
8 Cara Asyik mengelola Gadget Pada Anak
“ We may not be able to prepare the future for our children, but we can at least prepare our children for the future”
–Franklin D. Roosevelt–
Pengalaman dengan Gadget
Pernah merasakan rebutan gadget dengan anak?
Pernah merasakan sulitnya melarang anak untuk tidak terus menerus bermain gadget?
Pernah tahu rasanya bagaimana memanggil anak untuk melakukan sesuatu saat anak bermain gadget ?
Pernah terperangah tentang informasi yang anak peroleh ternyata di dapat dari internet?
Pernah balik lagi ke rumah karena ketinggalan gadget?
---
Ya, gadget saat ini
telah menjadi salah satu benda penting yang tak boleh tertinggal, nyaris harus selalu
nempel kemana pun kita pergi. Lebih baik ketinggalan dompet dari pada ketinggal gadget, betul begitu, mak? Anak-anak kita hidup di era digital, sederhananya, si batita tuh ga perlu lagi
dikenalin tutorial membuka dan menggunakan gadget. Klik tombol ini
untuk itu, masuk ke sini nanti akan muncul seperti ini. Tekan ini
untuk menggeser gambar. Ga perlu, mak. Kenapa? Aiih, mereka bahkan bisa lebih
jago, lebih gape dan lebih mengerti how to nya dari pada
kita. Tanpa perlu diajarkan, mereka mampu menjalankan prosedur penggunaan layar
pintar. Mengapa bisa demikian?
Bayangkan, anak kita itu melihat bagaimana ayah dan ibunya tak pernah
jauh juga dari gadget dalam
kesehariannya. Gadget tak pernah jauh
dari genggaman orang-orang yang ada di lingkungan terdekatnya. Di kamar, di ruang tamu bahkan saat berkendara bersama
anak-anak pun, orang tua nyaris menggenggam gadget
kesayangannya. Anak melihat bagaimana orang dewasa di sekitarnya menggunakan
layar pintar itu. Menggeser ke kanan dan ke kiri, menekan tombol ini dan itu. Mereka
melihat bahwa orang dewasa merasakan kesenangan tertentu saat menggunakannya.
Kadang tertawa sendiri di depan gadgetnya,
kadang bisa asyik sendiri dengan fasilitas yang ada di gadget. Mungkinkah ini yang membuat mereka benar-benar meng copy-paste, meniru apa yang kita
lakukan?
Bisa jadi. Karena pada dasarnya anak adalah peniru ulung, otaknya belum mampu memilah mana yang memang baik dan mana yang tak boleh ditiru. Maka adalah benar, bahwa pendidikan itu berawal dari kita, orang tuanya, orang dewasa terdekat yang ada dan paling sering berada di sekelilingnya.
Sebuah survey yang dilakukan oleh Commone Sense Media melaporkan bahwa ternyata
78% orang tua menjadi model anaknya dalam berteknologi, termasuk di dalamnya
penggunaan gadget dan internet. Tak
hanya itu, mak, survey itu bilang bahwa orang tua menghabiskan 9
jam sehari dengan gadgetnya bukan
untuk mengerjakan sesuai dengan pekerjaan, namun untuk bermedia sosial, nonton
dan main games! Maka wajar kalau kemudian anaknya pun bermain gadget hingga 6 jam sehari. Oia, Common Sense
Media itu merupakan sebuah organisasi non profit yang mendedikasikan untuk kepentingan
pendidikan dan mengadvokasi keluarga untuk sehat dalam berteknologi bagi
anak-anak.
Gadget dan internet pun sudah menjadi satu paket yang sulit sekali dilepas. Internet itu sesuatu yang mengagumkan, ia bisa memberikan keuntungan tak terbatas. Bayangkan bila anak-anak kita lepas pengawasan tanpa dibekali sesuatu untuk menghadapinya. Minimal kita memberikan bekal bagaimana memanfaatkan gadget dan internet dengan sehat. Mereka hidup di era serba digital, maka melarangnya bersentuhan dengan barang digital adalah sebuah kesalahan. Melakukan kerja sama yang baik untuk mengelolanya jauh lebih bijak. Lakukan bersama anak dengan membuat kesepatan akan jauh lebih bisa diterima dari pada melarangnya sama sekali untuk tidak bergadget ria.
#lapkeringetdah
Berikut ini cara-cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengelola gadget bersama anak-anak, selamat
mencoba.
1. Buat kesepakatan penggunaan gadget harian
Sebelum membuat kesepakatan. Buka dengan diskusi ringan beberapa hari sebelumnya, tentang gadget, efeknya bagi komunikasi di rumah dan sebagainya. Ceritakan mengapa Anda perlu membuat kesepakatan bersama keluarga terkait penggunaan gadget. Karena namanya kesepakatan, maka semua anggota keluarga berhak memberikan pendapatnya serta wajib mematuhinya, termasuk, Anda, orang tua. Contoh kesepakatan kami di rumah, tak ada gadget selama di meja makan, ruang keluarga, dalam kendaraan, di kamar dan saat kami berempat kumpul bersama. Berapa lama penggunaan gadget harian dan sebagainya bisa didiskuskan pada anggota keluarga.
2. Ajarkan anak untuk menjaga dan menahan pandangan
Yuk, ajarkan anak untuk menjaga pandangan dan menjaga kemaluannya. Kalau kata bu Elly Risman, psikolog yang sangat aware dengan bahaya teknologi pada anak, jika otak sudah rusak, maka kemaluanmu tidak bisa dikendalikan. Coba tanyakan; bagaimana perasaanmu hari ini, Kak? Apa yang kakak suka tadi pagi? Kenapa kakak suka main pasir di teras? Gunakan pertanyaan terbuka untuk memancingnya bercerita. Membiasakan berdiskusi saat senang dan sedih dengan anak akan membuatnya bercerita pada kita begitu ia merasakan sesuatu.
3. Letakkan PC atau komputer di ruang
keluarga
Anak perlu tahu bahwa PC/leptop/tablet itu adalah barang milik bersama, maka meletakkannya di tengah keluarga artinya, anggota keluarga lain berhak menggunakan barang yang sama secara bergantian. Ssttt.... jangan lupa, arahkan layar PC ke arah yang bisa Anda lihat sambil lalu dari dapur atau saat berjalan menuju ruangan lain. Ini tantangan nih, karena kalau ruang tengah tidak nyaman bagi anak untuk menggunakan gadgetnya, anak akan berpindah ke kamar tidur yang kita sulit untuk mengawasinya.
4. Dampingi saat anak-anak bermain game
Mendampingi anak bukan berarti Anda harus duduk di sampingnya terus menerus selama anak bermain game. Namun mengedukasi sedikit demi sedikit mengenai konten permainan atau mau melibatkan adiknya berbagi peran dalam bermain bisa menjadi bagian saat Anda mendampingi mereka bermain. Akan tambah menarik kalau Anda pun ikut MABAR, mak alias MAin BAReng anak. Pasti seru deh. Janagn lupa, sesekali ajukan pertanyaan saat anak bermain menggunakan gadget agar ia tetap 'sadar' bahwa ia berada di dunia nyata bersama Anda.
5. Arahkan pada aktifitas teknologi yang tepat guna
Saat Anda sedang berdiskusi dengan keluarga, bila menemukan sesuatu yang sulit, kekurangan informasi, Anda bisa mengajak dan melibatkan anak untuk mencari informasi yang dibutuhkan di internet bersama-sama. Memilih aplikasi yang tepat dan sesuai dengan kemampuan serta usia anak juga bisa menjadi alternatif. Jangan lupa untuk menguji coba dulu aplikasi itu sebelum dikenalkan pada anak. Kalau dirasa aman untuk kemampuan dan usia anak Anda, maka berikan dengan waktu bermain sesuai kesepakatan. Untuk anak usia baligh, mungkin situs edukasi ini bisa menjadi pilihan aktifitas bersama.
6. Imbangi dengan aktifitas bergerak
Berikan kegiatan lain tanpa bersentuhan dengan gadget. Ajak ke tempat atau taman bermain di mana mereka bisa bersosialisai sesungguhnya dengan dunia nyata. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa cara belajar terbaik bagi anak di bawah usia 3 tahun adalah belajar dari dunia nyata, bukan dengan cara menonton layar. Sebab otak mereka memerlukan latihan dan variasi kegiatan. Bila mendongeng atau belajar melalui layar, kaitkan segera dengan mencari benda dalam belajar on line itu di dunia nyata, untuk memaksimalkan pembelajaran dan keseimbangan dunia maya dan dunia nyata.
Penelitian lain untuk anak jelang baligh, melibatkan anak-anak selama lima hari tanpa layar ternyata membuat peningkatan yang lebih baik ketika memahami emosi orang lain. Mereka tahu bagaimana menyikapi orang lain dengan baik. Cerita mereka yang mengikuti lima hari tanpa layar ini sangat beragam, tapi ada satu benang merahnya, bahwa tanpa gadget ternyata jauh lebih menyenangkan karena mereka bisa berinteraksi langsung dengan teman sebaya. (buku media moms and digital dads karya Yalda T Uhis, MBA, Ph.D., hal. 71)
7. Up date segala informasi teknologi sesuai
dengan usia anak Anda
Apa yang sedang berkembang di lingkungan anak-anak sekarang, wajib Anda ketahui. Bisa jadi, Anda pun bisa bertukar informasi dengan anak-anak terkait situs-situs yang mengasyikkan untuk di akses bersama dengan aman. Sederhananya, minimal sejajarkan informasi Anda dengan anak-anak mengenai informasi kekinian. Ini dia salah satu situs edukasi yang aman untuk anak. 7 situs edukasi untuk anak usia 3-12 tahun
8. Orang tua adalah panutan anak-anak
Ya, jadilah contoh yang baik bagi anak. Kesepakatan yang telah dibuat oleh keluarga, pastikan bahwa itu pun berlaku untuk ayah dan bunda.
Ingatlah, bahwa kita tidak bisa menyiapkan masa depan untuk anak kita, tapi kita bisa menyiapkan anak-anak untuk masa depan. Saya teringat nasihat sahabat Nabi SAW bahwa didiklah anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup bukan di zamanmu. Ya, mereka hidup di zaman yang sangat berbeda 180 derajat dengan zaman saat kita seusia mereka kini. Mengenalkan dan mengajarkan mereka sesuatu yang sesuai dengan zaman mereka kelak membuat kita, orang tua, harus terus bergerak dan mau belajar untuk menemani mereka tumbuh dan berkembang.
Semoga Allah selalu menjaga anak-anak kita di mana pun berada.
Komentar
Terima kasih infonya😘
Terima kasih tipsnya
Hihihi boleh kucoba ke keponakan aku nih....
Aduh.. PR banget ini gadget ya buat anak-anak, dibiarin terlalu lama ga baik, ga kenal sama sekali juga ga mungkin... Semoga Allah jaga kita dan keluarga ya Mba
Artikel parenting yg sangat bermanfaat, semoga aku dan suami, bisa menerapkan cara cara mendidik anak, seperti ditulisan ini
walaupun belum punya anak, bener-bener ngerasain kalau ponakan asyik main gadget gabisa diganggu. Sering ga sadar kalau marahin anak kecil supaya gak main gadget padahal kita sendiri selalu main gadget di depan mereka. Makasih artikelnya bagus bikin interopeksi.
Terima kasih, kak, nanti akan saya coba cara ini pada anak...
Gadget ibarat pisau, yang bisa berguna atau mematikan ditangan pemegangnya. Semoga kita dan anak-anak kita dapat memaksimalkan pengelolaan gadget untuk hal-hal positif
Bener banget ya kak, memang sebisa mungkin kalau ketemu orang saya usahakan untuk meletakkan gadget. Demi menghormati lawan bicara kita
Iyaaaa ngeri juga klo sampek aktif main gadget yang cenderung ke hal hal negatif
Memang soal gadget ini susah-susah gampang, apalagi saat sekolah online, anak pegang gadget terus. Jadi makin terbiasa dengan gadget. Bikin kesepakatan yang berlaku saat belum pandemi jadi buyaarr
Suka banget sama ulasannya, nih, Mba. Zaman memang telah membuat ketinggalan gadget lebih mengkhawatirkan dibandingkan ketinggalan dompet, yah. Hahaha. Saya pernah berada di posisi ini. Bukan melarang tapi mengelola agar anak bijak bertindak,
Iya banget sih, aku emang gitu.. Lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan hape. Emang segitu pentingnya hape
betul banget apa yang kita lakukan dg gadget itu yang ditiru anak. pernah berada di kondisi bukan rewbutan tapi berbantahan dengan anak agar tdk menggunakan gadget terlalu lama