Home / Artikel Menyatukan Project Passion

Menyatukan Project Passion

Menyatukan Project Passion

Komunitas Ibu Profesional

Minggu, 18 Oktober 2020

"Jangan pernah ragu dengan potensi yang ada dalam diri Anda. Coba lihat kupu-kupu, seandainya saja ia memiliki keragu-raguan, maka ia akan hidup dan mati sebagai seekor ulat bulu yang hanya bisa merangkak."
Larispique Philidor

img-1602988910.jpg


Kalimat di atas sudah jamak dan banyak sekali digunakan oleh orang lain untuk menyemangati diri sendiri atau orang lain. Dan begitu juga dengan saya saat ini. Satu minggu kemarin nguplek menuliskan dan meyakinkan diri tentang passion diri. Apa betul sekarang saya makin jatuh cinta dengan passion yang bikin mata melek berbinar, mata merem kebawa mimpi? Sebegitu bergairahnya saya dengan passion satu ini sampai kadang eh sering lupa waktu kalau sudah melakukannya.


By The Way ya, emang passion itu apaan sih?

Mmm... Sependek yang saya pahami, passion itu perasaan antusias yang sangat kuat terhadap sesuatu. Yang kalau kita melakukan itu tuh suka lupa waktu, lupa makan, lupa cucian, lupa setrikaan. Kalau ada orang yang ngobrolin tentang sesuatu yang bikin kita berbinar, kita bisa ngobrolinnya semangat banget sampai bisa lupa waktu. Biasanya akan terdorong dengan inisiatif mandiri untuk melakukan sesuatu yang disukai tanpa diminta dan melakukannya dengan sungguh-sungguh. Sesuatu yang amat sangat kita sukai bila melakukannya. Dari sekian banyak yang saya suka, ada beberapa hal yang bikin saya berbinar kalau lagi ngerjain itu. Dan melulu tentang mengajar, mengembangkan orang lain dan mengelola sesuatu. 


Kalau ditarik beberapa tahun ke belakang, saya menemukan dot to dotnya kehidupan saya yang bermuara pada pengembangan orang lain. Saya suka bertemu dengan orang lain, suka mengelola sesuatu, merunutkan kebutuhan, suka sekali melihat orang lain maju dan berkembang atas apa yang pernah saya diiskusikan dengannya. Buat saya tidak ada kata tidak bisa. Yang ada hanya belum bisa. Setiap orang bisa berubah menjadi jauh lebih baik sesuai waktu yang diinginkannya. Jadi, agar menjadi manusia yang bermanfaat,mengapa saya tak ambil peran dengan sesuatu yang memang saya sukai?


Hingga kemudian saya total dalam mengelola lembaga pendidikan yang saya miliki dan lembaga lain yang sedang saya dampingi. Untuk mempertahankan semangat saya dalam urusan passion, maka saya harus mencari dan menemukan lingkungan yang bisa membantu mengembangkan saya untuk menjadi lebih baik. Allah mboten sare, saya menemukannya, lagi-lagi, di perkuliahan lanjutan di Institut Ibu Profesional (IIP), di kelas Bunda Produktif.


Seminggu ini saya dipertemukan dengan 9 orang-orang hebat dalam satu kelompok pendidikan. Mereka orang-orang keren dan mumpuni di bidangnya masing-masing. Mereka bisa menjadi mentor belajar saya dan keluarga niih. Hehehe. Saat berkenalan di hari-hari pertama, pengalamannya luar biasa loh. Mulai dari dosen dengan jam terbang tinggi dan kaya pengalaman, penulis yang jebol media nasional, para pendidik yang sudah malang melintang berbagi, hingga orang tua yang concern sekali dengan pengayaan anak berbasis kurikulum mandiri. Ya, semua berada dalam wadah yang sama, yaitu pendidikan dan senang mengembangkan orang lain. 


Kalau bertemu dengan orang keren seperti itu, yang sudah memiliki jam terbang berbagi yang tinggi secara indvidu, bisa dibayangkan kalau kita semua bisa bersatu dan berkolaborasi dalam satu projek yang serupa ya. Dan gayung bersambut lah di kelas ini. 10 orang dalam satu kelompok yang memiliki passion yang sama diharuskan membuat project passion.  Dan ini baru passion pendidikan. Di passion pendidikan ini ada beberapa kelompok. Belum lagi passion-passion lain. Mulai dari desain hingga public speaking pun ada. Wuiih, bakalan seru ya kalau kita punya satu passion yang sama lalu berkolaborasi agar berdampak pada lingkungan.


Dan ini lah tahapan yang kami lakukan sampai akhirnya menentukan passion project bersama.

1. Personal Branding

Hari pertama kami semua saling memperkenalkan diri. Menceritakan siapa dan apa yang kami lakukan selama ini. Bercerita tentang apa kesukaan kami masing-masing. Saya takjub dan bahagia banget. Betapa tidak, mak. Isinya orang-orang keren semua yang sudah berpengalaman dalam bidang dan spesifikasi kekuatannya masing-masing. Secara tidak langsung, kami belajar untuk personal branding walau belum detil. Tapi setidaknya, masing-masing tahu apa kekuatan yang dimiliki dan berani menceritakan kepada orang lain.


2. Buat canvas passion pribadi

Ada istilah bussines model canvas (BMC) yang pernah saya kenal sebelumnya. Dan kemudian saya baru ngeh pemanfaatannya belakangan ini. kemana aja wooiiy. Jadi, sependek yang saya pahami, kalau untuk BMC tuh kita menuliskan semua rencana bisnis kita dengan terstruktur, fokus dan lebih terarah. Mulai dari siapa target pasarnya, apa kelebihan bisnis yang sedang kita jalani, apa value produk sampai pada cost yang dikeluarkan seperti apa. Ini membantu banget bagi yang akan melakukan bisnis untuk tetap di jalurnya. Nah, menariknya, model canvas pun bisa digunaan untuk personal loh. Sederhananya apa yang ada di kepala kita terkait mimpi atau passion yang ingin ditekuni tuh dituliskan. Seperti sedang menggambar dalam sebuah canvas gitu kali ya. hahaha. Entahlah, saya belum selesai baca buku tentang BMC tadi, jadi belum bisa banyak bercerita.


Dan minggu ini muncul istilah lain di perkuliahan bunda produktif yaitu canvas passion. Jadi sepertinya mirip-mirip lah ya. Passion yang kita miliki dituliskan dengan terstruktur dalam perencanaannya. Passion yang sudah kita lakukan itu sudah sampai tahap yang mana? Sst... ternyata ya, passion itu ada tahapannya loh. Saya juga baru tahu nih. Berikut penjelasan sederhananya ya. Banyak mengambil penjelasannya dari seorang pengusaha dan marketing terkenal, pak Hernawan Kartajaya dalam blog dan bukunya yang berseri.


Ada sebuah konsep di marketing yang dikenal dengan istilah 4P yaitu product, price, place dan promotion. Tapi di MarkPlus, sebuah perusahaan pelayanan dan marketing terkemuka, mengenalkan istilah 4P juga. 4 Passion yang dikenalkan pada seluruh pegawainya. Lengkapnya sih ternyata bisa ditemukan di bukunya pak Hermawan Kartajaya di bukunya yang berjudul Grow with Character Series. Yuk kita cek yuk, ada di tahap yang manakah kita sekarang? Cekidot :


a. Passion for Knowledge

Pada passion ini, kita ditantang untuk mau mengembangkan diri secara terus menerus. Setiap orang dituntut untuk proaktif dalam menaikkan level diri yang tentu saja harus mendukung apa yang dibutuhkan dan disukai. Bentuk passionnya bisa mengikuti semacam pelatihan atau sejenisnya sebagai proses pengembangan diri. Atau mungkin mendirikan perpustakaan yang buku-bukunya mendukung kesukaan kita. Jadi pergerakan passionnya berjalan dari ilmu terlebih dahulu.


b. Passion for Business

Kita harus sadar bahwa segala sesuatu ada perhitungannya. Jiwa enterpreuneur menjadi elemen penting disini. Dalam mengelola sesuatu itu tentu ada produk yang ditawarkan, ada pelanggan hingga ada pesaing. Maka dibutuhkan kesadaran penuh akan sebuah persiapan sebelum melakukan sesuatu. Menjadi mandiri secara finansial sangat dianjurkan dengan menggunakan kacamata bisnis bukan sekedar LSM. Ada perhitungan yang matang dalam setiap pergerakan passionnya.


c. Passion for Service

Dengan memiliki passion, kita semua bisa melayani orang lain loh. Memberikan pelayanan terbaik akan serta merta muncul apabila yang dilakukannya adalah passionnya. Kalau menurut bukunya, melayani bukan seperti kita melayani raja, bukan. Namun melayani dengan penuh perhatian layaknya kita melayani teman sendiri. Manusia itu kan mahluk sosial ya, bayangkan mak, bila mahluk sosial ini juga memiliki passion yang kuat dalam area melayani, apa ga keren banget dalam melayani orang lain? Pasti akan bersungguh-sungguh deh melayaninya.


d. Passion for People

Passion yang mampu menggerakkan satu dengan lainnya dengan baik. Tak ada yang menganggap remeh jabatan satu dengan lainnya. Karena semua memiliki peran yang penting dalam membangun satu gerakan atau satu perusahaan. Passion ini banyak mempengaruhi bagaimana kita menjaga hubungan dan mempengaruhi orang lain. 


Ada di manakah passion Anda sekarang, mak?


Passion berkaitan erat dengan kita, mahluk sosial, yang saat ini lebih dikenal dengan citizen of the world karena memasuki era citizen 4.0 (duh, bahkan sekarang kita akan menghadapi society 5.0 loh) . Duh, apa pulaaak ituh yaaak. Hihihi. Lagi-lagi dari bukunya opa Hermawan Kertajaya, yang berjudul citizen 4.0, di situ diceritakan bahwa hidup manusia itu terbagi menjadi empat tahap kehidupan. Menurut konsep tersebut, antara satu fase ke fase berikutnya sangat mempengaruhi loh. Mulai dari kebiasaan, karakter, pola pikir hingga mentalitas seseorang. Bisa diliihat dulu piramidanya ya untuk memudahkan saya juga.


img-1603035834.jpg

Youtube channel marketeers

1. Tahap fundamental life stage =>knowledge

Usia dari 0-20 tahun adalah masa paling dasar atau fundamentalnya seseorang kelak. Biasanya di sini banyak sekali fase mencari knowledgenya.


img-1603063787.jpg


2. Tahap forefront life stage=>business

Muncul di usia 20-40 tahun yang secara fisik, masa paling produktif dan sedang semangat idealisme yang tinggi akan sesuatu.  Cenderung ingin berdikari tanpa menyusahkan orang lain. 


img-1603063977.jpg

3. Tahap foster life stage =>service

Di tahap ini biasanya terjadi saat seseorang berusia 40-60 tahun. Usia matang, stabil dan mapan karena telah merasakan asam garam kehidupan. Di fase ini menjadi penting, karena mulai sering merefleksikan hidup untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Atau bisa juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya, semua tergantung dengan dukungan dan kondisi lingkungannya saat berada di usia ini. Biasanya ya, secara naluriah, orang-orang di usia ini ingin memberikan banyak manfaat untuk orang lain. Seperti kegiatan sosial atau berusaha menjadi contoh terbaik bagi lingkungan sekitarnya. Sehingga muncullah passion untuk melayani orang lain. Memberikan dukungan apapun untuk orang lain agar berkembang menjadi lebih baik. 



4. Tahap final life stage =>people

Tahap kehidupan ini biasanya muncul pada orang-orang yang berusia 60-80 tahun. Waw. Di usia ini selain fisik sudah mulai menurun, namun tidak dengan pikiran yang bijak sana dalam menghadapi hidup. Usia di mana anak-anak sudah mulai mandiri dengan keluarga masing-masing, cucu yang menyenangkan hingga akhirnya orang-orang yang berada di usia ini memilih untuk lebih bisa menikmati hidup. Menikmati hidup dengan lebih bermanfaat untuk orang lain.


img-1603062859.jpg

pixbay.com



Lalu pertanyaannya, bagaimana agar selama berada di empat fase itu bisa kita nikmati, berdampak baik dan berdaya untuk orang sekitar?

Jawabannya adalah pada passion yang kita miliki. Temukan dan fokus melakukannya dengan baik dan benar.


Dan ini dia canvas passion yang saya miliki dan rasakan sekarang :


img-1603025186.jpg


3. Temukan titik tengahnya

Setelah semua anggota berkenalan dan menyebutkan kekuatannya masing-masing. Maka yang perlu dilakukan adalah menemukan titik tengahnya untuk mengetahui, apa sih sebetulnya kekuatan kita ber 10 itu saat berkolaborasi?

Bila ditilik lebih detil, kelompok kami semua rata-rata 'bermain' di area anak remaja dan dewasa muda. Maka dengan kekuatan itu, kami memutuskan untuk memberikan pelayanan bagi orang tua yang memiliki anak remaja dan dewasa muda. Apa yang bisa kami berikan? Mulai dari pengenalan jati diri, kurikulum remaja, keterampilan tangguh mandiri finansial hingga persiapan menikah. Menarik bukan?

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial