Home / Artikel Belajar Dari Banyak Model Sekolah

Belajar Dari Banyak Model Sekolah

Belajar Dari Banyak Model Sekolah

Cerita Emak

Minggu, 13 Oktober 2019

Hari ini, Sabtu 12 Oktober 2019, saya mendapatkan kesempatan belajar lagi dari banyak anak-anak muda. Mereka seusia anak-anak saya saat ini. Dengan kehebatan masing-masing, mereka mampu menemukan sesuatu yang memudahkan banyak hal. Di usia mudanya sudah tahu apa yang mereka mau. Saat anak lain ikut tawuran, sering nongkrong di mall atau di pengkolan dan sok-sokan di jalanan, ada banyak anak SMA lainnya yang tekun melakukan aktifitas produktif yang mereka suka. Ada anak lain yang mencari tahu dan menemukan produk yang bisa memberikan manfaat buat orang banyak.


Melihat binar-binar di mata mereka saat menjelaskan hasil penemuannya, membuat saya ngayal, bahwa ada banyak anak kita loh yang mau merubah dan siap berubah.


Lihatlah, seorang anak yang mampu membuat lele peliharaannya besar-besar, sehat dan kolam yang tak mengeluarkan bau sama sekali. Padahal yang saya tahu, kalau kolam lele itu pasti bau dan kotor. Tapi anak ini menemukan cara tak hanya kolamnya saja yang tak mengeluarkan bau tak sedap, tapi mampu menjadikan ikannya pun sehat. Ssttt... Jangan tanya omsetnya ya, sudah banyak yang pesan loh dari lele sehatnya itu.

img-1571023333.jpg


Ada lagi anak yang membuat aplikasi untuk memudahkan kontrol penggunaan listrik. Sederhana tapi bermanfaat buat emak-emak macem saya. Anak-anak yang presentasi tadi pagi berangkat  dari tantangan yang ada di sekitar kita loh. Dari tantangan yang sering kita hadapi. Yang kadang terlihat remeh temeh. Lalu didukung oleh lingkungannya untuk mendorong untuk menemukan solusinya ala mereka.

img-1571023653.jpg

Anak-anak hebat itu bersama kepala dinas

Tentu saja semua itu tak lepas dari dukungan orang tua dan sekolahnya juga. Ya, di antara mereka adalah anak-anak SMK yang dulu sempat dipandang sebelah mata. Lihatlah sekarang, mereka tak hanya siap bekerja di dunia luar, tapi mampu membuktikan bahwa mereka pun mampu memberikan sumbangsih bagi masyarakat.


Beberapa presentasi anak-anak kemudian ditutup dengan diskusi bersama pak Munif Chatib. Pemaparan yang Beliau sampaikan sangat menarik. Waktu yang disediakan sekitar 2.5 jam terasa kurang. Emang gini kali ya kalau diskusi sama orang yang pengalaman dan pengetahuannya segudang. Ada beberapa catatan yang saya simpan di sini sebagai pengingat saya. Berikut ini yang berhasil saya rangkum. Semoga bermanfaat.

1. Di sekolahnya manusia yang beliau dirikan memiliki software dan hardware. Sama seperti sekolah lain, softwarenya itu adalah kurikulum sedangkan hardwarenya adalah sarana prasarana pendukung


2. Beliau menganalogikan sekolah kita saat ini tuh seperti sebuah hutan yang sedang mencari penghuni baru. Penerimaan penghuni baru pun dimulai, saat seekor kelinci yang jago lari datang untuk dites lari dan meloncat, ia lolos. Tapi saat masuk ke hutan ia malah disuruh berenang. Maka kemampuan dasarnya pun kian hari kian hilang. Demikian juga saat elang yang jago terbang yang lulus masuk hutan tapi kemudian malah mendapat pelajaran tentang berenang. Akan kah kita menjadikan manusia itu seperti robot? Masuk ke pabrik dengan bentuk dan fungsi yang berbeda tapi keluar dengan bentuk serta fungsi yang sama?


3. Beliau menjelaskan, sekolahnya manusia itu ibarat sebuah truk bermuatan kurikulum yang sedang di kemudikan oleh pemimpinnya. Saat berjalan truk itu berada sesuai dengan quality control karena ditopang dengan roda penilaian otentik, roda proses dengan multi strategi dan roda inputnya.


4. Bagi kita seharusnya sekolah itu untuk memintarkan anak yang bodoh dan membuat baik anak yang nakal. Sehingga setiap sekolah dan guru siap menerima anak model apapun.


5.Cara yang dimaksud dengan penilaian otentik meliputi:


a. tes open book dengan 2-3 pertanyaan terbuka.

b. tes performance

c. tes karya atau produk yang dihasilkan

d. tes projek

e. tes sikap/adab


6. Saat pembagian rapor, anak yang menjelaskan ke orang tua apa progres, apa aktifitas dan projek yang telah ia lakukan selama 6 bulan itu di sekolah. Ini keren menurut saya. Karena selama ini, guru yang menjelaskan kepada orang tua, bahkan mungkin di beberapa sekolah tak ada pertemuan seperti ini. Seyogyanya, sekolah itu bersinergi dengan pendidikan yang dibangun di rumah. Maka saat adanya pertemuan dengan orang tua seperti itu, anak yang menyampaikan progressnya sendiri, mempresentasikan sendiri dihadapan orang tua mereka, tentu akan membawa dampak perubahan yang jauh lebih baik buat anak itu.


7. Mengapa sekolah-sekolah yang bersumber pada kemampuan masing-masing anak/antimainstream itu sedikit sekali muridnya dan mahal di pembiayaan? Menurut Beliau ini dikarenakan dua hal;

a. orang tua masih memiliki paradigma lama terkait cara mendidik anak

Lalu diterapkan pada anak-anak yang secara lingkungan zamannya sudah jauh berbeda. Gap teknologi yang ada antara orang tua dan anaknya terlalu lebar. Sehingga orang tua mengalami jurang informasi yang jauh dan lebar.


b. politik pendidikan

Tahukah mak, ternyata Indonesia adaah negara yang pualing buanyak mengadakan bimbingan belajar untuk anak. Negara kita juga sudah 38 kali ganti menteri pendidikan. Ki hajar dewantara yang terkenal dengan kalimat tut wuri handayani itu ternyata pernah menjabat sebagai  menteri pendidikan loh. Hanya tiga bulan, mak. Namun slogan yang ada di lambang dinas pendidikan dan kebudayaan yang digunakan hingga saat ini masih tut wuri handayani. Apa artinya bila seringnya berganti mentri pendidikan untuk keberlangsungan proses pendidikan? Tentu banyak sekali kebijakan dan efek yang dirasakan. Seperti yang terakhir kemarin sempatt ramai diberitakan, tentang moratorium atau penundaan ujian negara untuk siswa. Setelah didiskusikan oleh para ahli dan menteri untuk ditiadakan, namun ternyata oleh pemerintah ditolak. Pemerintah turut andil dan berperan besar terhadap proses pendidikan anak bangsa.


8. Proses penerimaan guru yang dilakukan di sekolahnya manusia adalah sebagai berikut :

interview komitmen-tes kompetensi-tes psikologi untuk melihat kesulitan mengajar- tes multiple intelegent- magang langsung ngajar di kelas-terakhir masuk masa percobaan setahun.


9. Level SMP itu saatnya pembelajaran by projek sedangkan untuk level SMA dengan pembelajaran by Passion. Sampai penjelasan ini saya mikir, apa yang sudah saya lakukan untuk anak-anak saya ya?


10. Bagaimana mensinergikan antara orang tua dan sekolah terkait pendidikan?

Bikin kuisioner ke orang tua terkait tiga tantangan apa yang paling sering ditemui pada anak-anaknya di rumah? Tantangan apa yang ingin segera diselesaikan bersama anak?


11. Terkait quality control sekolah itu ada dua macam.

pertama; sistem manajemennya seperti memasang seleuruh nama guru-guru di mading sekolah, kalau ada anak sakit maka lakukan SOPnya.

kedua; orang yang menjalankan sistem itu, yaitu seluruh warga sekolah. Setiap tiga bulan sekali setelah anak menerima rapor, guru pun menerima rapor (rapor pedagogig, rapor kreatifitas dan rapor komitmen)


Diskusinya asyik karena membuka kembali mata saya tentang apa yang sedang terjadi di endidikan kita saat ini. Tak boleh juga kita menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kita pada sekolah atau lembaga. Karena mereka adalah partner kita untuk sama-sama mendidik anak kita. Tak ada sekolah yang 100% sesuai dengan apa yang kita dan anak kita butuhkan, kalau kita belum menemukan sekolah yang dibutuhkan, maka cari dan sesuaikan dengan kebutuhan itu.


Menghadiri pertemuan macem ini tuh bener-bener merefresh otak, mengupgrade diri dan membuka jaringan. Bagaimana tidak, saat hadir hari ini saya bertemu banyak teman lama dan mendapatkan klien baru. :)

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial