Apa yang terbesit pertama kali saat
mendengar atau membaca kata MUDIK?
Silaturahmi dari satu keluarga ke keluarga lain di kampung?
Dongeng dan cerita khas zaman dulu oleh eyang?
Tradisi sungkeman?
Bertukar oleh-oleh dengan keluarga?
Jalanan macet?
Ngobrol di warung tegal dengan sesama pemudik?
Nyasar di tengah hutan saat akan ke kota tujuan?
Kulineran di kota-kota tertentu?
Tradisi mendatangi rumah leluhur dan handai taulan?
---
Kalau ada yang jawabannya iya, berarti sama dengan saya. Setiap mendengar kata mudik ada banyak perjalanan yang bikin kangen. Biasanya mudik dilakukan saat bulan Ramadan akhir. Selain bersamaan dengan liburnya sekolah, cuti dari tempat kerja pun dimanfaatkan masyarakat untuk kembali ke kampung halaman. Yang jarak dekat bisa ditempuh dengan kendaraan prbadi, seperti yang nyaris setiap tahun saya lakukan bersama keluarga besar. Yang jauh pun bisa memilih pesawat atau kapal laut sebagai alternatif transportasi.
Virus yang lebih mudah menyerang para orang tua usia lanjut dan orang yang memiliki imunitas tubuh lemah. Makin ke sini, virus makin bermutasi dengan gejala yang bervariasi, bahka banyak ditemukan pasien tanpa gejala sedikitpun.
Bayangkan, bila kita merasa sehat-sehat saja tetapi setelah diperiksa, kemudian ternyata virus itu telah berdiam diri dalam tubuh kita. Kena di mana, kita juga tidak tahu. Apakah di perjalanan yang pernah dilakuakn sebelumnya? dengan teman kantor? Perlu dilacak. Virus ini akan menyerang imunitas tubuh kita. Bisa dibayangkan, bila kita yang tanpa gejala, mendatangi orang tua atau sesepuh di kampung halaman, apa yang kira-kira akan terjadi?
Maka bersabar dan menahan diri untuk tidak melakukan perjalanan mudik menjadi pilihan yang tepat. Dengan cara seperti ini lah kita bisa menunjukkan bukti sayangnya kita pada orang tua di kampung halaman.