Home / Artikel Cinta Ibu Sepanjang Hayat

Cinta Ibu Sepanjang Hayat

Cinta Ibu Sepanjang Hayat

Parenting

Sabtu, 23 September 2017

" IBUMU SARJANA APA? "


Ibuku gelarnya adalah MSi : Master Segala ilmu. 


Tak terbayang bukan, menjadi ibu yang baik itu harus banyak belajar dan terus belajar, lifelong education istilah kerennya.


1. Ibu harus belajar akuntansi, agar bisa mengurus pendapatan keluarga dan mengelolanya untuk kebutuhan rumah tangga, tabungan, serta menata pemasukan & pengeluaran yang seimbang.


2. Ibu harus belajar ilmu tata boga, tata busana, atau perhotelan, belajar mengatur masakan keluarga dengan kreatif, supaya tidak bosan.


3. Ibu harus belajar ilmu keguruan. Ia harus menguasai ilmu yang diajarkan di sekolah dasar, agar bisa mengajari anaknya bila kesulitan dengan PR-nya. Bahkan dituntut mengerti bagaimana mengelola 'kelas' keluarga ketika anak-anak rebutan mainan, rebutan untuk bercerita lebih dahulu tentang kegiatan mereka di hari itu..


4. Ibu harus belajar agama, karena ibu-lah yang pertama kali mengenalkan anak pada Allah, membangun akhlak yang luhur serta iman yang kokoh.


5. Ibu harus belajar ilmu gizi, agar bisa menyiapkan makanan bergizi bagi keluarga, setiap hari.


6. Ibu harus belajar farmasi, agar dapat memberi pertolongan awal pada keluarga yang sedang sakit dan menyediakan obat-obatan ketika keadaan darurat.


7. Ibu harus belajar keperawatan, karena beliaulah yang merawat anak/suami ketika sakit. Yang menyeka tubuhnya ketika tidak diperbolehkan mandi, mengganti kompres. Ibu adalah perawat yang handal.


8. Ibu harus belajar ilmu kesehatan, agar bisa menjaga asupan makanan, kebersihan melindungi anggota keluarga dari gigitan nyamuk, dll.


9. Ibu harus belajar psikologi, agar bisa berkomunikasi dengan baik saat menghadapi anak-anak di setiap jenjang usia, juga sebagai teman curhat suami yang terbaik, ketika suami sedang mengalami masalah.


10. Ibu juga bisa cari uang (bekerja), bila diizinkan suami tentu saja.


Seandainya ibu harus kuliah dulu, butuh berapa lama? Bisa jadi lebih dari 10 jurusan di atas tadi. Begitu luar biasanya seorang ibu, dengan multi talentanya, kesabarannya merawat, mendidik & menemani anak-anak dan suami tercinta. Jadi mikir, sudahkah kita (baca : saya) memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita?


Tidak ada yang namanya sekolah khusus untuk menjadi orang tua layaknya sekolah mulai level SD, SMP hingga SMA. Karena, menjadi orang tua itu belajarnya seumur hidup. Seringnya otodidak atau mungkin belajar dari pengalaman orang lain dalam pengasuhan anak bahkan bisa saja dengan mendatangi kelas-kelas ilmu, baik dari seminar parenting atau mungkin pelatihan-pelatihan lainnya. Satu saat, kadang kita perlu materi A, namun belum tentu butuh materi C. Hanya kita yang tahu, bagaimana caranya kita belajar menjadi orang tua yang bisa menjadi panutan untuk anak-anak kita. Belajar bisa dari mana saja, terlebih, kita difasilitasi media yang sangat beragam. 


Buat saya, akan jauh lebih mudah bila kita bisa melihat kelebihan masing-masing anggota keluarga dalam belajar. Cara belajar saya yang lebih mudah masuk bila melihat langsung si pembicara, visual banget, membuat saya harus sering mendatangi majelis ilmu dan duduk paling depan. Sstt...enaknya duduk paling itu ya, ga ada peserta lain yang ngajak ngobrol, hihihi... jadi saya bisa makin fokus dalam melihat dan mencatat. Ya bettul, saya harus mencatatnya agar mudah untuk mengingat kembali serta mudah mencari ilmu itu bila suatu saat saya butuh informasinya. Mencatat buat saya sama seperti melihat kembali dan memberikan kemudahan. Kenapa jadi mudah? karena saya punya beberapa buku catatan belajar. Saat menghadiri seminar atau pelatihan yang temanya pendidikan anak, saya akan bawa buku A. Buku B akan saya bawa kalau saya belajar tentang ilmu bisnis. Buku C menemani saya saat belajar ilmu agama. Karena cara saya belajar apapun lebih mudah bila dengan melihat langsung, maka saya harus sadar betul dan harus pandai-pandai menyesuaikan cara saya belajar dengan cara anak-anak dan suami dalam menyerap ilmu. Itulah mengapa, saya punya papan tulis yang mudah diakses atau mudah dilihat oleh semua anggota keluarga. 


Setiap saya atau suami sedang belajar di manapun dan dari siapapun, selalu kami share di grup WA, hanya materi yang sedang in dalam keluarga yang dishare. Yup, WA yang isinya hanya saya, suami dan anak-anak ini jadi ajang saling support dan informatif dalam keseharian. Kami bisa belajar banyak dari aktifitas masing-masing di hari ini walau secara fisik kami berjauhan. Malamnya, di meja makan setelah makan bersama, kita diskusi dan apresiasi kembali tentang aktifitas hari ini. Tanpa henpon, hehe. Yup...selama duduk di meja makan, sekalipun ga lagi makan bareng, henpon ga boleh ada di meja makan. Ini kesepakatan kami di rumah. tentang gadget free at home.


Kalau sudah menemukan kelebihan dan cara belajarnya anak-anak dan suami, nikmat beneer...Saling memahami itu yang akan terjadi, bila masing-masing tahu cara memperlakukan kebutuhan belajarnya. Saya dan suami pun masih harus terus belajar mengelola ini. Karena bila kita faham bagaimana caranya belajar, bukan tidak mungkin komunikasinya akan terbangun baik dengan sendirinya. 


Tetiba saya teringat pesan seseorang, bahwa “Seorang ibu bisa merawat 10 anak, namun 10 anak belum tentu bisa merawat satu ibunya." Pesan yang sangat menohok saya sebagai anak dan sebagai ibu. Jangan pernah mengeluh dengan pekerjaan' menjadi ibu, ga ada yang meminta kita untuk melamar menjadi ibu bukaaan...? Maka, memperbaiki diri dengan mulai belajar dan mempraktekkannya, akan jauh lebih baik dari pada mengeluh. 


Terakhir, tonton video ini yaa...


 


yang ini juga... ups, siapin tissue yaaa


 

Semoga bermanfaat.

i love you, mom.


Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial