Home / Artikel Serunya Mengelola Finansial Bersama Anak Muda

Serunya Mengelola Finansial Bersama Anak Muda

Serunya Mengelola Finansial Bersama Anak Muda

Azka

Kamis, 04 Februari 2021

“Simpanlah sebagian dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu jauh lebih baik bagimu.” (H.R Bukhari)


Belajar dari hadist Nabi SAW

Jauh-jauh hari Nabi SAW sudah mencontohkan dan mengingatkan kita agar mampu mengelola persediaan yang kita miliki secara mandiri.  Salah satunya ada ketika Rosulallah pernah membeli kurma dari Bani Nadhir dan menyimpannya setahun untuk perbekalan keluarga. Secara tidak langsung Nabi SAW mencontohkan untuk menabung karena kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Dalam QS Al Isro ayat 27 Allah juga sudah mengingatkan kita agar tidak boros.


“Sesungguhnya pemborosan itu adalah saudaranya setan dan setan itu adalah mahluk yang sangat ingkar kepada Tuhannya.”


Kalau sudah membaca ayat ini tentu saja kita tidak mau menjadi bagian saudaranya setan, bukan? Maka Allah langsung mengingatkan kita untuk hidup cukup dan tidak boros. Dalam hal apa? Karena tidak disebutkan, tentu saja dalam banyak hal. Dalam berpakaian, saat makan, minum Allah mengingatkan untuk tetap sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan. 


Berkaca dari banyak hadist yang sudah sampai pada kita, maka sudah sepantasnyalah kita mulai memperbaiki diri dan keluarga. Salah satu yang saya lakukan adalah dengan mencari komunitas yang bisa mengingatkan saya untuk terus memperbaiki diri. Kali ini saya ikut main bersama teman-teman petualang di kelas bunda sayang. Mereka semua sedang bermain dalam sebuah tema stimulasi kecerdasan matematika dan finansial untuk anak. Materi dan tantangan yang ada di program kelas bunda sayang ini selalu bisa dimainkan kapanpun dan bisa untuk segala usia. maka saya pun mulai ikutan main, salah satunya untuk mengawal konsistensi mendampingi finansial anak-anak.


img-1612417374.jpg


Walau sekitar empat tahun lalu saya pernah mengikuti tantangan permainan ini, namun kali ini saya juga ingin bermain kembali.


Bisa cek di di sini ya


Saya akan mengajak si sulung mas Azka (21 YO) untuk ikut bermain. Karena sudah dewasa, bentuk stimulasi yang saya berikan tidak sedetil saat ia berusia balita atau SD. Saya hanya nyolek sesekali tentang urusan  manajemen finansialnya.


KTM hilang

Petualangan dimulai dari hilangnya KTM alias Kartu Tanda mahasiswanya mas Azka yang juga merangkap sebagai kartu ATM. Dan yang bikin gemes adalah ini kali ketiga hilang selama menjadi mahasiswa. Jadi artinya, kalau KTM-nya hilang, ATMnya pun ‘hilang’. 


Kali pertama, KTM hilang di area kampus entah jatuh di mana saat mas Azka jadi bagian dokumentasi kegiatan di kampusnya. Karena terdesak kebutuhan untuk mengambil uang, mau ga mau harus ngurus KTM lagi di BAAK dan bank pengampu KTM. Dalam waktu tiga hari kerja, selesai.  


Kali kedua baru gedebag gedebug nyari KTM setelah butuh untuk beli buku. Dan tak lama, ada info di grup line jurusannya bahwa ditemukan KTM atas nama mas Azka (grup line ya mak, line, buka WAG macem kita). 


Dan kali ketiga adalah sebelum balik ke rumah, pas coronce  (Corona. Red) datang di awal-awal, saat Surabaya mencekam ada jam malam.  KTM pun hilang lagi entah di mana rimbanya. Selama di kampus hanya bermodalkan selembar surat keterangan saja tanpa ada ATM karena saat itu, kampus sudah diliburkan. 


Ketika berkumpul di rumah, nyaris itu ATM tidak pernah diisi lagi. Saya mengira masih ada bulanan masuk dari tempat freelance nya. Ternyata no rekeningnya pun mati. Dan mamaknye baru tahu beberapa bulan kemudian. Jeng jeeeng. Hahaha. 


"Okeh, ternyata perlu diingatkan lagi."


Petualangan dimulai

Beberapa bulan yang lalu, mas Azka pernah menang lomba analisis statistic tingkat nasional mewakili kampusnya, dan salah satu hadiahnya dalam bentuk uang yang ditransfer. Panitia meminta no rekeningnya atas nama pribadi. Tunggu punya tunggu ternyata dari panitia menginformasikan kalau rekening sudah tidak bisa digunakan. Karena ga mau pergi ke bank untuk cek rekening pas awal pandemi, jadilah itu hadiah kepending. Saya baru tahu beberapa hari berikutnya. #tepokjidat


Kejadian berikutnya datang saat ia mulai mengisi kelas slide yang ternyata juga dapet kadeudeuh (Hadiah. red) dari panitia penyelenggara. Lagi-lagi panitia meminta no rekening atas nama pribadi. Dan terakhir saat ia mengisi untuk kesekian kalinya kelas yang sama di kepanitiaan yang berbeda, juga minta rekening atas nama pribadi. Dan dia malah ngasih no rekening yang dulu saat SD masih gabung dengan saya. Gemes dong mamaknya yekaan. Dan kemarin klimaksnya, mas Azka butuh untuk transfer ke temennya dong. Mau bayar hutang katanya. Dia pinjemlah Mobile banking mamaknya. 


Akhirnya, mamak cuma komentar : 

“Mas, rekening yang dari SD itu mas Azka tahu kan untuk apa?”
“Hehe… oke bun, oke, aku ke bank deh ngurus rekeningku.”

Dah, gitu doang pemirsah. Jadi ke bank kah mas Azka? Jadi pemirsah. Dan alasan kenapa gercep langsung urus ke bank karena dia butuh untuk segera bayar hutang ke temennya. Berapa sih hutangnya? Ternyata ga sampai uang merah selembar. Gemes saya hilang karena bersyukur menyegerakan bayar hutang dari pada silau dengan kadeudeuh yang diterima.


BTW ya mak, jangankan si anak muda ini ya, kadang tuh kita juga memang butuh pemantik dan tetap harus diingatkan. 


Selama anak tahu tujuan atau peruntukan rekening yang atas namanya, cukup dicolek sekali. Ia paham mana untuk sekolah mana yang untuk jajan. Mana yang boleh dimanfaatkan rutin mana yang baru bisa dimanfaatkan setelah sekian bulan.


Ga lama setelah pulang dari bank, 

“De, nih, ada mi ayam bakso sama es krim coklat.”

"Waah, makasih, Maas. Mas Azka baik deh."

Masih inget kesukaan adiknya kalau habis dapet ‘gaji’. Mamaknye? Dapet juga dooong. Dapet es krim coklaat, beieb. Hahaha


Okeh, target bayar utang temannya dan urus mandiri itu rekening, selesai

Tanggung jawab untuk segera melunasi hutang temannya, selesai

Mi ayam bakso dan es krim coklat, bonus berlipat


img-1612417419.jpg


Sebelum mencapai pengelolaan finansial secara mandiri, yang perlu dikuatkan pada anak adalah mampu membedakan kebutuhan dan keinginan. Ini yang terus menerus dilatih sampai sekarang di Rumah Azkail. Berlatih bersama akan jauh lebih bermakna karena satu sama lain saling melengkapi dan mengingatkan. 


Akan lebih mantab lagi tantangannya manakala anak sudah punya penghasilan sendiri. Jadi effort yang harus kita lakukan bisa double. Ga hanya mengingatkan pengelolaan finansial mandirinya tapi juga agar selalu menjadi anak yang pandai bersyukur, ga jumawa, ga mentang-mentang. Dan paham bahwa di dalam rezeki yang kita miliki, ada hak orang lain. Dan dari mas Azka saya belajar tentang hal tersebut. 


Jadi, sudah belajar makna apa saja dari anak-anak hari ini?

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial