Six Thinking Hats Mengenalkan Pengelolaan Rapat dan Keputusan

Six Thinking Hats Mengenalkan Pengelolaan Rapat dan Keputusan

"Bukan tentang apa yang Anda capai namun apa yang Anda atasi."

Rapat sering molor dan lama dalam pengambilan keputusan?

Agenda rapatnya loncat sana sini jadi ga jelas udah clear atau belum?

Saat pembahasan agenda diskusi merasa ga selesai dan makin berlarut?

Bertemu tantangan selama menjalani diskusi?

Omongan kita kadang ga jelas apa maksud dan arahnya saat menyampaikan sesuatu?

---

Suka gemes ga siiih ketemu kondisi seperti di atas? Aiih, coba sesekali gunakan yang opa De Bono tawarkan mengenai cara mengelola rapat, diskusi atau obrolan lebih baik dan membuat keputusan lebih cepat. Caranya? 


Buku tulisan Edward De Bono ini sebetulnya telah diterbitkan di Amerika sana pada tahun 1985. Tetapi hak cipta penterjemahan dan penerbitannya baru masuk ke PT Elex Media Komputindo, grupnya Gramedia di tahun 2017 dengan edisi revisi terbaru. Saya pernah baca secara online tentang cara mengelola rapat ala Six Thinking Hatsnya yang menarik banget. Maka saat buku terjemahannya ini masuk ke Indonesa, walau sudah pernah membaca, saya harus punya bukunya karena masih belum terbiasa dengan cara uniknya. Jadi, apa sebetulnya yang membuat isi buku ini menarik?


Buat kebanyakan orang yang sering melakukan pertemuan, tak hanya waktu yang bisa menjadi tantangan tetapi kadang berlarutnya diskusi tanpa ujung pun bisa menghambat pengambilan keputusan. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menarik sebuah keputusan dalam setiap rapat? Satu hari? Satu minggu? Atau mungkin dua jam tanpa detil perencanaan yang matang? Nah, De Bono mengajak kita untuk menggunakan metode yang telah ia gunakan di banyak pertemuan. Dikenal dengan istilah Six Thinking Hatsnya, ia mencoba menawarkan salah satu solusi bagaimana rapat itu bisa terkelola dengan baik dan mampu menghasilkan keputusan jauh lebih cepat dan tepat sasaran. Diskusi jadi lebih menarik tanpa basa basi. Komunikasi makin berisi tanpa distraksi.


Pada bagian pertama, buku ini menceritakan apa sih sebetulnya enam topi itu? Mengapa topi yang digunakan sebagai maskotnya? Mengapa pula ada enam warna topi yang berbeda? Apa fungsi setiap warna topi itu dalam sebuah pengelolaan rapat? Ide konsep ini berawal dari mana? Dan mengapa banyak perusahaan-perusahaan yang berhasil menaikkan omset mereka efek dari pengelolaan diskusi yang menggunakan konsep ini?


Buat saya, teknik yang ditawarkan De Bono memang menarik. Betapa kita disibukkan dengan rapat yang seringnya bertele-tele untuk membuat keputusan. Bahkan mungkin bisa menghabiskan waktu hingga berhari-hari. Nah, konsep enam topi ini mengajarkan kita untuk belajar fokus dalam melihat sebuah tantangan yang dihadapi. 


Saat pertama kali saya lakukan di beberapa pertemuan, memang agak kaku, karena mungkin belum terbiasa menggiring peserta rapat untuk fokus melihat dan menyelesaikan satu tantangan dengan satu warna topi. Tapi lama kelamaan, ritmenya kami dapati jauh lebih efisien dari soal waktu. Dan efektif dalam pengambilan keputusan. Karena semua melihat ke satu titik yang sama. Jadi, bagaimana caranya? Caranya hanya tiga kalau menurut saya. Baca bukunya lalu praktekkan dan rasakan perubahannya. Hihihi.


Teknik De Bono memaksa kita untuk keluar dari kebiasaan lama dalam berpikir. Melihat dari berbagai perspektif dan cara pandang yang berbeda terhadap satu tantangan sehingga kita bisa melihat tantangan itu sebagai satu keutuhan. Enam warna topi itu sebetulnya hanya topi imajiner saja yang akan digunakan secara bersamaan saat mendiskusikan satu tantangan yang sedang dihadapi.  Saat semua peserta rapat menggunakan warna topi yang sama saat mendiskusikan tantangan, ternyata mampu meminimalisir konflik dan keukeuhnya peserta dalam berpendapat. Semua diberikan hak bicara dari sudut pandangnya dengan menggunakan satu warna topi yang sama. Artinya, seluruh peserta menuju satu tujuan yang sama. Kepiawaian pemimpin rapat mengelola rapat juga berpengaruh saat menggunakan teknik ini.

Analogi sederhananya adalah bila kita duduk melingkar di sebuah meja. Di mana ada sebuah kotak kuaci ada di atasnya. Tentu masing-masing akan melihat dari sisi yang berbeda. Ada yang melihat hanya tulisan produknya saja, ada yang tak melihat tulisannya sama sekali atau hanya melihat sisi samping kotak yang ada logo besar memanjang di kotaknya. Saat seperti itu seluruh peserta berdiskusi sesuai apa yang dilihatnya dengan tujuan yang disepakati bersama. Sehingga akan terbentuk satu gambaran utuh terhadap sebuah tantangan.


Nah, warna topi itulah yang nanti akan membantu menemukan keputusan tepatnya dalam mendiskusikan sesuatu. Buat yang baru pertama kali menggunakan teknik ini, mungkin agak bingung karena belum terbiasa. Bagaimana mengkaitkan warna topi dengan maksud yang tersirat di warna itu, kadang masih membingungkan. Tapi tenaang, ada cara ajaibnya yang bisa kita mainkan. Di mana? Ya di buku itu. 


Kita mungkin terbiasa dengan diskusi tentang satu topik tapi disitu tak diatur pembahasannya fokus pada tujuan yang mana. Apa hanya membahas tentang data saja, perasaan atau curhatan saja atau lainnya.  Teknik six thinking hats ini membantu kita mengupasnya dengan fokus pada cara, jalan, proses atau metodenya untuk mendapatkan satu keputusan yang cepat dan lebih baik.


Jadi sebetulnya, apa sih kegunaan warna pada visualisasi topi? Ini dia sedikit bocorannya ya saat kita menemukan tantangan dalam diskusi. Baiknya digunakan secara berurutan agar menghasilkan keputusan yang tepat.


1. Topi Biru

Biru menandakan tenang, warna langit, tinggi dari segalanya Artinya, saat berdiskusi menggunakan topi biru, berurusan dengan kendali, pengaturan dan proses berpikir. Apa sih tantangan dari diskusi ini? Apa ya tujuannya? Ini dulu yang harus ditemukan oleh kita.


2. Topi putih

Warna putih dikenal dengan warna netral dan objektif.  Jadi saat sedang menggunakan topi putih maka akan berurusan dengan faka dan angka yang objektif. Kumpulkan semua data dan fakta dari tantangan yang sedang dihadapi. Tuliskan untuk memperjelas dan bisa saling mengingatkan satu sama lain. Tujuan proses berpikir dari topi putih  itu adalah untuk menjadi praktis. Jadi kita harus mampu menyampaikan semua jenis informasi. Dan yang pualing penting adalah menyusunnya dengan tepat. Ini yang bikin gemes. Karena kita perlu terus menerus latihan.


3. Topi Hijau

Hijau diasosiasikan dengan rumput, tumbuh-tumbuhan dan subur. Topi hijau berarti gagasan baru, ide atau kreatifitas. Saat kita menemukan tantangan, tuliskan apa saja solusinya, apa ide-ide liar yang ada di kepala kita. Keluarkan semua ide dan solusi tentang bagaimana penyelesaian tantangan itu.


4. Topi Kuning

Kuning berarti cerah dan positif. Kuning berarti bersikap optimis dan mencakup harapan dan berpikiran positif terus. Maka saatnya kita menentukan manfaat atau valuenya dari ide-ide yang tadi telah ditulis tuh apa ya? Cari sisi positifnya dari ide-ide yang ada.


5. Topi Hitam

Warna hitam dikenal dengan serius atau suram. Hitam juga bersikap waspada dan berhati-hati. Ini menunjukkan kelemahan pada sebuah gagasan. Artinya, apa sih kekurangan dari ide yang sudah kita tuliskan tadi? Bagaimana ya agar kekurangan tadi tuh bisa diminimalisir atau ditanggulangi?


6. Topi merah

Warna merah identik dengan emosional. Jadi saat menggunakan topi merah, maka ungkapkan perasaan kita  atau pandangan emosial yang dirasakan tentang satu tantangan yang sedang didiskusikan.


Setelah semua dituliskan, maka saatnya mengunci dengan topi biru kembali. Gunakan proses berpikir, jaaadi, setelah semua topi sudah digunakan, apa ya solusi terbaiknya? Lakukan deh solusi itu.


Menurut De Bono, saat berdiskusi, kita bisa menggunakan dua atau tiga macam warna topi. Baik akan digunakan secara terpisah atau berurutan. Menariknya, di buku ini, kita diajarkan untuk memantik dengan pertanyaan terbuka. Banyak sekali contoh yang diberikan. Alternatif-alternatif yang disuguhkan membuat kita belajar membuat pertanyaan yang tepat. Kalau belum terbiasa, baca dan pilih saja salah satu dari pertanyaan pancingan yang telah disiapkan De Bono di buku ini.


Sebetulnya, menurut De Bono, tujuan digunakannya teknik ini adalah untuk menyederhanakan pemikiran. Dari pada terus-terusan menghadapi emosi tak berujung para peserta rapat, dari pada terus menggunakan logika saat akan memutuskan, biarkan kita membuka jalan keluar lain dalam menyederhanakan tantangan. Yaitu dengan membuka diskusi dengan cara pandang melihat masalah dari sisi yang berbeda dengan tujuan yang sama alias gunakan topi imajiner saat menemukan tantangan.


Yuk, saatnya kita berlatih.

Sumber : https://azkail.com/six-thinking-hats-mengenalkan-pengelolaan-rapat-dan-keputusan-detail-420027