Home / Artikel Catatan Perjalanan Umroh

Catatan Perjalanan Umroh

Catatan Perjalanan Umroh

Cerita Emak

Jum'at, 19 Februari 2021

Makkah dan Madinah menjadi dua kota paling mengesankan dalam seluruh perjalanan kehidupan yang pernah ada

Hari ini adalah hari yang dinanti setelah ribuan purnama. Kesempatan berkunjung ke dua kota suci akan segera dimulai. Aneka rupa rasanya selama berada di pesawat menuju Jeddah. Melakukan proses ibadah umroh yang dianjurkan bagi seluruh ummat muslim.


Sembilan jam seperti sembilan bulan rasanya. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya  mengucap syukur, dan berdzikir. Sekitar satu jam mengangkasa, tak lama pramugarinya mulai membagikan makan malam. Aih, cocok kali pas saya belum makan. Melihat jam di tangan, menunjukkan pukul 23.00 WIB. Lupakan diet, yang penting sehat. Kalau kata orang, menu di pesawat itu biasa saja, tapi menurut saya, mau di pesawat, di bis atau kapal laut, semua makanan itu hanya ada dua rasa, enak banget sama enak aja.


Beres makan paket lengkap, saya mulai ngotak ngatik peralatan audio visual yang ada di depan kursi saya. Wah, fasilitas tontonan  dan musiknya lengkap serta up to date. Ada remote penghubung yang memudahkan penumpang untuk bisa memilih channel tanpa harus menyentuh layar. Setelah menurunkan posisi sandaran kursi, saya pun mulai berselancar. Ah, tapi hanya beberapa menit, mata saya mulai narik, ngantuk sangat. Posisi layar pun saya rubah menjadi tracking proses perjalanan pesawat menuju Jeddah. Wah, saya masih ada di atas lautan. Oke, saatnya tidur.



Beberapa jam sebelum mendekat ke Jeddah, lampu pesawat sudah dinyalakan. Dan bapak-bapak sudah mulai berganti dengan pakaian ihrom. Wah berarti sekitar satu jam ke depan, sudah mau melewati Yalamlam nih. Ya Allah, makin berdebar rasanya.  Beberapa kalimat talbiyah bahkan sudah mulai terdengar di telinga. Rasanya mendekat ke rumahMu itu sungguh luar biasa. Saya tengok sekeliling, ada yang sedang bersiap ganti pakaian ihrom, ada yang sudah selesai berpakaian ihrom, ada yang sedang ngobrol, menikmati pemandangan di samping jendela. Saya? Menikmati riuhnya jamaah lain yang sedang bersiap. Labbaikallahumma labbaiik. Ya Allah, kalimat talbiyah mulai bergetar menusuk kalbu. Tak terasa air mata tak terbendung lagi.



Alhamdulilah, kami sudah mendarat selamat di Jeddah. Suasana bandara terbilang sepi. Saya melirik jam tangan yang sudah disesuaikan waktu Jeddah. Waw, sudah menunjukkan pukul 10 malam, pantas saja bandara terlihat agak lengang. Setelah melewati keimigrasian, kami pun menuju pelataran luar bandara. Disambut dengan mas-mas berwajah arab yang sesekali menawarkan produk kartu telekomunikasi pada rombongan kami. Mereka pun membagi-bagi kan kartu tersebut secara gratis. Sambil duduk menunggu bis yang akan membawa kami ke Makkah, saya mulai membaca isi kartu itu. Karena ga mungkin deh kalau gratis yekaaan. Setelah dibaca berulang, ternyata bener gratis pemakaian hingga tiga hari setelah diaktifkan kartunya loh. Saya lupa nama providernya. Ah, saya pikir, boleh juga nih dimanfaatkan nanti bila saya kesulitan isi pulsa di sini. Kebetulan ponsel saya sudah diganti roaming internasional. Jadi saya rasa, provider ini hanya untuk jaga-jaga saja. 



Dari pengeras suara, terdengar pemimpin kelompok kami mulai memanggil. Nama saya belum juga terdengar. Semua rombongan banyak yang sudah mulai masuk bis. Saya dan beberapa orang jamaah lainnya masih di luar menunggu panggilan masuk bis. Dan betul saja, saya dapat bis terakhir. Alhamdulilah, bis paling besar dan keren menurut saya dibanding bis lainnya. Saya pun mulai mencari tempat duduk. Bis berkapasitas sekitar 40 an ini terasa nyaman sekali. Interiornya lux, mewah. Kursinya enak sesuai dengan lekukan punggung. Recleaning seat, terdapat meja  kecil yang bisa diturunkan dibagian depan layaknya duduk di kursi pesawat. Untuk ketinggian kursi, buat saya terlalu tinggi, kaki saya nggantung, pemirsah. Tapi tenaaang, ada injekan kakinya, jadi amaaan. Saya melirik jam di tangan. Waktu menunjukkan pukul 23.00 waktu jeddah. Masya allah, pantes mata ini sudah ngajak gelut.



Karena sudah larut, saya ga bisa melihat pemandangan luar seperti apa selama di perjalanan. Sepertinya sepanjang jalan itu tuh kayak jalan tol gitu. Bis tidak melewati kota atau bangunan tinggi lainnya. Dari jeddah kami bergeser ke kota Makkah. Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam menuju Makkah al Mukarromah. Bis pun mulai bergerak, sekitar 10 menit kemudian, makanan, air dan snack pun dibagikan. Duh, masya allah, sudah di pesawat dapet 2 kali makan besar dan beberapa kali snack, sampai di bis pun dapat makan besar lagi. Ah, saya tak ambil pusing, makan aja sambil mendengarkan musrif kami ngabsen rombongan. Selama di dalam bis, kami diitemani seorang musyrif atau pemimpin rombongan bis. Beliau ternyata orang Madura, pantas aja dari nada bicaranya kental sekali. Selama perjalanan beliau menyampaikan banyak hikmah dan kisah seputar perjalanan umroh Nabi SAW lalu ditutup dengan talbiyyah bersama. Duh, Anda tahu bagaimana rasanya gejolak dalam hati saya saat itu? Masya Allah, tak dapat digambarkan. 


img-1613995622.jpg

sumber foto: Skyscrapercity


Sekitar jam 1 atau jam 2 pagi, lupa saya tepatnya, bis kami mulai memasuki kota Makkah. Di tandai dengan gerbang besar, gerbang al quran yang membentang tinggi di jalan tolJeddah-Makkah. Gerbang yang menandakan haramnya non muslim masuk ke kota Makkah. Masya Allah, baru lihat gerbangnya aja, saya udah deg-deg an. Sepanjang jalan mata saya sulit untuk dipejamkan. Seakan tak ingin melewati kesempatan menikmati pemandangan malam di sepanjang jalan, saya makin dalam bertalbiyyah. Tak lama, musyrif kami menceritakan macam guide tour. Di kanan jalan ada jalan perempatan besar yang arah kesana itu terdapat tempat tinggalnya ustad Habib Riziq. Masya Allah, mendapat kesempatan berharga untuk bisa tinggal di tanah haram itu sesuatu.



Dan tampak dari kejauhan, lampu-lampu terang benderang mulai nampak di depan mata. Tiang pancang yang mengelilingi ka’bah yang sedang di perluas pun terlihat. Dua pilar tinggi khas pintu utama memasuki masjidil haram terlihat. Ya allah, sampai sini air mata saya sudah tak terbendung lagi. Dalam jarak beberapa meter lagi, saya akan berada di sana. Bis besar ini pun memutar di sebrang hotel yang bersebrangan dengan masjidil haram. Dan ternyata, hotel yang akan saya tempati berada persis di depan pelataran masjidil haram. Masya Allah. Turun dari bis kaki saya mulai gemetar, hati senang ra karuan. 


img-1613947813.jpg

sumber foto : nasierjamal/pixabay

Musyrif pun mengingatkan untuk segera ke kamar bersiap dalam waktu 20 menit ditunggu untuk langsung ke masjidil haram, shalat tahajud dan ibadah lainnya. Koper pun saya geret menuju kamar yang disediakan. Karena hotel bintang 5, pelayanannya sangat memuaskan. Ga pake bingung dimana saya harus mencari kamar dan sebagainya. Satu kamar diisi empat orang.  Sepertinya kamar ini awalnya hanya untuk dua orang, jadi kelihatannya nambah bed gitu. Saya memilih bed yang paling pinggir, persis di samping jendela besar. Karena appaah? Karena dari jendela besar ini, saya bisa memandang langsung masjidil haram tanpa batas. Masya Allah. Kurang apa cobaaa? Setelah koper disimpan, saya ambil air wudlu. Membawa botol kosong dan peralatan kecil lainnya dalam tas ransel.


Saya pun bergegas menuju lobby hotel untuk berkumpul dengan rombongan jama’ah lainnya. Bersiap menuju rumahMu yang dari jendela kamar saya terlihat dengan jelas masjidil haram. Sampai di lobby hotel ternyata jamaah sudah banyak yang berkumpul. Kami pun dibagikan earphone oleh panitia. Dan ternyata ketua rombongan saya berbeda dengan yang di bis tadi. Kali ini beliau berasal dari kota Medan, kelihatan banget dari gaya bicaranya. Kami pun mulai dikumpulkan dalam satu kelompok. Briefing pun dimulai. Beliau mengingatkan alur perjalanan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berproses ibadah di sana nanti. Apa yang harus dilakukan bila terpisah.Terakhir, beliau memberi tahu letak hotel kami ada di sebelah mananya pintu masjidil haram. Oke. insya allah tercatat baik di kepala saya. 



Bagaimana kelanjutan kisah perjalanan dan pengalaman selama di kota Makkah? Yuuk klik ini


Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial