Home / Artikel Detik-Detik Rosulullah Wafat

Detik-Detik Rosulullah Wafat

Detik-Detik Rosulullah Wafat

Cerita Emak

Selasa, 13 November 2018

"Assalamualaikum, bolehkan saya masuk?"

Seorang laki-laki mengetuk pintu seraya izin untuk diperbolehkan masuk ke rumah Rosulullah.

"Maaf, ayahku sedang demam, jadi tidak bisa menerima tamu." Fatimah menjawab.

"Fatimah, biarkan orang itu masuk, Ia adalah malaikat maut." Kata Rosulullah.

Sambil menahan sedih dan air mata, Aisyah mempersilahkan laki-laki itu menghampiri ayahnya.

"Mengapa Jibril tak ikut bersamamu wahai Izrail?" tanya Rosul.

Lalu dipanggillah JIbril yang sedang bersiap menyambut ruh baginda Rosul di pintu langit untuk segera menghadap Rosul.

Dengan suara yang amat lemah, Rosul bertanya, "Katakan wahai Jibril, apa hakku nanti di hadapan Allah?"

"Pintu-pintu langit telah siap menunggu ruhmu, Pintu-pintu syurga pun siap menerima kedatangamu."

Tapi ternyata itu tidak membuat Rosul terlihat senang. "Bagaimana dengan ummat ku kelak?" tanya Rosul

"Aku pernah mendengar Allah berfirman, bahwa kuharamkan syurga bagi siapa saja kecuali umat Muhammad yang telah berada di dalamnya."

Rosul pun semakin melemah. Tangannya kian melemas. Seperti sulit bergerak. Bulir-bulir keringat semakin membasahi jubahnya. Urat-urat lehernya menegang, Rosul pun mengaduh. Fatimah makin terisak, tak kuasa melihat kesakitan yang dirasakan ayahnya.

"Wahai Izrail, seperti ni kah sakitnya kau cabut nyawa manusia? Betapa sakitnya sakaratul maut ini."

lalu JIbril memalingkan wajahnya.

"Wahai Jibril, jijikkah kau melihatku sampai kau memalingkan wajahmu dariku?"

"Bagaimana mungkin, siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah akan direnggut ajalnya. Tidakkah kau tahu bahwa Allah pun bisa menangguhkan kematianmu jika kau meminta wahai kekasih Allah."

"Oh... ya Allah, betapa sakit dan dahsyatnya sakaratul maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini padaku, jangan pada ummatku, ya Allah."

Rosul mulai mengaduh menahan sakit. Di sisinya, Fatimah semakin jadi menumpahkan air mata kesedihan. Para sahabat yang berada di luar pun terdengar kian kencang suara tangisnya. Hari itu, semua bersedih, berduka karena Sang Baginda akan meninggalkan umatnya.

Badan Rosulullah mulai tak bergerak. Satu persatu anggota tubuh Rosul saling berpamitan. Dingin kian menjalar mulai dari mata kaki, naik ke betis hingga sampai di pinggang. Dada Beliau mulai sulit bergerak tanda napas pun mulai tersengal. Bibir Rosul bergetar dan mulai berbisik. Ali bin Abi Thalib mendekatkan telinganya.

"Peliharalah sholat dan peliharalah orang-orang yang lemah diantaramu."

Ali semakin menunduk sedih. Air mata tak kuasa terbendung melihat Rosul sulit berbicara.

"Ummatii...ummatiii."

Innalilahi wa inna ilaihi rooji'un. Baginda Rosul telah berpulang ke pangkuan Ilahi. Dan di ujung nafasnya masih mengingat akan ummatnya. Fatimah mulai memegang tangan Rosul yang makin lunglai. Dipandanginya wajah ayah tercinta dalam-dalam. Betapa cepatnya sakaratul maut itu walau ia tahu bahwa cara yang paling lembut saat Izrail mencabut nyawa semua mahluk adalah saat izrail mencabut nyawa ayahnya. Matanya tak berhenti mengeluarkan kesedihan yang paling dalam. Air mata terus mengalir saat melihat wajah teduhnya telah tiada.

---
Sakitnya saat ruh dicabut itu bagaikan sabetan 300 pedang pada kulit. Seperti duri yang menancap pada sutera lalu merobek seluruh kain saat satu duri dicabut. Atau sebagaimana dikulitinya kita hidup-hidup. Tahukah engaku wahai sahabat, sesungguhnya ketika nyawa tu dicabut ia diikuti oleh pandangan mata.

Diriwayatkan ileh Muslin dari Abu Hurairah bahwa Rosulullah bersabda; "Apakah kalian tidak melihat jika seseorang meninggal dunia pandangan matanya terangkat?. "Benar wahai Rosulullah." Beliau bersabda, "Itulah ketika pandangan matanya mengikuti nyawanya."

Sumber ilmu : buku rahasia kematian, alam akhirat dan kiamat karya Imam Qurthubi



Bogor, 13 November 2018 jelang makan siang

Semoga Allah menjadikan kematian kita dengan kematian yang baik, husnul khotimah. Diwafatkan dalam keadaan sedang berbuat baik. Ya Allah, ampunilah dosa hamba-Mu ini.

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial