Home / Artikel Cara Mengamati Minat Bakat Anak

Cara Mengamati Minat Bakat Anak

Cara Mengamati Minat Bakat Anak

Ailsa

Senin, 29 Juli 2019


Mak, anaknya suka nulis? Senengannya corat-coret?

Kalau nulis , tulisannya terbaca dan rapih?

Suka membaca buku apa saja?

Tertarik dengan ragam huruf? Anaknya punya buku diari?

Buku tulisnya warna-warni?

Aih, itu tanda-tanda yang perlu dicatat, mak.


Sepakat kah, mak, bahwa anak-anak tuh memiliki keunikan tertentu yang telah Allah tempelkan pada dirinya. Tak ada satu mahluk pun yang memiliki kesamaan dan kelebihan yang sama di muka bumi ini. Pun anak kembar. Hebat dan Maha Hebat ya Allah itu. Masya Allah. Dan tahukah kita bahwa ada begitu banyak tanda kehebatan yang diperlihatkan anak-anak kita mulai dari kecil sampai saat ini? Sebagai orang tua-ibu-, tentu kita memiliki mata yang -seharusnya- lebih tajam dari siapapun saat mengamati minat anak. Banyak aktifitas yang bisa kita buat lalu amati saat anak-anak beraktifitas.


Menemukan minat dan bakat anak itu seperti naik roller coaster. Kadang naik, kadang turun dari ketinggian yang bikin deg-deg an kadang biasa saja. Namun akan ada satu hal menarik dan menonjol bila kita ingin mengamati keunikan setiap anak. Seperti yang saya ceritakan di paragraf paling atas tadi, pernahkah ada yang merasakan hal sama seperti itu? Aih, itu saya rasakan semua saat saya mengamati dan mencatat keseruan aktifitasnya anak-anak mulai dari kecil hingga sekarang. Ada banyak tanda yang bisa kita temukan, dan biasanya semua akan mengkerucut di satu area.


Bicara mengenai minat bakat itu, sebetulnya,apa sih minat itu? apa bedanya dengan bakat? Banyak ahli berpendapat tentang apa itu minat, tapi saya hanya akan mengutip beberapa saja ya, diantaranya :

1. Menurut Slameto

Minat itu hal yang dilihat dalam diri sendiri dan memiliki hal yang berhubungan dengan hal yang di luar diri sendiri. Keterikatan terhadap sesuatu tanpa ada yang menyuruhnya.

2. Menurut Bimo Walgito

Minat adalah keadaan dimana perhatian seseorang tertuju pada sesuatu yang memiliki keingintahuan tinggi untuk megetahui lebih dalam


Sedangkan bakat itu merupakan sifat yang produktif. Pola pikiran, perasaan dan  perilaku yang alami dan dapat digunakan untuk produktifitas (Abah Rama : https://temabakat.com/ ).

Saat mengamati aktifitas anak kita akan menemukan keberminatan anak di area atau rumpun tertentu. Sekalipun aktifitasnya berbeda, tapi biasanya ada kemiripan kesukaan anak di satu rumpun yang sama. Amati deh prosesnya sejak awal. Berikut ini salah satunya:


1.  Amati aktifitas kesehariannya. Anak suka coret-coret?

Sejak kecil, si bungsu yang sudah saya 'ratjoeni' dengan buku, ternyata juga suka sekali corat-coret. Tak hanya buku tulis, buku gambar, tapi juga tembok. Ada yang di rumahnya ga perlu lagi pasang wall paper? Hahaha. Sama lah kita yak. Setiap saya habis bercerita dengan buku ke anak-anak, hanya si bungsu yang kemudian menceritakan kembali apa yang telah ia dengar dengan mencoret-coret buku. Babling, dengan nada cerita yang mirip seperti yang sebelumnya saya ceritakan. Buku tulis dan kertas kosong bekas pun habis, akhirnya kalau saya kurang tanggap menyediakan kertas kosong, tembok pun jadi sarana coret-coretnya. Lalu kami buat kesepakatan. Hanya tembok tertentu yang boleh dicoret-coret. Dan di tembok itu, setinggi badan anak ditambah satu meter, saya tempelin kalender bekas bagian belakang yang kosong untuk menutupi warna cat tembok. Hahaha. Cat tembok pun amaan. Dan secara berkala saya ganti kalender bekas itu kalau sudah mulai terllihat penuh tulisan dan coretan. Simpan atau foto bila menemukan coretan yang unik.


2. Amati aktifitas berulangnya. Suka dengan buku tulis unik?

Karena ia suka dengan tulis menulis, maka saat ke toko buku, buku tulis sekolahnya dipilih yang garis warna-warni atau dengan ukuran yang tidak pada umumnya buku tulis anak. Ukuran besar gitu, mak. Kadang ia akan milih buku tulis yang menggunakan ring di pinggirnya dan hard cover pulak. Turutin aja. Mungkin itu tanda lain mengapa ia suka dengan buku itu. Dan pasti akan memunculkan sesuatu yang menarik lagi setelahnya.


3. Lihat caranya menangkap informasi. Suka nulis buku diari?

Yup, ini yang paling mudah melihat minat anak. Arahkan anak-anak yang memang suka mencorat-coret dengan buku yang ia pilih sendiri. Dan hanya di buku itu saja lah ia boleh mencorat-coret, tulis menulis. Ini memudahkan kita untuk merangkum proses minat anak. Kebetulan si bungsu memang suka menulis. Apa saja ia tulis kembali. Kemudian saya beri permainan, kalau habis pulang dari bepergian, tulis dan ceritakan di buku tulis yang ia pilih sendiri. Dan ini manjur. Makin hari makin baik di sisi bentuk tulisan dan isinya. Ini dia beberapa buku harian yang ia pilih sendiri saat SD dan beberapa buku reminder yang ia tulis sampai sekarang.


img-1564370455.jpg


4. Amati hobinya. Buku tulisnya banyak gambar dan tulisan indah?

Untuk anak-anak yang menyukai bahasa, biasanya akan muncul keunikan di rumpun yang sama sebagai pelengkap. Entah menulis atau kepiawaiannya dalam berkomunikasi. Bila melihat proses si bungsu dalam hal bahasa dan literasi, memang banyak sekali tanda-tanda yang muncul bahkan sampai sekarang. Entah banyak gambar, warna-warni tulisan di dalam buku tulisnya atau akan dengan mudah menyederhanakan bahasa lisan ke bahasa tulis.


img-1564373931.jpg

Ini catatan di buku reminder dan buku tulisnya.



img-1564373978.jpg
















Saat diminta membuat kartu ucapan, ini yang ia buat saat SD



5. Asah Potensinya 

Kalau di rumah sudah banyak sekali tanda yang muncul di satu area dominan, saatnya cek ke sekolah. Apakah tanda-tanda yang muncul di rumah juga muncul di sekolah? Kebetulan di sekolah si bungsu, aktifitas paginya ada menulis diari. Saya cek ke gurunya, dan uwow, nyaris dua bulan satu buku ia habiskan untuk kegiatan menulis diari ini saja. Menulisnya betul-betul berproses, mulai dari beberapa baris sampai berlembar-lembar nulisnya. Dan makin ke belakang makin beragam ceritanya. Stt... tau ga, saya masih simpan buku itu sampai sekarang looh. Di jilid mak. Itu bagian dari proses mengasah keseruannya. Jangan berhenti sampai situ, challenge dan asah potensi anak untuk membuat buku pertamanya.


img-1564374102.jpg

Dan ini antologi pertamanya saat SD kelas 6


Saat menemukan dot to dotnya minat anak, amati, catat, hubungkan, lalu lihat bagaimana kira-kira bentuknya akan menjadi seperti apa. Asah dan arahkan minat itu menjadi aktifitas yang produktif.


Saat menemukan kalau si bungsu senang menulis, saya mencoba memberikan tantangan untuk menulis di buku diari sebagai bentuk latihan motorik halusnya saat SD (bagian dari mengasah potensi). Lalu bergerak menchallengenya untuk menulis di komputer menggunakan Ms Word. Saat SMP bergeser mengenalkan untuk menulis di blog, sampai sekarang.


Perhatikan deh, mak. Ternyata, yang namanya minat itu, paling mudahnya bisa dilihat saat anak mengerjakan sesuatu itu enjoy banget. Kadang bisa lupa waktu makan dan tidur. Amati aja, saat seperti apa dia melakukan sesuatu yang enjoy gitu. Kasih tantangan dan permainan yang berhubungan dengan enjoy-nya tadi, karena biasanya kalau sudah enjoy dan menikmati, anak itu akan dengan mudah (easy) melakukannya. Lalu, kasih tambahan keterampilan biar makin terasah, sehingga menjadi excelent. Dan kita pun akan mendapatkan banyak informasi, betul ga ya aktifitas itu yang memang menjadi sifat produktifnya. Cerita keseruan dan tanda lainnya bisa di cek di sini .


Setahun belakangan ini, si bungsu sedang menggeluti handlettering. kalau sudah menulis indah gitu, suka sampai malam dan bahkan bisa berlembar-lembar dia latihannya.  Lalu saya tawarkan untuk mengasah keterampilan itu dengan belajar dengan maestronya.


img-1564372993.jpg













Ya begini nih kalau lagi khusyu' nulis.


Kalau sudah begini, saatnya menaikkan challenge  agar semakin produktif.  Uji potensinya dengan menulis di wadah selain kertas dan kanvas. Diskusikan dengan anak saat akan mengambil tantangan ini. Dan jadilah seperti ini.


img-1564373236.jpg
Menulis di wadah kaleng gelas jadul lalu dijual (beroleh earn-nya)


Percayalah, apa yang kita tanam pun akan kita tuai. Dan guru itu hadir saat anak sudah siap. Tinggal kita belajar memantaskan diri menemani anak dan keluarga dalam menemukan keunikan mereka masing-masing dengan memberikan peran seluas-luasnya dalam koridor agama. Mudahnya, lakukan 3B dan 4E dalam setiap aktifitas anak. Ada yang tahu apa itu?

Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial