Home / Artikel 17 Cara berkomunikasi dengan remaja

17 Cara berkomunikasi dengan remaja

17 Cara berkomunikasi dengan remaja

Parenting

Kamis, 30 November 2017

Day-16 Akui Kesalahan 



Kemarin malam,  ayahnya gelisah saat jam 22.30 cah lanang belum juga sampi di rumah.  Dihubungi via WA dan telepon,  ga aktif.  Panik. Beliau membangunkan saya yang tertidur di meja kerja untuk mencari tahu di mana  cah lanang  sekarang.  Mata masih kliyep-kliyep lanjut berusaha menghubungi cah lanang,  dan hasilnya pun sama,  handphone tidak aktif.  Drama dimulai,  paksu yang memiliki tingkat cemas yang tinggi mulai menyampaikan apa yang ada di isi kepalanya.  "Kalau malam,  jalanan itu sepi.  Ini kenapa hp nya ga diaktifkan bla en de bla en de bla." Saya hanya bisa menjadi pendengar yang baik dan berusaha memperlihatkan kalau saya menghubungi anaknya. 


Tidak sampai 5 menit,  cah lanang datang dengan motornya.  Wajah lelah tampak di wajahnya.  Dan biasanya  saya tidak akan bertanya ini itu. Cah lanang hanya langsung berbicara,  videonya sudah separuh jalan jadi,  temenku yang punya alat untuk ngedit,  sabtu ini mau ke  Kuala Lumpur,  jadi aku harus kejar tayang sebelum dia berangkat. Oke, cah lanang sudah menyadari kesalahannya. Karena pulang terlalu malam. 


Setelah ganti baju dan bebersih diri,  baru pertanyaan terbuka saya lontarkan.  Tentang bagaimana project individunya,  bagaimana persiapan workshop magangnya dan sebagainya.  Bahasa tubuh sudah mulai lentir,  siap untuk menerima inti pembicaraan.  Hehehe.  Saya mengungkapkan kekecewaan saya dan ayahnya tentang pulang malam.  Ada batas pulang malam yang ia juga ketahui telah dilanggar.  Akhir diskusi cah lanang menyampaikan bahwa ia sudah izin pulang melewati batas waktu yang disepakati namun batas ujungnya,  kami belum sepakati. Kesepakatan awal kami pada anak-anak adalah,  magrib itu kami semua harus ada di rumah.  Kalau ternyata terlambat pulang,  setengah jam sebelumnya harus informasi dulu kepada kami ,  jadi ga khawatir karena belum pada sampai di rumah. Ini sudah dilakukan. Namun,  batas akhir sampai jam berapa anak-anak diizinkan untuk terlambat,  memang belum kami sepakati. Dan ini yang menjadi  bahan diskusi kami semalam.  


Ok,  kita perbaiki,  maaf ya mas,  kesepakatannya belum jelas.  Ini terjadi setelah kita melewati kejadian hari ini bersama. Anak remaja dengan segudang aktifitas,  tentu memerlukan waktu bergerak dan bertemu dengan rekan sebaya jauh lebih banyak dari usia sebelumnya.  Memberikan kesepakatan waktu berkumpul dengan teman sebaya menjadi penting akan norma dan tanggung jawab yang akan dilakukan bersama. Menguatkan batasan do and dont pada anak remaja semakin seru manakala proses diskusi sudah terbiasa ditanamkan sejak awal.  Tak ada rasa benci,  ga enak atau bahkan marah tanpa sebab ketika dikritisi. Maka, mengakui kesalahan kita sebagai orang tua juga perlu merek tahu,  bahwa kita pun belajar bersama mereka. 

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial