Home / Artikel Cara Membuat Projek Yang Terstruktur

Cara Membuat Projek Yang Terstruktur

Cara Membuat Projek Yang Terstruktur

Komunitas Ibu Profesional

Sabtu, 24 Oktober 2020

"Main bareng-Ngobrol bareng-beraktivitas bareng"

Septi Peni Wulandani


Bayangkan...

Sore itu kita sedang asyik ngobrol bersama anak-anak, selalu ada canda dan tawa saat mereka bercerita. Tiba-tiba tercetus ide untuk melakukan kegiatan bersama setiap sore di rumah. Binar mata bahagia saat mereka saling lempar ide kemudian lanjut menggambar rencana prosesnya di kertas. Dan Anda hanya cukup memantik satu dua pertanyaan, mereka menemukan AHA point dari rencana permainan bersama itu. Kira-kira, apa yang Anda rasakan?


Bahagia sudah pasti


Terharu ga sih melihat pemandangan keseruan obrolan kakak dan adik sore itu? Sebetulnya, secara tidak langsung Anda telah menciptakan kebahagiaan sendiri melalui obrolan santai sore itu. Obrolan yang ternyata memicu kreativitas anak untuk bermain bersama dengan adik atau kakaknya. Kadang kita secara tak sadar meremehkan situasi dan obrolan ringan dengan anak-anak. Kadar dalam kata 'sekedar' ngobrol sering kita abaikan. Pertanyaan-pertanyaan tertutup saat momen duduk bersama anak lebih banyak kita lakukan untuk  mengecek aktivitas mereka. Ah, sayang sekali bukaan? 


Keseruan obrolan ringan di rumah, seyogyanya tidak dimulai dengan pertanyaan tertutup macem ini ya mak. Saya udah berkali-kali nyesek setelah tanpa sadar, sering menggunakan kalimat pertanyaan seperti di bawah ini:


"Hari ini ada kegiatan apa aja di sekolah, kak?"

"Tadi ada ex school menggambar ya di sekolah?"

"Makan siangnya habis, kak, hari ini?"

"Minggu depan, kakak ikut pertandingan futsal ya? Keren!"


Kita tak sadar bahwa sebetulnya itu adalah pertanyaan yang membuat anak ga akan banyak cerita ke kita. Padahal kan maksud kita tuh, dari pertanyaan itu, anak akan bercerita panjang kali lebar kali tinggi ke kita, yekaaan.  Dibuka dah tuh dengan pertanyaan PDKT. Trus, apa iya PDKTnya berhasil? Enggak. Hahaha. Yang ada malah anaknya cuma jawab satu dua kata doang. Trus kitanya makin BT doong. Nah, berkaca dari pengalaman itu, mengapa tidak kita rubah pertanyaannya dengan kalimat yang lebih asyik seperti ini :


"Hari ini, ada keseruan apa mas pas lagi tanding futsal pagi tadi? Bunda lihat dari tadi kayaknya lagi seneng banget deh."

"Ini gambarnya bagus banget loh kak, kelihatannya, kakak suka banget gambar bangunan gini ya? (anak akan jawab suka, karena kita tahu memang kakak suka menggambar bangunan). "Kenapa kakak lebih suka menggambar bangunan dari pada yang lain?"

"Kenapa adik suka banget pelajaran matematika, sih dee?"


Dalam percakapan pembuka di atas, kita sebagai orang tua, baiknya siiih, sudah mendapatkan informasi awal terlebih dahulu sebelum bertanya kepada anak. Hal ini akan memudahkan ruang terbuka bagi anak dan kita ketika ngobrol nanti. Buat saya, berlatih menggunakan pertanyaan terbuka itu sesuattu banget. Perlu latihan hingga sekarang secara kontinyu. Penggunakan kata tanya seperti bagaimana, mengapa, bagaimana menurutmu dan sejenisnya, memerlukan kalimat pembuka yang menarik. Jadi ga ujug-ujug kepo in anak. Minimal kita sudah tahu sedikit informasi tentang apa yang akan kita obrolin saat itu.


Saat obrolan mulai cair, saatnya kita memancing ide untuk rencana aktivitas anak. 


Projek anak itu dibuat oleh anak dari anak dan untuk anak ya, mak. Itu idealnya. Kalau anak menemukan kesulitan atau mentok ide, saatnya kita lempar pertanyaan pembuka seperti yang di atas tadi. Jadi, pertanyaannya kemudian adalah bagaimana memulai untuk membuat projek atau aktivitas bareng dengan anak-anak? 

Ngobrol santai


Yup, semua diawali dari ngobrol santai. Cerita di atas cukup mewakili tangga pertama saya masuk ke dalam aktivitas kesukaan mereka. Projek bersama itu biasanya selalu dimulai dari obrolan santai yang kadang memang sudah saya dan suami rencanakan mau ngobrolin apa nantinya. Tapi tetap saja semua dimulai dari obrolan ringan. Obrolan santai bisa dilakukan di mana aja ya, mak. Biasanya nih, kami paling sering melakukan di ruang keluarga sambil gegoleran atau di tempat makan saat kami sedang keluar. Dan ternyata, kalau ngobrolnya di luar rumah dengan suasana yang berbeda itu, kami banyak sekali mendapat insight dari anak-anak loh. Ada banyak cerita seru yang bisa kami jadikan catatan, diskusi atau projek berikutnya dengan mereka.


img-1603535681.jpg


Nah, rasa seperti cerita di atas muncul kembali saat mengikuti tahap lanjutan perkuliahan di institut ibu  profesional. Obrolan santai dengan anak-anak sedang bersinergi dengan tantangan di perkuliahan bunda produktif sekarang. Seolah mengulang kembali projek pribadi saya dengan anak-anak waktu itu yang beririsan dan terintegrasi dengan teman-teman satu kelompok lainnya. Seperti halnya saat saya berkolaborasi dengan projeknya anak-anak, maka semangat itu kembali muncul. Kami, di kelompok, juga dibuka dengan ngobrol santai seperti yang pernah saya ceritakan di sini


Setelah minggu lalu kami menentukan passion dan menuliskannya di canvas passion masing-masing. Maka minggu ini kami melanjutkan dengan menuliskan :


1. Tujuan

Menentukan tujuan dalam setiap perjalanan adalah keharusan. Membuat tujuan akan memudahkan kita untuk belajar fokus pada satu titik. Kita bisa menentukan kemudian ke jalan yang akan dilalui untuk mencapai tujuan itu. Tujuan juga menjadi titik tumpu terkuat yang menjadi strong why kita saat semangat sedang turun atau bila nanti di jalan menemukan tantangan yang melemahkan perjalanan. Maka saat akan merencanakan untuk melakukan sesuatu, menuliskan tujuan dengan detil menjadi hal terpenting. Bagian dari titik ujung perjalanan.

Berdasarkan kebutuhan dan sedikit pengalaman menemani anak-anak tumbuh dan berkembang, maka tujuan project passion kali ini adalah persiapan menjadi remaja tangguh.


2. Boost

Wuah, ini nih yang paling seru. Menuliskan apa sih yang bisa menjadi penyemangat kita selama nanti melakukan projek? Booster apa yang bisa bikin kita on fire? Karakter kinerja seperti apa yang bisa membuat kita selalu tergerak untuk bergerak melakukan projek dengan bahagia.


Dari semua anggota dalam kelompok kami, mulai menuliskan beberapa booster karakter yang akan kami latih minimal selama 6 bulan ke depan. Karena akan melatih karakter ,maka baiknya satu karakter saja dulu yang dilatih secara terus menerus agar menjadi habit baik yang mendarah daging. Dan inilah beberapa karakter kinerja yang akan menjadi booster kami selama 6 bulan ke depan.


img-1603600104.jpg


3. Delays

Aha! booster sebagai penyemangat dan penanaman karakter telah dituliskan dan akan dilatih, maka dalam setiap perjalanan, tantangan tentu akan kita temukan, bukan? Apa saja yang akan menjadi penghambat perjalanan kita kelak saat melakukan project passion? 


4. Risk

Yup, kemungkinan-kemungkinan lain pun perlu diantisipasi, terutama resiko yang akan kita hadapi. Maka mempersiapkan diri agar proaktif dalam resiko yang mungkin ditimbulkan selama perjalanan, perlu dituliskan sebagai bagian dari proses belajar. Dan inilah gambaran secara keseluruhan rencana perjalanan dan segala pertimbangan yang sudah saya tuliskan.


img-1603548943.jpg



Di tahap kali ini kami diajarkan untuk belajar memprediksi segala sesuatu yang mungkin saja timbul selama perjalanan nanti. Waktu latihan selama 6 bulan untuk menjadikan satu habit tentu perlu effort besar. Apalagi bila project ini dilakukan bersama-sama yang tentu saja harus disinergikan dengan tujuan bersama.


Oke, kira-kira bagaimana tahapan selanjutnya saat kita akan membuat projek bersama ini ya?


Tunggu minggu depan cerita seru dari saya. Mungkin saja tahapan ini bermanfaat untuk teman-teman yang ingin membuat projek bersama secara terstruktur bersama keluarga.

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial