" Orang bijak belajar ketika mereka bisa. Orang bodoh belajar ketika mereka terpaksa.-Arthur Wellesley"
Bagaimana rasanya setelah enam bulan belajar bareng mahasiswi keren di kelas online-nya bunda sayang?
Emang apa sih enaknya jadi fasilitator online?
Ga bosen tuh belajar online selama satu semester pertama?
Itu gimana belajarnya kalau kuliah online gitu? Sama seperti perkuliahan pada umumnya?
---
Masya allah, begitu banyaknya hadist Nabi SAW yang bisa memberikan semangat kepada kita untuk terus mencari ilmu. Ilmu yang tentunya akan membawa manfaat kebaikan kepada diri dan keluarga. Selama mencari ilmu, ternyata keberkahannya tak hanya ilmu yang bertambah tetapi juga silaturahmi hingga rezeki. Dengan belajar, kita tak hanya kaya pengetahuan, namun kaya akan pengalaman dan pergaulan. Mau belajar dengan cara online seperti di institut ibu profesional atau offline. Semua punya rasa yang berbeda. Ga percaya?
Ini yang saya rasakan selama meremedialkan diri sebagai salah satu fasilitator onlinenya Institut Ibu Profesional. Plus keseruannya ada di sini nih.
Jum'at hangat adalah salah satu agenda yang paling saya tunggu selama perkuliahan berlangsung di institut ibu profesional (IIP). Dari program ini lah, kami, fasilitator dan mahasiswi mengenal lebih dalam satu sama lain. Biasanya akan dibuka dengan bercerita tentang siapa saya dan seputar aktifitas rutinnya. Masya allah, aktfitasnya para mahasiswi tuh bejibun loh. Mulai dari aktifis lingkungan, ibu rumah tangga, ahli gizi sampai pengusaha. Nah, saat seperti ini lah yang dimanfaatkan untuk bertanya dan berdiskusi tentang sesuatu yang baru buat saya. Semua orang memiliki peran yang berbeda di lingkungannya, namun mereka tetap membutuhkan ilmu untuk mendampingi keluarga, secara online.
Ada salah satu mahasiswi, beliau fokus dengan pengelolaan lingkungan. Semua dimulai dari keluarganya untuk meminimalisir sampah. Sampai kemudian berdirilah sebuah bank sampah di wilayahnya. Layaknya bank, para nasabah yang notabene adalah warga sekitar rumah, menyetorkan sampah organiknya. Ada juga petugas yang bertanggung jawab sebagai tellernya loh. Tak berhenti di pengelolaan sampah di sekitar rumah, beliau juga aktif sebagai pembicara tentang financial planner for women and kids. Sudah menjadi pembicara di banyak tempat. Menariknya, setelah beliau memutuskan resign dari tempat kerjanya, ternyata Allah memberikan ladang dakwah yang jauh lebih luas untuk beliau.
Ada lagi mahasiswi yang tinggal di desa, sinyal naik turun. Tapi jangan tanya semangatnya saat berdiskusi di kelas ya mak. Saat Jumat hangat datang, ternyata beliau memanfaatkan ilmu yang dimiliki untuk mengelola kompos dari binatang peliharaannya. Tak hanya itu, seluruh tanaman yang dimiliki pun mulai menghasilkan. Walau belum seluruhnya dikomersialkan, namun ada sesuatu yang jauh lebih berkah dan bermanfaat, tak hanya untuk keluarga tapi juga untuk oorang sekitar.
Lain lagi dengan seseorang yang memiliki keinginan kuat untuk belajar di tengah kondisi keluarganya mendapat cobaan luar biasa. Mengerjakan tantangan demi tantangan dan amanah di kelas sering terseok. Sesekali muncul di kelas. Kadang juga menghilang. Namun saya percaya bahwa beliau selalu hadir menyimak diskusi di kelas dalam diamnya. Dalam kondisi seperti itu, tak menyurutkan beliau untuk terus belajar mengelola waktu, antara di rumah dan tugas belajarnya sebagai seorang ibu.
Ada lagi salah satu mahasiswi yang bekerja di public area, beberapa kali pernah ditugaskan ke luar kota, namun tetap memiliki keinginan kuat untuk terus belajar ilmu parenting secara online. Tantangan pengelolaan waktu, lelah fisik dan wajib menuliskan tantangan, menjadi penyemangatnya untuk terus bergerak.
Pernah satu kali saya terlupa untuk agenda Jumat hangat ini karena saat itu sedang ada tamu yang tak bisa saya tinggal. Alhamdulilah Jum'at hangat tetap bisa berjalan walau tidak di hari Jum'at.
Ada banyak cara kita untuk belajar dan menimba ilmu. Di institut ibu profesional punya cara unik yang dinamis sekali. Dan ini membuat saya harus terus meng up grade diri. Banyak juga kami menggunakan beberapa media atau apalikasi yang kekinian, emak ga gaptek lagi lah minimal yekaaan. Ada beberapa aplikasi mobile yang kami gunakan untuk berdiskusi, saat rapat virtual atau melakukan banyak tantangan bersama keluarga melalui kuliah-kuliahnya. Pengunaan teknologi itu menjadi salah satu penyemangat saya untuk bisa mengimbangi anak-anak yang sudah jauh melek teknologi dari pada emaknye. Salah satunya memberanikan diri menjadi fasilitator online.
Itu baru salah satu program belajarnya kami di kelas. Yang sedikit lebih seru kenapa saya memutuskan belajar menjadi fasilitator tuh sebenarnya ada di sini ceritanya.
Shutterstock.com
Jadi, tipikal seperti apa mak kalau lagi jadi cik gu? Siap naik kelas?