Kontroversial Buku Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman

Kontroversial Buku Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman

"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka

tak kala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata :" Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)." QS: 27:40

Saat pertama kali membaca judul buku ini, benar-benar membuat penasaran akan isinya.  Seorang ahli matematika Islam, KH Fahmi Basya, melakukan penelitian dan kajian sejak 33 tahun lalu mengenai hubungan Borobudur dan peninggalan nabi Sulaiman AS.  Judulnya memang kontroversial, candi yang dinobatkan sebagai peninggalan kerajaan Syailendra abad 8 M ini, ternyata terdapat singgasana yang dimiliki ratu Balqis (Saba). Uwow kaan, maak. KH Fahmi Basya adalah seorang ulama, ahli matematika lulusan FMIPA UI. Beliau adalah salah satu dosen UI, UIN Syarif Hidayatullah dan beberapa universitas lainnya. Pria kelahiran Padang 66 tahunan silam ini sudah menerbitkan banyak buku. Biasanya buku-buku itu berkaitan dengan angka yang tak pernah lepas dari Al Quran. Salah satunya adalah buku yang telah saya baca karena kepo-nya saya dari judul yang menggoda untuk dibaca.


Buku ini  memang bukan karya sehari dua hari disusun. Penelitiannya dilakukan sejak tahun 1979 sampai 2012, atau hingga buku ini diterbitkan oleh penerbit Zaituna di tahun 2012. Buku setebal 256 halaman yang bikin penasaran dari halaman ke halamannya, mampu membuat saya duduk manis dalam waktu yang cukup lama, lebih karena rasa penasaran yang tinggi sebenarnya. Belum lagi ditambah dengan gambar-gambar dan video dalam CD tentang pembuktiannya mengapa Arupa Dhatu atau bagian atas Borobudur itu  disinyalir sebagai singgasananya Ratu Balqis (yang dalam bahasa jawa, dikenal dengan ratu Boko). Pembuktian foto satelit, perhitungan angka, lokasi penemuan kerajaan Saba di Sleman (Sleman? iya, mak, di Sleman. Kerajaan Saba ada di Sleman menurut penelitiannya beliau), hilangnya satu kotak bangunan kerajaan di Sleman yang bila diukur dan dilihat dari atas, ukurannya sama dengan Arupa Dhatu di Borobudur. Lalu beliau menyebutkan beberapa ayat yang menceritakan tentang ratu Saba, nabi Sulaiman, kerajaannya, tentang semut/lembah semut. Dan yang bikin tercengang, ada sebuah relief yang ditemukan fosil si semut-semut tadi. Semut yang diminta nabi Sulaiman untuk masuk ke sarang karena pasukan nabi mau lewat. 


Pembuktian demi pembuktian dijabarkan di buku ini membuat saya tercengang. Antara percaya dan tidak. Terutama di bagian pembuktian jumlah susunan bangunan Borobudur. Beliau mengupas dari sisi matematikanya dan beberapa ayat al quran. Perhitungan jumlah undakan pada lantai-lantai candi Borobudur ditambah lagi foto dan pembuktian relief yang ditemukan di dinding candi. Ada sebuah relief di dinding Borobudur yang menggambarkan seorang laki-laki sedang berdialog dengan sekumpulan burung-burung. Lalu beliau menyebutkan beberapa ayat tentang burung Hudhud itu yang terdapat di surat ke 27. Ini adalah foto burung Hudhud. 


img-1541800769.jpg
https://publicdomainvectors.org/id

Burung yang cantik yaa. Itu burung kalau terbang atau saat ada bahaya mengancam, jambul cantiknya mekar loh. Burung yang memiliki panjang sekitar 30 cm atau lebih ini merupakan pemakan serangga. Burung yang lebih besar sedikit dari burung Merpati. Ia akan mematuk-matukkan paruhnya yang panjang ke batang kayu atau tanah untuk menemukan mangsanya. Saat mematuk-matukkan itu terdengar suara 'hup...hup...hup", itu mungkin kenapa dikenal dengan burung Hudhud. Dalam Al Quran banyak sekali menceritakan percakapan nabi Sulaiman dengan burung Hudhud, termasuk kisah kecewanya nabi Sulaiman karena keterlambatan burung Hudhud saat yang lainnya sudah berkumpul. Ternyata keterlambatan burung Hudhud itu membawa kabar mengenai sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Ratu yang menyembah matahari pagi dan sore.  Di buku ini juga ada foto relief yang menceritakan bagian seorang laki-laki yang sedang berdialog dengan sekawanan burung-burung. 


img-1541801645.jpg

Hal. 207

Terlepas dari semua pembuktian itu, saya kemudian menarik sebuah kesimpulan, bahwa kisah yang disebutkan dalam Al Quran itu adalah sebagai pengingat kita untuk selalu mendekatkan diri pada Allah. Para pendahulu kita yang banyak sekali disebutkan dalam Al Quran, seharusnya menjadi bagian dari proses perbaikan diri menuju kehidupan yang lebih baik. Bahwa kemudian banyak orang yang berusaha membuktikan al Quran itu benar adanya adalah bagian dari betul, al Quran itu adalah mukjizat yang Allah turunkan melalui nabi terakhir kita, nabi Muhammad SAW. Mungkin kita pernah mendengar bahwa banyak sekali ditemukan bekas-bekas kisah para Nabi yang masih ada hingga sekarang. Mulai dari ditemukannya bangkai roda tempur di dasar laut merah yang disinyalir itu adalah rekam jejaknya roda Fir'aun saat mengejar nabi Musa AS ketika laut terbelah. Ditemukannya sisa-sisa perahu nabi Nuh AS di gunung Ararat, Turki Timur sebagai tempat berlabuhnya kapal saat banjir besar menghadang. Dan masih banyak lagi.


Jadi, bagaimana menurut emak terhadap penemuan KH Fahmi Basya kali ini? Tak ada salahnya mengetahui dengan membaca karya beliau yang dalam setahun telah dicetak ulang hingga empat kali.  Seperti yang telah disebutkan di atas, buku ini juga ada CD nya loh, jadi bisa memfasilitasi pembaca yang lebih menyukai visual daripada sebuah deret kata. Banyak diceritakan pembuktian-pembuktian mengapa candi Borobudur itu erta hubungannya dengan nabi Sulaiman AS. 


Hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui

Sumber : https://azkail.com/kontroversial-buku-borobudur-dan-peninggalan-nabi-sulaiman-detail-406694