Home / Artikel Usia Berapa Anak Bisa Memiliki Ponsel Sendiri

Usia Berapa Anak Bisa Memiliki Ponsel Sendiri

Usia Berapa Anak Bisa Memiliki Ponsel Sendiri

Parenting

Sabtu, 06 Juni 2020

Kita tidak pernah tahu cintanya orang tua kepada anak sampai kita sendiri telah menjadi orang tua.
“Bun, belikan hp dong, masaa temen-temenku semua udah punya hp, aku belum.”
“Bun, pinjem hpnya, aku mau nge game di hp bunda. Gamenya jangan dihapus ya.”
“Ay, pinjam hpnya dong, ada tugas dari bu guru suruh cari info di internet.”
“Kakaaaa, simpan hpnya, dari tadi Bunda panggil ga segera datang.”
“Adik, kok belum tidur? Sudah jam berapa sekarang, simpan HPnya.”
“Karena kakak melanggar aturan di rumah, HP nya bunda sita dua minggu.”

---

Pernah punya pengalaman seperti di atas kah, mak?


Tiba-tiba krucil SD-SMP minta dibelikan ponsel. Kalau pun tidak minta, pinjam ponsel kepada orang tua menjadi jauh lebih sering. Lagi enak-enak baca dan jawab WA, si kecil minta ponsel mau nonton yutub. Sekarang tuh ya, anak TK yang belum bisa membaca aja udah pada bisa buka ponsel. Pencet sana, klik sini sudah bisa meluncur ke laman yang krucil mau. Salah laman? Tinggal klik ini dan itu. Selesai. Siapa yang ngajarin? Mak, mereka lahir pun sudah ada di lingkungan layar datar. Mata, telinga dan jemari mereka sudah ‘teredukasi’ secara tak langsung oleh lingkungan terdekat.


Saat anak semakin besar, keinginannya untuk dekat dengan ponsel pintar mulai tak terbendung. Kadang perlu kenceng-kencengan urat leher saat orang tua butuh, anak mau main dari ponsel. Ketika kebutuhan orang tua bertemu dengan keinginan anak, pertahanan orang tua kadang goyah kadang patah, kadang keukeuh bari nge gas.


“Adek, Bunda lagi pakai untuk kerja, bisa sabar sebentar kan?”

“Kakak, ayah mau pakai untuk telpon teman ayah, coba pinjam sebentar, boleh?”


Dilema lain kemudian muncul tak kala anak tetangga bebas dibolehkan menggunakan ponsel, bertemu dengan anak kita yang dibatasi penggunaan ponselnya. Tantangan muncul ke permukaan saat anak diminta mencari dan mengumpulkan tugas melalui internet. Keseruan mulai muncul saat kebutuhan orang tua dan anak bertemu di waktu yang bersamaan. Belum lagi saat anak mulai sekolah online seperti pandemi sekarang ini yang kelihatannya akan diperpanjang entah sampai kapan. 


Pertanyaannya, kapan sebaiknya anak-anak diijinkan memiliki ponsel pintar sendiri.


Tak hanya itu, kekhawatiran mulai muncul.

Bagaimana bila nanti anak menjadi adiktif terhadap gadget? 

Apa yang harus orang tua lakukan agar ponsel betul-betul memberikan manfaat baik bagi anak? 

Bagaimana cara kami mengontrol ponsel mereka?

Bagaimana bila kami belikan ponsel tapi ga ada fasilitas internetnya? 


Kami khawatir pada kesehatan jiwa mereka. Belum lagi banyak predator anak di dunia maya. Duh, ngeri. 

Kalau seusia SMP anak-anak belum kami ijinkan untuk memiliki ponselnya sendiri, apa ya dampaknya? 

Apakah akan dikucilkan dan diejek oleh teman sebayanya?


Sebetulnya tidak ada usia ideal bagi anak untuk memiliki ponsel pintarnya sendiri. Walau ada beberapa pakar parenting mengatakan bahwa usia 13-14 tahun anak sudah memiliki nalar yang baik untuk mengontrol mana yang baik mana yang benar. Sehingga bila diberi tanggung jawab akan kepemilikan dan penggunaan ponsel pintar, dianggap mampu. Namun menurut Jesse Weinberger, pakar internet safety di Ohio, semakin lama orang tua mengijinkan anak memiliki ponselnya sendiri, semakin baik. Banyak cara yang bisa dilakukan saat anak butuh fasilitas seperti yang ada pada ponsel. Saya sepakat banget dengan ini. 


Tahukah mak, ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh  Common Sense Media Dari 1200-an orang tua dan anak-anak yang diteliti menyebutkan bahwa 50%nya anak memang kecanduan gadget. 66% orang tua merasakan bahwa anak-anak mereka terlalu sering menggunakan gagdet dalam kesehariannya. Dan ini pun diakui oleh 52% anak-anak. Yang bikin miris adalah sekitar 36% orang tua jadi sering berdebat tentang penggunaan gadget dengan anak-anak mereka. Uwow ya. Inilah yang akhirnya muncul perdebatan kapan sebetulnya orang tua mengijinkan anaknya boleh dan memiliki hak kepemilikan ponsel pintar.


Menghalang-halangi bahkan hingga menjauhkan anak dari teknologi saat ini, menurut saya bukan solusi yang baik. Mereka mbrojol memang sudah ada di lingkungan layar datar, mak. Itu harus kita sadari betul. Maka mendidik anak sesuai zamannya emang udah bener banget lah.


Kami dulu mengijinkan anak-anak memiliki ponselnya saat SMP kelas 2 semester dua. Ponsel yang dibeli dari uang mereka sendiri setelah lolos 4 indikator dasar di bawah ini. Mengapa harus pakai uang mereka sendiri? Ga dibeliin aja, mak? Hehehe. Beda rasanya kalau kita membeli sesuatu dari keringat sendiri. Itu juga yang dirasakan anak-anak. Sekalipun ponselnya tidak sekeren teman-teman di kelasnya, mereka benar-benar menjaga itu sampai dua tahun. Baru ganti ke type yang lebih keren, saat uang tabungannya cukup. Beberapa pertanyaan yang dulu menjadi indikator saya mengijinkan anak memiliki ponsel sendiri ini, mungkin bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan Anda, mak.


1. Sudah bisa bertanggung jawabkah ?

Kenalkan sejak dini tentang sebuah tanggung jawab dan berikan kepercayaan kita pada anak. Mulai dari tanggung jawab menjaga barang miliknya sendiri, menjaga kebersihan kamarnya,  bertanggung jawab menghabiskan makanan yang diambil sendiri, bertanggung jawab pada setiap keputusan yang anak pilih hingga tanggung jawab menjaga dari perbuatan yang tidak baik bagi diri sendiri dan orang lain. Mereka paham mengapa harus bertanggung jawab pada keputusannya sendiri, termasuk saat rasa pahit itu menjadi gurunya. Anak-anak tuh kan ga bisa diomongin doang, mereka harus merasakan sendiri prosesnya. Kadang yang suka ga sabaran, kita, orang tuanya. Ya karena kita sebetulnya sudah pernah melewati kesalahan itu, sudah tahu jawabannya kalau anak memutuskan A, pasti akan B deh.  Namun yang kadang kita lupa -Saya ini mah-, kita tak memberikan anak-anak kesempatan untuk merasakan sakit, peluh dan lelahnya berusaha. Padahal dari sakit dan lelah ada banyak pelajaran yang mereka dapat.


Jangan pernah lupa untuk memasukkan sisi ketauhidan kita pada anak tentang Sang Maha Melihat. Yang Maha Mengetahui. Dan proses inilah yang paling lama dan yang paling menguras emosi. Menanamkan pondasi agama sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.



Mengenalkan tanggung jawab terhadap makanan yang diambil sendiri



2. Sudahkah anak merasakan daya juang tinggi untuk mendapatkan sesuatu? 

Kenalkan pada anak, bahwa kalau menginginkan sesuatu itu diperlukan sebuah usaha. Termasuk bila anak ingin memiliki ponsel sendiri. Diskusikan dengan anak bagaimana cara mereka untuk mendapatkan ponsel sendiri. Apakah dari uang tabungan anak sendiri, atau anak melakukan projek tertentu. Kemudian sepakati type ponsel yang orang tua ijinkan untuk pertama kali dimiliki. Bahkan sepakati hingga penggunaannya kelak. 


Mungkin tulisan ini bisa membantu Anda tentang  bagaimana mengelola gadget time pada anak 


3. Sudah mampu mengelola keuangan pribadinya sendirikah?

Ini penting kalau buat kami. Karena uang pulsa harus mereka usahakan sendiri. Entah dari uang bulanan yang kami berikan atau mereka memiliki usaha sendiri.  Kami mengenalkan pengelolaan finansial sejak dini hingga kemudian uang jajan 3 harian, mingguan, dwi mingguan hingga bulanan. Kalau lulus untuk pengelolaan bulanan dalam 5 bulan, baru aman untuk memiliki tanggung jawab ponselnya sendiri.


Saya pernah rekam pengalaman bersama azkail tentang mengelola finansial di sini


4. Sudah terbuka dalam berkomunikasi dengan orang tua kah mereka?

Komunikasi menjadi salah satu landasan utama setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh siapapun. Termasuk antara anak dan orang tua. Seberapa sering anak ngobrol dan terbuka pada kita? Bagaimana pola komunikasi yang dibangun selama ini? Bagaimana menyikapi dalam setiap komunikasi orang tua dan anak? Ini akan mempengaruhi saat mereka memiliki gadget yang bisa saja menjadi teman dekatnya bila kita tak membangun pola komunikasi yang baik. Ga kepengen kan anak kita malah curhat ra karuan di media sosialnya? Ga banget kan mereka lebih mudah bercerita tentang dirinya kepada temannya ketimbang kita, orang tuanya? Baca juga tulisan tentang bagaimana berkomunikasi dengan sang baligh di sini.


Sebelum memutuskan kapan mengijinkan anak untuk memiliki ponsel sendiri, baca buku ini deh. Tentang bagaimana menjadi orang tua bijak di era layar 


img-1591455646.jpg

Ini penampakan bukunya. Baca mak. Bagus banget!

Ingat ya mak,

Kita tidak bisa menyiapkan masa depan untuk anak-anak

tapi kita bisa menyiapkan anak-anak untuk masa depan

Mari memantaskan diri menemani mereka tumbuh dan berkembang

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial