Home / Artikel Tak Masalah Menjadi Orang yang Berbeda

Tak Masalah Menjadi Orang yang Berbeda

Tak Masalah Menjadi Orang yang Berbeda

Review Buku Parenting

Sabtu, 21 Maret 2020

Tak masalah menjadi orang yang berbeda
Kim Doo Eung

Ada seorang ibu hebat luar biasa dibalik kesuksesan seorang anak yang hebat.

Ibu lah yang melihat keistimewaan setiap anaknya saat orang lain meremehkan bahkan menganggap seolah tak ada. Ibu juga yang biasanya menguatkan dan menjadi motivator pertama saat anak sedih atau kecewa. Ketika seorang guru bilang bahwa kita bodoh, tak bisa  membaca, melakukan sesuatu sesuai instruksi atau matematika, ibulah yang menguatkan kita. Dari seorang ibu juga yang mampu menemukan kelebihan kita yang sering tak terlihat atau dirasa oleh orang lain. Ibulah yang mengangkat ke permukaan atas bakat yang kita miliki. Pernah punya pengalaman yang sama kah tentang sosok ibu dalam kehidupan kita?


Buku soft cover yang baru saja saya baca ini setebal 234 halaman. Mudah dipegang dengan satu tangan dan terbilang bacaan ringan namun berbobot. Cocok dibaca oleh Anda yang sedang butuh motivasi atau gambaran kekuatan untuk melihat ke depan. Buku yang ditulis oleh Kim Doo Eung telah diterjemahkan dari buku asli yaitu it’s okay, you’re just different. Ditulis tahun 2012 baru masuk ke Indonesia pada tahun 2018 yang hak cipta terbitannya dipegang oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Lagi-lagi, lama juga ya baru masuk ke Indonesia. Dan yang saya punya ini adalah terbitan cetakan yang ketiga. Saat mau beli buku, biasanya saya cari tahu dulu reviewnya dari orang lain. Karena saat di toko buku, rata-rata semua buku dalam keadaan masih bersegel alias berplastik, jadi agak sulit untuk men skimming apa isinya. Walau sebetulnya bisa siih minta ke petugas toko buku untuk membuka plastiknya. Tapi saya tertarik dari sinopsis yang digambarkan di buku itu dan saya sepakat dengan judulnya. Bahwa ya ga masalah loh kalau kira menjadi orang yang berbeda. Kan kita memang berbeda.


Saat membaca kata pengantar dari penulisnya, mata saya mulai berkaca-kaca coba, lebay kan ya. Hahaha. Karena dibuka oleh sang penulis dengan kisah dan kekuatan dari seorang ibu untuk anak-anaknya.  Betapa mereka mendukung apapun keputusan anak, selalu mensupport berbagai hal yang kadang orang lain remehkan. Di situ diceritakan mengapa buku ini muncul juga. Dan ia meneliti 25 orang-orang hebat itu ternyata didukung penuh oleh ibunya yang sangat luar biasa. Jadi kalau kita pernah mendengar suami hebat itu karena disupport oleh istri yang hebat, kali ini saya sepakat bahwa anak hebat pun lahir dan tumbuh karena support seorang ibu. Dan itu dibuktikan dari 25 kisah yang Kim Doo Eung ceritakan di buku ini.


Membaca bukunya tuh berasa membaca kumpulan biografi orang-orang keren. Dan rata-rata, apa sudah semua ya, tokoh yang diceritakan tuh sudah meninggal dunia, namun jasa dan namanya masih sering kita dengar. Yang menarik, semua bercerita tentang kekuatan seorang ibu dalam mewarnai hidupnya orang-orang hebat itu.  Ia membaginya menjadi 5 bab. Mulai dari bagaimana kepercayaan ibu sangat membantu menemukan harapan bag anaknya, bagaimana kalimat-kalimat positif ibu bisa membangkitkan semangat hidup anaknya hingga sosok ibu yang menjadi panutan anaknya diceritakan di buku ini.


Walau buku ini adalah buku terjemahan, saya merasa enjoy, saya menikmati terjemahannya yang mudah dipahami. Banyak menggunakan kata ganti pertama sehingga bisa mendalami kisah yang sedang diceritakan. Dan diakhir setiap bab, oleh Kim Doo Eung selalu dikunci dengan penjelasan dan benang merah kekuatan masing-masing ibu dalam mendidik anaknya.


Buku yang menceritakan tentang sejarah dan menjadi tambahan ilmu buat saya dalam mendidik anak. Beberapa tokoh bahkan dilampirkan foto keluarganya juga. Menarik, seolah kembali ke masa itu. Cerita-cerita kekuatan anak yang bermuara pada sosok ibunya sebagai motivator pertama kehidupan. Sebut saja Picasso, Hellen Keller, Einstein hingga Mozart dan tokoh dunia lainnya diceritakan dengan singkat namun padat dan kaya akan isi. Di beberapa kisah, menurut saya seperti dipaksakan atau disambung-sambungkan pada sosok ibunya karena tak mendetilkan siapa ibunya. Data atau kisah sosok ibu yang ditampilkan tak selengkap kisah sosok ibu tokoh lain dalam buku itu. Sehingga informasinya pun terbatas dan hanya disampaikan asumsi penulis saja.


Tapi over all, saya cukup menikmati buku ini selama 4 jam menghabiskan pagi di samping jendela ruang tengah.


Sudah pernah baca, mak?


Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial