Mengapa Talent Mapping
Review Buku Parenting
Sabtu, 03 November 2018"Maksimalkan kekuatan dan siasati kelemahan." (Abah Rama)
Buku yang Dibaca Sampai 3 Kali
Judulnya sempet bikin kening berkerut berjenak-jenak. Kalau ditanya buku apa yang dibaca sampai tiga kali, ini artinya bisa ada dua. Antara belum dong saat baca kali pertama dan kali kedua, butuh kali ketiga atau lebih untuk mengerti lebih dalam lagi. Atau justru dibaca berkali-kali karena ga pernah bosen bacanya, suka dengan jalan ceritanya bahkan sampai hapal dialog atau quotesnya. Dan bisa jadi, itu buku bisa sampai lusuh, lecek dan mungkin saja udah diwarna-warniin. Nah, setelah kemaren mengamati buku-buku yang berjajar di lemari, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada buku panduan Talents mapping-nya (TM) abah Rama Royani. Sepertinya hanya buku ini yang bahkan saya baca lebih dari 3 kali. Dan beneran sampai lecek tuh buku, dah dikasih stiker note pulak. Hahaha.
Saat kita membeli buku
tentu ada banyak faktor yang mempengaruhi. Entah karena judul yang bikin
penasaran, isinya bagus, penulisnya terkenal, covernya lucu, saran dari teman
atau pas harganya diskon nyungsep? Macam-macam tujuan kita membeli buku. Kalau
kata trainer membaca, kalau mau beli buku tuh kudu tanya diri sendiri. Dua W
aja dulu. WHY dan WHAT. Why terkait mengapa kita butuh untuk memiliki buku itu,
emang ada magnet apa sampai kita perlu membeli buku tersebut. Lalu WHAT, apa
bagusnya sih buku itu? Apa yang bisa kita dapatkan dari buku itu? Apa setelah
membaca buku itu kemudian keingintahuan kita terjawab? Apa iya kita sedang butuh
buku itu?.
Nah, karena di rumah
banyak menggunakan bahasa bakat yang ada dalam TM, maka saat mendiskusikan
kegiatan, kami pun ga akan jauh-jauh dari bahasa bakat itu. Ya, TM telah membantu
kami melihat keunikan dan kekuatan masing-masing. Maksimalkan kekuatan dan
siasati kelemahan. Ini yang menjadi titik awal kami bergerak. Tentu kita
percaya bahwa Allah menciptakan manusia dengan segudang kelebihannya yang unik,
dan hanya kita lah yang memiliki keunikan itu. Dalam mencari keunikan ini, TM
membantu kami menemukan sedikit demi sedikit potongan puzzle yang tersebar entah
di mana.
Tak hanya di rumah, di sekolah pun menggunakan TM dalam melihat kekuatan anak-anak terkait bakat
dan minatnya. Kami sebagai orang tua harus belajar memahami cara membaca
dan memanfaatkan tools itu. Abah Rama sering kali bercerita bahwa jangan menganggap
satu alat tes itu adalah segalanya, jangan mak. TM hanyalah bagian dari sekian
macam alat ukur yang bisa digunakan oleh kita. Kalau mau memotong pohon jati,
gunakanlah gergaji kayu bukan menggunakan gunting. Jadi sederhananya, gunakan
tools sesuai kebutuhannya. Bisa jadi beberapa tools itu justru saling
melengkapi, loh. Hanya masing-masing alat ukur itu mengacu pada sesuatu yang
berbeda.
Bahkan saat di tempat
kerja pun TM banyak membantu saya untuk bersosialisasi dengan orang lain. Saya
makin faham bagaimana menghadapi orang lain dengan cara yang berbeda dengan
mengerti kekuatan yang dimilikinya. Memberikan tugas dan tanggung jawab pada
orang berdasarkan kekuatannya, akan membuat orang itu berkembang dan tugas yang
kita berikan selesai tuntas. Itulah mengapa buku panduan TM menjadi buku yang
sudah dibaca sampai 3 kali bahkan lebih.
#Day3
Afifah Ayu Vitayani