Home / Artikel Magang untuk Anak Remaja

Magang untuk Anak Remaja

Magang untuk Anak Remaja

Parenting

Kamis, 10 Agustus 2017

Sudah dua bulan ini kami mendiskusikan rencana belajar ke luar dengan orang lain (baca: magang) untuk anak-anak terkait hal yang ingin mereka ketahui.  Kebetulan kedua anak kami sudah memilih satu area kesukaannya masing-masing setelah melewati berbagai kegiatan random sebelumnya. Saat berdiskusi, tiba-tiba si bungsu nyeletuk,


"Bund, aku mau jadi Psikolog deh. aku tuh ya, ternyata bisa dan mudah deket sama temen, bisa mendamaikan temen yang lagi pada marahan, truus, temen-temen aku tuh suka curhat gitu ke aku, trus sua nanya gimana ya cara nyeleseiinnya tentang masalah yang mereka hadapi. Kayanya, aku bisa deh jadi psikolog. Boleh ga aku belajar ke tante Andhar? Tante Andhar kan psikolog anak ya, bund?". Waw. emak takjub. Ini anak sudah tahu apa kehebatan dalam dirinya.


"Oh gitu, Dek. Hebat dong bisa jadi tempat curhatnya temen-temen gitu. Iya, tante Andhar psikolog anak. Adek mau belajar sama tante Andhar?". Kode kerasnya saya tangkap.


"Iya, bund, aku mau. Aku mau tahu kerjaannya kalo psikolog itu apa aja sih. Tiap weekend aja aku ke sananya ya. Bunda yang bilang ya sama tante Andhar."


"Oke, mulai bulan depan di setiap pilihan weekend, adek belajar sama tante Andhar ya."


***

Kegiatan magang merupakan kegiatan wajib bagi anak-anak untuk belajar pada kehudupan dunia luar yang nanti akan ia hadapi. Dunia luar yang memang ia sukai, nikmati, mudah dilakukan dan ia bisa menjadi semakin mahir di dunia yang ia pilih. Kami mengikuti pola dari talens mapping-nya abah rama yang mengenal istilah 4E dari setiap pilihan kegiatan anak. Menurut beliau, bila 4E itu terpenuhi, maka kekuatan pada diri tiap anak pun akan muncul dengan sendirinya. 


Saat melakukan kegiatan, anak merasakan Enjoy, Easy, Excellent lalu muncul Earn-nya, bisa jadi itu lah kekuatan yang ada pada diri anak kita. Earn itu tak melulu bicara uang, tapi produktfitas kerja dari E yang lain, bisa menjadi kekuatannya kelak.


Lalu bagaimana bila 4E nya belum lengkap munculnya? Ya, tugas kita sebagai orang tua nya-lah yang menemukan kelengkapan 4E tadi. Caranya? berikan ragam kegiatan pada anak. Biasanya, kegiatan itu akan mampu bertahan sekian minggu, bisa jadi juga hanya bertahan dalam hitungan hari. Lanjutkan saja mak, sampai kemudian anak menemukan enjoy easy-nya melakuan kegiatan itu. Dari ragam kegiatan itu, biasanya akan mulai mengkerucut rumpun kegiatan pilihan anak. Sebagai orang tua, peran pengamat tentu tak boleh lalai terhadap setiap perkembangan anak. Melihat si bungsu menikmati belajar bersama tantenya minggu lalu, itu sudah memberikan suntikan baru tentang pilihan kegiatan weekend nya di bulan Agustus ini. Akhirnya, kami hanya bisa membantu menemukan pilihan mimpinya menjadi seorang psikolog islam. Dengan berusaha mendekatkan dengan konsep sederhana tentang psikolog itu sendiri seperti apa.


Diskusi yang saya dengarkan dengan tantenya tentang ragam pemikiran psikolog, semakin membuka pengetahuan baru untuk si bungsu dalam menetapkan pilihannya. Ada sisi lain dari ilmu psikologi yang perlu dikuatkan dari sisi agamanya. Dan itu mejadi PR kami berikutnya. 


"Jadi, minggu depan, aku belajar apa lagi nih,tante?"


Ternyata belajar itu nyandu.

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial