Sekolah Lebah Putih

Sekolah Lebah Putih

img-1515932933.jpg

Foto by google

Sekolah yang menggembirakan anak. Itulah kesan saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah lebah putih saat saya jajan ide wisata edukasi. Suasana teduh, rindang, asri banyak pepohonan. Belum lagi saat saya ke sana, disambut hujan rintik-rintik. Tambah syahdu deh. Saat memasuki gerbang kayunya, saya dan teman-teman disambut dengan tiga orang anak yang sedang ayik bermain lumpur tanah di halaman depan. Hujan mengakibatkan permainan asyik dan seru buat anak-anak. YA, apalagi kalau bukan bermain tanah becek plus prosotan sambil tiduran. Ini jam pulang sekolah bagi anak kelas 1 SD dan TK. Tak terdengar teriakan orang tua atau guru yang menyuruh mereka berhenti bermain atau menyuruh mereka pulang.  Nikmat banget. Dulu, saat main hujan-hujanan sama orang tua diperbolehkan, tapi saat kotor-kotoran dengan tanah merah, kuliah di antara derasnya hujan akan menemani untuk tidak kotor-kotoran. Cara menyayangi yang berbeda. Saat kami datang pun mereka hanya melambaikan tangan saja sebagai ucapan selamat datang, lalu lanjut prosotan di tanah. Serunya berada di sekolah lebah putih.



img-1515933099.jpg



Sekolah ini letaknya jauh dari perkotaan. Namun jauhnya kota jarak di kota kecil itu tak sejauh Jakarta Bogor, mak. Lingkungannya masih banyak ditumbuhi pohon-pohon batang keras yang tinggi.  Asri. Dari pusat kota Salatiga pun tak terlalu jauh, sekitar 20 menit bila berkendaraan mobil.  Untuk kendaraan pribadi, bisa masuk hingga ke sekolah lebah putihnya. Namun karena area parkir terbatas, bis kecil tidak bisa masuk, cukup parkir di pinggir jalan besarnya ya. Sekolah lebah putih siap menerima rombongan tamu dalam jumlah besar loh.  Menjadi pilihan wisata edukasi. 


Sekolah ini didirikan dengan cara yang unik. Bu Septi Peni sebagai pendirinya menitik beratkan bahwa anak lah yang menentukan mau belajar apa. Anak-lah yang memiliki target belajarnya, guru hanya membantu mencapai target yang anak tetapkan. Contoh, saat pagi hari, guru memberikan beberapa alternatif kegiatan, anak diperkenankan untuk memilih, sehingga tanggung jawab akan pilihan pun muncul pada diri anak. Yang menarik lagi, setiap kelasnya juga ada anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan jumlah maksimal dua anak, dan mereka tanpa guru pendamping loh. Ini sekolah keren menurut saya. Karena melibatkan seluruh warga sekolah untuk ikut berpartisipasi dalam mengelola ABK.  Saat mengunjungi beberapa kelas, seluruh anak tampak berbaur. Bahkan ada kelas 5 SD yang sedang tantrum namun beberapa anak sigap membantu menyelesaikan masalahnya. Gurunya saya lihat, hanya mengamati di sudut ruangan, tanpa terjun langsung. Betapa anak-anak seperti ini merasa diterima di lingkungannya.  Untuk Anda yang memiliki lembaga pendidikan inklusi, pendidik, guru pendamping atau yang concern dengan ABK dan pendidikannya , masukkan sekolah lebah putih dalam urutan teratas list kunjungan Anda.

Tak hanya itu, sekolah lebah putih merupakan sekolah formal dengan rasa non-formal dan menguatkan informal. Apa artinya? sekalipun sekolah ini mengikuti kurikulum kedinasan yang ada, namun untuk beberapa model pembelajaran dilakukan bersama orang tua dengan menyesuaikan pada target yang anak ingin capai, bukan orang tua atau sekolah capai. Sekolah hanya memberikan ruang seluas-luasnya pada anak untuk mengembangkan potensi yang ada. Orang tua membantu full dari rumah. Sinergi yang cantik bukan? Di sekolah ini, anak pun diberikan pilihan dan gambaran jelas. Apakah mau mengikuti Ujian Nasional atau paket A. Kalau mau mengikuti ujian nasional, maka ini loh yang harus dia lakukan bersama orang tua di rumah demi mempersiapkan UN nya. Demikian juga bila paket A yang dipilih. Artinya, yang memutuskan adalah tetap ada pada anak setelah diskusi dengan orang tua.

Perlu keberanian untuk melakukan perbedaan selama kita yakin kita mampu melakukannya. Bagaimana dengan kita ya?

Sumber : https://azkail.com/sekolah-lebah-putih-detail-58654