Home / Artikel 17 Cara berkomunikasi dengan remaja

17 Cara berkomunikasi dengan remaja

17 Cara berkomunikasi dengan remaja

Parenting

Kamis, 30 November 2017

Day 9 Jangan Memotong Pembicaraan


Kemarin malam cah ayu izin pulang terlambat, malem, karena mau menjenguk gurunya yang melahirkan. Kami pun mengizinkan, bagian dari kedekatan dengan guru SD dan teman-temannya. Kesempatan ini tak kami sia-siakan untuk kemudian mengajak cah lanang diskusi panjang kali lebar di tempat makan pilihan yang milad kemarin, paksu. Hehehe. Obrolan ringan dimulai sambil menunggu makanan datang. Biasanya sudah otomatis mereka akan bercerita tentang kegiatan seharian ini selama di luar rumah. Cah lanang ini memiliki individualizmnya ada di bagian atas pada hasil Talens Mapping. Jadi biasanya akan diawali dengan bercerita  tentang dirinya dan teman-temannya dari sudut pandangnya selama ini. Bagaimana cara menghadapi si A yang seperti ini sampai ia bercerita tentang kerennya guru A dan B dalam menjelaskan fisika yang dikaitkan dengan kehidupan. Di bagian mana fisika itu bersinggungan dengan kehidupan kita. Tak hanya itu, ia pun menceritakan kepiawaian guru A dalam menengahi 'konflik' dan kesenjangan antara guru dan murid. Ia betul-betul memahami cara guru itu mengkomunikasikan maksudnya tanpa menyinggung para remaja. 


Di tengah cerita, sat ia menceritakan tentang bagaimana guru itu bisa menghipnotis anak-anak untuk tetap memaksimalkan usaha masuk ke PTN, saya pun mulai masuk sedikit demi sedikit. Diskusi mulai belok ke arah yang kami butuhkan, sudah sejauh mana ia dalam menghadapi SNMPTN. Diskusi tentang ini, sebelum-sebelumnya gaka tersendat, karena dari bahasa tubuhnya, ia belum mau diajak berdiskusi tentang ini. Karena pilihan universitas sudah dipegang. Namun lagi-lagi, kami melihat bahwa usahanya kali ini perlu dipush untuk mendapatkan sesuatu yang sebetulnya ia bisa lakukan. Berdiskusi dengan cah lanang, harus target oriented. Ia harus tahu dulu ujungnya mau seperti apa dengan kemampuan yang dimiliki. Baru kemudian ia akan membreakdownnya sendiri. 


Nah, saat diskusi mulai masuk tentang universitas, paksu sudah terlihat mulai tak sabar ingin langsung menyampaikan. Bahasa tubuhnya ga bisa ditutupi kalau ayahnya ingin segera menanyakan sesuatu yang kemarin-kemarin tidak mau dijawab. Dan betul saja, kata pertama keluar dari ayahnya membuat cah lanang berhenti bercerita. dan langsung menyimpulkan bahwa ia akan ikut SNPTN univ A dan B dan mengambil jurusan A. Diskusi terhenti mak. Owmaigaat ayaaah....anak ini biasanya akan dimuali dari cerita dulu baru menyimpulkan apa keputusannya. Namun malam kemarin, ia langsung bercerita tentang ujungnya, tentang kesimpulan akhirnya. Jadi, yang awalnya sudah smooth bercerita tentang betapa takjub ia pada seorang guru yang bisa menggugah mengintegrasikan fisikan ada kehidupan, lalu masuk pada mengapa kita butuh masuk universitas yang sesuai, selesailah sudah dengan kejadian memotong pembicaraan anak.


Bisa dibayangkan ya mak, betapa gregetannya saya saat itu untuk mempertahankan mood remaja laki-laki dalam bercerita. Alhamdulilahnya, saat memotong pembicaraaan itu, kerang rebusnya datang. Jadi sedikit terobatilah saya. Obrolan saya belokkan ke menu malam ini. Dan ini berhasil membuatnya untuk terus mengkomunikasikan pada kami.Diskusi pun berlanjut tentang jurusan di perguruan tinggi negeri yang akan ia pilih. Oke, jurusan dan pilihan perguruan tinggi akhirnya sudah kami kunci. 


Komunikasi kali ini kami kunci dengan mengingatkan cah lanang bahwa ada faktor X dalam kehidupan kita, yaitu tetap berdoa dan meminta yang terbaik pada Allah. Kami saling mengingatkan, mau memperbaiki ibadah sunnahnya apa lagi saat ini? Dan cah lanang memilih untuk sholat shubuh di masjid. Sholat lainnya sudah rajin ke masjid, tinggal mengkonsistenkan subuh di masjid. Ok, bismillah ya mas, doa dan usaha kita lakukan bersama.

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial