masjid.
Idul adha masih lama, tapi sampai awal Januari kemarin saat saya berkunjung, sudah ada 30 an sapi yang dikurbankan di masjid ini. Ah, anak muda sangat banyak yang sholat berjamaah dan berkegiatan di masjid ini. Sudah semestinya masjid di kembalikan ke fungsinya. Betapa banyak masjid yang dibangun bermegah-megahan tapi kosong 'isi'nya. Masjid yang sering dikunci, masjid yang kamar mandinya gelap, kotor tak terawat. Bukankah Allah itu indah dan menyukai keindahan.
Maka, menjadikan masjid sebagai tempat berkumpul dan beraktifitasnya masyarakat, tentu akan meningkatkan kebaikan dalam banyak hal.
Cek deh sejarah masjid ini di sini ya :
http://masjidjogokariyan.com/sejarah-masjid-jogokariyan/
Travelling sampai luar negeri, naik ke puncak rinjani bisa dilakukan, namun mengapa melangkah ke masjid yang tak sampai 300 meter aja sudah males ya?