Home / Artikel 10 Alasan Mengapa Harus Mengenalkan Fitrah Seksualitas pada Anak

10 Alasan Mengapa Harus Mengenalkan Fitrah Seksualitas pada Anak

10 Alasan Mengapa Harus Mengenalkan Fitrah Seksualitas pada Anak

Parenting

Selasa, 09 Januari 2018

Alasan ke 8-Fenomena Media Sosial


Mak...lihat kah fenomena luar biasa dari media sosial saat ini? Anak-anak remaja banyak yang memanfaatkan media sosial untuk mengumbar tubuhnya, dpamerkan begitu saja tanpa ada rasa takut dan malu. Beberapa akun media sosial akhirnya banyak yang diblock oleh pemerintah karena menggunakan foto yang terlalu vulgar, isi status yang bisa meracuni remaja pada umumnya. Gaya pacaran yang akhirnya menjadi kiblat remaja lain untuk meniru. Fenomensa idola baru ini akhirnya bisa merusak anak-anak sekarang.  Ada pembelajaran terkait aurat dan malu yang terlewatkan. Ada kewajiban kita, sebagai orang tua, yang tak memberikan informasi secara utuh mengenai fitrah seksualitas yang harus ia fahami. Mengerikan bila kemudian anak-anak sudah tak memiliki rasa malu lagi. Maka kata Rosulullah, bila kau sudah tak memiliki rasa malu lagi, maka lakukan apa yang kau mau. Ini artinya, karena hati telah tertutup, sudah sulit untuk diberi masukna kebaikan, maka terserah, lakukan apa yang kau mau, efek dari perbuatan itu hanya kau yang akan merasakan nantinya. 


Berikut ini tahapan fitrah seksualitas yang pernah dijabarkan sebelumnya.


img-1516056984.jpg


Tahapan usia fitrah seksualitas yang akan kita fokuskan kali ini adalah yang usia 0-2 tahun ya.  Bahwa sebetulnya, pembelajaran fitrah seksualitas itu sudah bisa dikenalkan sejak dini. 


Fase usia 0-2 tahun

Misal saat menyusui, sekalipun bayi kita seolah belum mengerti apa-apa, sesungguhnya mereka selalu belajar melalui indera dan rasa, maka selayaknya orang tua mulai menanamkan rasa malu dengan cara tidak mengumbar aurat bayi di sembarang tempat. Saat memandikan, mengganti baju, mengganti popok, mencebok bayi, diusahakan dalam ruang tertutup. 

Jika di tempat terbuka, tutuplah auratnya dari pandangan orang lain dengan selembar kain misalnya. Saat sang ibu menyusui bayi, maka hanya bayinya yang berhak untuk berinteraksi dan melihat aurat bagian atas ibunya. Kakak-kakak bayi yang sudah tidak dalam masa menyusu, sudah tidak berhak untuk melihat payudara bunda.

Prinsip pada masa ini: berusaha menutup aurat anak dan aurat diri.


img-1516057726.jpg


Fase usia 2-6 tahun
Semestinya anak (disebutnya anak, bukan bayi lagi) sudah tidak boleh melihat payudara. Pada usia ini, anak mulai diberikan pemahaman tentang menutup aurat mugholadzoh (aurat berat), yakni qubul dan dubul. Sudut pandang psikologi menyebut usia 1,5 – 3 tahun adalah fase anal dan dilanjut dengan fase uretral. Ditandai dengan matangnya syaraf otot sfingter anus, sehingga anak mulai belajar mengatur buang air besar dan nantinya pipis (toilet training)
Anak kadang memegang-megang alat kelaminnya. Bagaimana sikap yang tepat? Anda dapat mengalihkan tangan anak anda untuk melakukan aktivitas lain yang lebih manfaat seperti melipat kertas, memainkan tali dan mainan lain yang akan menyibukkan dan melatih tangannya. Lakukan dengan lembut. Pada saat yang tepat, beri pengertian untuk untuk tidak banyak menyentuh alat kelaminnya kecuali ada keperluan seperti mau pipis, atau ada keluhan sakit.

Jika anak bertanya mengapa tidak boleh memainkannya? Saatnya anda memberi tahu tentang sopan santun, bagian tubuh yang wajar untuk dilihat dan dipegang. Beberapa perilaku seperti onani dan masturbasi dapat bermula pada masa kanak-kanak karena ketidaksengajaan. Saat mereka merasakan nyaman dan nikmat dengan memainkan alat kelaminnya, maka membuat ketagihan bahkan bisa berlanjut hingga saat dewasa.

Toilet training memasuki saat yang penting untuk tuntas pada masa ini, sehingga anak  belajar mengontrol kapan ia harus BAB dan BAK. Anak diajari untuk tahu dimana dan dengan siapa ia harus meminta tolong melakukan aktivitas tersebut. Beritahukan pada anak, siapa saja orang yang boleh menolongnya. Semua larangan yang berlaku pada masa bayi, terus berlaku pada masa ini, seperti menutup aurat orang tua dan anak.

Nah, bagaimana tanda-tanda anak sudah siap akan toilet training ya? Berikut ini mungkin bisa menjdasi rujukan Anda :

img-1516058032.jpg


Metode yang digunakan bisa dengan membiasakan ke kamar mandi, atur jadwal, pakai cara seru misalkan dengan potty training lucu-lucu, yang paling penting adalah konsisten, beri pujian. Tidak masalah kadangkala Balita masih mengompol sesekali bagian dari proses pembelajarannya.


img-1516058088.jpg

Sst...ada loh perbedaan cara mengenalkan anak toilet laki-laki dan perempuan. 


Perempuan
1. Perlengkapan
Gunakan toilet khusus anak-anak. Otot-otot panggulnya akan rileks, karena kaki si kecil tetap menginjak lantai. Kalaupun memakai toilet orang dewasa, berikan bangku kecil sebagai pijakan.

2. Posisi
Minimalkan cipratan pipis atau pup dengan cara menempatkan bokong dan vagina benar-benar di atas toilet. Minta si kecil untuk duduk dengan kedua lutut terbuka lebar. Sepele memang, tapi ini akan membantu otot-otot panggulnya tetap rileks.

3. Taktik jitu
Ajarkan si kecil untuk membersihkan (atau menepuk-nepuk) alat kelaminnya dari arah depan ke arah belakang. Biarkan dia melihat Anda melakukannya dulu. Buat dia tetap asyik dan betah duduk berlama-lama dengan menaruh buku, sticker, atau memutar lagu favoritnya di dekat toilet. 

Laki-laki
1. Perlengkapan
Biarkan dia menggunakan toilet khusus untuk pipis. Ini kalau dia tidak siap berdiri dan “menembak”. Kalau pup, bisa saja ia tetap memakai toilet itu atau Anda tambahkan saja dudukan pada toilet Anda (plus bangku kecil untuk pijakan kakinya).

2. Posisi
Minta si kecil mendorong penisnya lurus ke bawah sebelum dia duduk di atas toilet. Dengan begitu, cipratan pipisnya tidak kemana-mana. Ingat ya, jangan mengajarkan anak untuk kencing berdiri, karena, semenjak al quran diturunkan, Rosulullah tidak pernah kencing berdiri (hadist dari 'Aisyah RA). Secara kesehatan, kencing berdiri itu juga bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. Salah satuny adalah kencing batu dan lemah syahwat.  Orang yang kencing berdiri, air seninya tak keluar semua. Yang kemudian mengakibatkan endapan yang mengkristal seperti batu. Beda bila kencing sambil jongkok. Dalam keaadan bertumpu pada kedua tulang paha yang merenggangkan himpitan buah zakar,  yang membuat seluruh air seni akan keluar semua. Tak hanya itu, otot di sekitar buah zakar pun terpelihara.

3. Taktik jitu
Biarkan dia melihat ayahnya, atau tunjukkan bagaimana cara “mengarahkan” penisnya.. Beri dia stiker yang lucu begitu dia berhasil. Jika ia pup, jangan lupa siapkan buku atau lagu-lagu di dekatnya. Jadi betah, deh.

Ini lah kesalahan orang tua dalam mengenalkan toilet training pada anak.

img-1516058643.jpg

Lalu bagamana tips melakuakn Toilet training pada anak?    Berikut ini Lora akan menjelaskan sederhananya. 

img-1516058825.jpg


Masalah pembelajaran Toilet Training pada anak memang terlihat sepele. Namun di dalamnya kita sebagai orang tua, bisa memasukkan unsur-unsur penting tentang pentingnya menutup aurat, perbedaan laki-laki dan perempuan serta bagaimana cara Rosulullah bersuci setelah buang air. Atau yang kita kenal dengan adab bersuci.

Semoga bermanfaat ya.

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial