Home / Artikel Menu khas setiap lebaran

Menu khas setiap lebaran

Menu khas setiap lebaran

Cerita Emak

Selasa, 12 Mei 2020

Aiih, sudah ngomongin lebaran aja yaa. Tak terasa, hari ini sudah memasuki hari ke 19 Ramadan, artinya sebentar lagi Ramadan akan pergi. Sedih? Banget. Karena bulan ini bulan yang banyak memberikan pengalaman baru buat saya pribadi. Mungkin mamak-mamak lainnya pun mengalami hal yang sama, sedikit berbeda dengan Ramadan sebelumnya. Salah satunya adalah bersamaan dengan pandemi covid 19 yang memaksa kita untuk tetap tinggal di dalam rumah. Maka menjadi semakin banyak lah pengalaman ruhiyah yang saya dapatkan.


Lebaran bagi umat muslim di Indonesia tak hanya sekedar berakhirnya bulan Ramadan saja, namun justru menjadi ajang silaturahmi antar keluarga antar tetangga dan handai taulan. Keluarga ibu dan bapak saya telah bersepakat sejak awal. Bahwa lebaran idul fitri adalah saatnya ngumpul di Malang, lebaran idul fitri berikutnya ngumpul di rumah orang tua kami, di Depok. Karena kebetulan bapak dan ibu saya sulung dan orang tua dari pihak bapak sudah tidak ada, jadi otomatis semua om tante saya hari pertama lebaran, akan berkumpul di rumah kami.


Ada satu hidangan khas yang sepertinya jadi aneh kalau menu ini tidak ada saat lebaran atau kumpul keluarga, yaitu sambel tempe udang nan lezat itu. Saya perlu berkali-kali mencoba cara membuatnya agar memiliki rasa dan teksture yang serupa. Hingga akhirnya menu ini menjadi menu favorit kami di rumah, di luar lebaran. Apa dan bagaimana membuatnya.


Berikut ini bahan dan cara membuatnya:


Bahan :

Tempe bungkus daun satu papan besar

Bawang putih 6 siung, haluskan, sisihkan

Bawang merah 15 siung, iris halus, sisihkan

Cabe merah besar ¼ kg, haluskan, sisihkan

Cabe merah keriting ½ kg, haluskan, sisihkan

Cabe rawit merah ¼ kg, potong dua memanjang, sisihkan

Gula aren iris tipis 3 sendok makan

Kecap manis 2 sendok makan

Terasi dua ruas jari, bakar, haluskan

Lengkuas dua ruas jari, geprek

Daun salam 3 lebar

Sereh 3 batang

Santan dari satu buah kelapa ukuran sedang

Udang ebi ¼, siram dengan air panas, sisihkan,

Udang ebi satu sendok dihalus kasar, sisihkan

Udang kecil ½ kg, bersihkan, sisihkan


Cara pembuatan:

1. Potong dadu tempe, kukus 15 menit, bila sudah dingin, haluskan lalu sisihkan

2. Tumis bawang merah dan bawang putih hingga kecoklatan, angkat, sisihkan

3. Tumis cabe merah besar, cabe kriting hingga tanak

4. Masukkan seluruh udang ebi, udang, terasi, garam, gula aren

5. Masukkan tempe yang sudah dihaluskan, aduk hinga rata

6. Masukkan santan, lengkuas, sereh dan kecap manis

7. Setelah kuah berkurang, masukkan bawang merah dan bawang putih goreng. Aduk hingga rata

8. Cek rasa. Selesai


Menu ini paling nikmat dimakan dengan nasi hangat dan krupuk esok harinya. Kuah sudah meresap dan nikmat. Saya kalau bikin sekaligus banyak dan saya simpan dalam kotak-kotak kecil satu kali makan untuk sekeluarga di dalam freezer. Jadi kalau mau makan, tinggal dikeluarkan dari freezer, masukkan di microwafe atau dihangatkan setelah berada dalam suhu ruang. 


Tak hanya bicara soal menu khas saat lebaran, ada juga tradisi baik yang patut dicontoh. Ini terjadi di perumahan tentara eyang saya di kota Malang. Selepas sholat ‘ied, kami semua (terutama orang tua atau sesepuh), berdiri berbaris di depan rumah masing-masing. Kami yang anak mudanya, berjalan sambil bersalaman kepada seluruh para orang tua. Dan berakhir di depan rumah masing-masing. Biasanya para sesepuh itu menyiapkan snack atau permen yang dibagikan kepada anak-anak kecil saat bersalaman dengan mereka. Seru loh, jadi kenal satu sama lain. Kebetulan perumahan itu isinya para pensiunan bari yang rata-rata usianya di atas 60 tahun, maka untuk saling mengenal satu sama lain, terutama di garis cucu apa lagi cicit, sudah tidak begitu kenal lagi. Maka tradisi baik ini terus dijalankan hingga dua tahun lalu kami pulang ke Malang.


Yang menjadi menarik aalah saat mengenalkan tradisi baik ini kepada anak-anak. Mereka ikut berdiri dan berkenalan dengan banyak orang baru, belajar adab bertemu dengan orang yang jauh lebih tua dan yang lebih penting adalah belajar bahasa jawa. Hihihi.


Demikian juga saat mengolah menu khas lebaran, nak gadis biasanya yang menyiapkan semua bahan awalnya, saya tinggal nyemplung-nyemplungin. Urusan cek rasa dengan azkail dan ayahnya. Urusan bersih-bersih, biarkan azkail yang melakukan, saya tinggal duduk manis.  Asyik kan?


Apa menu khas daerah mu mak? Ada tradisi unik yang hanya ditemui saat lebaran kah? yuk ceritakan di kolom komentar ya


Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial