Home / Artikel Eksplore Yogyakarta Yuk

Eksplore Yogyakarta Yuk

Eksplore Yogyakarta Yuk

Lokasi Wisata Pilihan

Rabu, 01 November 2023

"Kadang kita perlu datang ke tempat baru agar lebih bersyukur"


Liburan, yes! Siapa sih yang ga butuh dan ga senang dengan liburan? Saat badan dan pikiran lelah, liburan bisa membantu menaikkan imun dan hormon endorfin agar tetap waras saat kembali bekerja. Biasanya ada saja kendala saat liburan jauh-jauh hari yang sudah direncanakan tapi ga jadi berangkat. Nah, beberapa hari lalu, saya berkesempatan untuk hadir dalam perhelatan silaturahmi nasional (SILATNAS) dari salah satu organisasi mitra Kemenag. Lokasinya di kota Yogyakarta. Waah, kesempatan datang di waktu yang tepat. Tepat karena lagi butuh ganti suasana baru di luar rutinitas kerja. Langsung daftar dan mulai oret-oret bikin iternerary nya. Walau sudah beberapa kali ke Yogyakarta, tetep aja ada banyak destinasi baru yang perlu disambangi. 


Karena ini adalah perjalanan 'dinas' bersama teman-teman di organisasi, maka saya ijin dan menawarkan rencana perjalanan yang akan saya lakukan di luar acara 'kedinasan' SILATNAS. Kalau ada yang mau ikut, monggo, kalau ga ada pun ya gpp, jadi solo traveller amaan ituu, hehehe. Lah, ternyata gayung bersambut, teman-teman mau ikutan juga jalan-jalan serunya. Baiklah, ini proses perjalanan kami dari Jakarta menuju Yogyakarta.


Perjalanan pun dimulai 

Stasiun Pasar Senen-Stasiun Lempuyangan Yogyakarta

Kami berangkat bertujuh dan titik temunya di stasiun Djuanda jam 21.30 WIB. KRL Bogor-Djuanda ditempuh dalam 72 menit dan kita hanya mengeluarkan tiket sebesar Rp 6.000 aja loh. Murah, cepat, aman dan nyaman banget ya. Dari stasiun Djuanda nyambung lagi naik mobil online Rp 14.000. Oia, tiket ekonomi kereta Progo yang kami tumpangi, berangkat jam 23.00 wib dan sampai di Lempuyangan jam 07.05 wib. Harga tiketnya per orang Rp. 220.000, Murah beneran. Kalau pesen tiga bulan sebelum keberangkatan, bisa berjodoh dengan harga yang Rp 75.000 loh. Karena naik kelas ekonomi, tentu saja bantal leher harus dibawa biar ga encok. Gunakan pakaian yang nyaman, karena di kereta tuh jamnya tidur, kalau bisa tidur.


img-1698898992.jpg


Sampai Lempuyangan beneran jam 07.05 wib loh. Kereen, tepat waktu sesuai dengan janji yang tertulis di tiket. Saya langsung ke pintu keluar, janjian dengan mas-mas pegawai jasa rental mobil lepas kunci. Kami sewa yang avanza baru matic, per 12 jam nya Rp 300.000 sudah sama ongkos kirim dan jemput mobil. Selama 12 jam ke depan, kami akan memanfaatkan waktu yang ada untuk lepas penat dan berkenalan dengan Yogyakarta. Mobilnya bersih, terawat. Pastikan semua body dan lainnya di cek bareng sama pegawai rentalnya ya. Khawatir ada lecet dan lainnya yang bukan disebabkan oleh kita tapi tak nampak. Oia, karena ini sewa mobil, bensinnya cuma diisi satu bar, pemirsaaah. Hahaha, jadilah kita mampir dulu ke pom bensin.


Saoto Bathok Mbah Katro

Karena kami semua belum sarapan, kami langsung menuju saoto bathok mbah Katro lokasinya dekat candi Sambisari. Ini kali ketiga saya ke sini nih. Nampol dan selalu ngangenin untuk balik lagi. Perjalanan sekitar 25 menit dari Lempuyangan terobati dengan segarnya saoto plus suasana pagi. Saat kami datang ternyata sudah banyak sekali tamunya loh. Tenaaang, area tempatnya cukup luas, bisa milih lesehan atau duduk memanjang di kursi kayu. Terbukti, kami bertujuh langsung dapat posisi uenakk. Pastikan berbagi tugas ya saat masuk ke sini, ada yang langsung pesan makanan di pintu masuk bagian kanan depan dan ada yang langsung cari posisi duduk. Untuk makanannya terbilang murah sangad siih. Tempe goreng sreng, perkedel cuma dibandrol Rp 1.000 aja. Sate telur puyuh Rp 2.500 dan yang uedan adalah saoto bathoknya cuma Rp 6.000 cobaaa. Kalau nasi putihnya dipisah, harga saotonya jadi Rp 8.000 udah plus nasi. Ukuran untuk saya sih pas banget. Ga terlalu banyak. Ukuran batok kelapa gitu deh. Penyajiannya pun cukup cepat. Pegawainya buanyak, jadi wajar saja sih kalau sat set gitu. Yang kelaperan macem saya, segera sembuh karena makanan cepet dateng. Hahaha.


Isi saotonya tuh ada tauge, potongan imut daging sapi, daun seledri daaan masih panas loh kuahnya. Sambal ulek, kecap manis plus perasan jeruk nipisnya jangan lupa, biar makin sedeeep makannya. Untuk minuman, kami semua pesan es jeruk, harganya cuma Rp 2.500. Uwow yakaaan.  Murah, enak daaan kenyang. Jangan lupa, kalau selesai sarapan di saoto mba katro, icip-icip es cendol ireng yang dijajakan sepanjang jalan dari mbah katro ke arah Yogyakarta. Murah, semangkok cuma Rp 6.000 pakai tape putih.


img-1698900253.jpg


Perjalanan belum selesai, perut sudah kenyang, sunscreen sudah dioles daaan hari makin siang, baiklaaah, kami meluncur ke candi Prambanan. Perjalanan 20 menit dari saoto bathok menuju Prambanan terasa cepat sekali karena sepanjang jalan banyak yang menjajakan bakphia aneka merk. 


Candi Prambanan

Masuk area parkiran candi Prambanan gratis ya, Mak, tapi keluarnya dimintain Rp 15.000 untuk satu mobil. Untuk tiket masuknya sendiri tersedia dua pilihan. Mau tiket terusan Candi Prambanan-Ratu Boko atau Candi Prambanan-Candi Borobudur atau tiket reguler. Buat wisatawan dengan waktu terbatas seperti saya kemarin, pilihan terusan Prambanan-Ratu Boko bisa menjadi pilihan. Selain jarak keduanya yang dekat, harga juga jauh lebih murah. Kalau ada kesempatan ke candi, mau yang mana nih ?



Jenis Tiket

Tiket Anak

(>3 tahun) 

Tiket Dewasa

(10 tahun ke atas)

Keterangan


Domestik

Tiket Terusan                     

Tiket Terusan

Domestik

Tiket Terusan

Domestik

Tiket Terusan

Tiket 

Rp 20.000

Rp 40.000

Rp 35.000

Rp 25.000

Rp 35.000

Rp 25.000

Rp 35.000        

Rp 75.000          

Rp 40.000

Rp 85.000

Rp 75.000

Rp 50.000

Rp 75.000

Rp 50.000

Rp 75.000


Rp 120.000  

Candi Ratu Boko

Candi Prambanan-Ratu Boko

Candi Borobudur-Ratu Boko

Candi Prambanan

Candi Prambanan - Candi Borobudur

Candi Borobudur

Candi Borobudur-Prambanan atau Borobudur-Ratu Boko

Candi Borobudur hingga muncak ke Bhumisambhara atau Caitya


Candi Prambanan atau biasa dikenal masyarakat dengan candi Roro Jonggrang merupakan candi hindu termegah, terbesar dan terindah se Asia Tenggara loh. Termasuk situs warisan dunia dan diakui UNESCO yang dilindungi dunia dan tercatat sejak 1991. Memiliki 3 candi besar tinggi ramping menjulang. Khas candinya orang Hindu. Kalau ke sini , Anda wajib menggunakan tour guide ya. Ada banyak kisah menarik yang akan dibacakan dalam narasi relief yang terukir di batu di sepanjang candi. Candi Prambanan aslinya terdiri dari 240 candi besar, namun karena sempat terjadi bencana alam/gempa dan terlantar, sekarang hanya tinggal 14 candi besar saja, sisanya berserakan di sekitar candi. Terjadi upaya secara berkesinambungan untuk pemugaran dan restorasi candi. Hal ini sudah dimulai sejak tahun 1918, 1926, 1930, 1942, 1993. Tahun 1953 restorasi salah satu candinya diresmikan. Walau telah banyak batu-batuan yang dicuri, hilang atau dipakai ulang di tempat lain, pemerintah tetap merestorasi dengan batu tiruan bila minimal 75% batu asli masih ada. Bila kita melihat ada banyak sekali tumpukan batu-batu yang berserakan, itu tandanya belum ditemukan 75% batu asli, sehingga dikumpulkan di satu area candi. 

Pernah denger doong pementasan sendratari Ramayana di Prambanan? Ya, pagelaran ini dimulai sejak tahun 1961 di pelataran candi Prambanan. Sendratari yang mengkisahkan tentang Ramayana ini biasanya diadakan saat bulan purnama dengan bantuan pencahayaan yang cantik, pagelaran ini makin epic menceritakan kisah dongeng rakyat. Pengen juga loh ikut menyaksikan pagelaran ini. Tiketnya mulai dari Rp 150.000 sampai Rp 450.000. Mau yang indoor atau outdoor/openspace, bisa menjadi pilihan.

Candi Plaosan
Tak jauh dari komplek candi prambanan, terdapat candi-candi lain yang ukurannya agak kecil, seperti candi plaosan, candi sewu, candi baron dan lainnya. Jadi kalau sudah sampai candi Prambanan, ga afdhol rasanya kalau ga mlipir ke candi-candi kecil dekat komplek Prambanan. Jaraknya hanya menghabiskan sekitar 5-10 menitan saja antar candi. Biaya masuknya pun murah , mulai Rp 5.000 aja.

img-1698908708.jpg


Keraton Yogyakarta
Belum lengkap rasanya kalau berkunjung ke Yogyakarta tapi kita belum menginjakkan kaki ke keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Menikmati aura jaman dahulu ala keraton, bangunan tua yang terawat, banyaknya pohon sawo kecik hingga abdi dalem yang wara wiri tanpa alas kaki dan berbaju adat jawa, menjadi pemandangan unik. Kalau ke sini, harus pinter-pinter cari tau jalan masuknya biar ga diikutin para pencari rupiah mengantarkan wisatawan menggunakan becak motor.  Kamarin itu ya, kami akhirnya memilih jalan kaki mengikuti arah atau petunjuk yang ada di sepanjang jalan menuju keraton. Ternyata, petunjuk itu membawa kami memutari perkampungan sebelah keraton, baru kemudian masuk di pintu sampingnya keraton. Oalaah, tapi bagus sih, wisatawan jadi diajak keliling mengenali kampung yang ada di situ yang beberapa rumah menjual batik dan panganan.

Tiket masuk terbilang murah, hanya Rp 15.000 per orang. Nah karena ini adalah bukti sejarah dengan luasnya area keraton, saya ga mau hanya sekedar jalan mengitari keraton tanpa mengetahui sejarah dan cerita dibalik itu semua. Maka saya sekalian minta ditemani tour guide yang memang sudah disediakan tim pengelola.  Feenya Rp 50.000 atau lebih. Puas banget sih dengan penjelasan dan cerita seru yang disampaikan tour guide itu. Setiap sudut, alat, pohon, pasir dan bangunan yang ada semua memiliki cerita dibaliknya. 

img-1698909751.jpg

Fun fakenya, saya baru tahu kalau sultan Yogya tinggal di keraton untuk kesehariannya. Duuh, kemana ajaa yaa sampe baru tahuuu. Di belakang kami berpose itu lah rumah sultan Yogya loh. Diberi tali pembatas melintas jadi pengunjung hanya bisa melihat dari kejauhan aja. Etapi ga jauh banget kook dari tempat kami berfoto. Hari itu kami dapat banyak cerita dan kisah yag banyak sekali terkait sejarah keraton Yogyakarta. Jangan lupa manfaatkan fasilitas yang disediakan selama ada di kawasan wisata ya, terutama tour guidenya.

Wisata Merapi
Masih inget dong peristiwa erupsinya gunung Merapi tahun 2006? Dan peristiwa meletusnya Merapi di 2010?  Peristiwa meletusnya 2010 merupakan salah satu letusan terbesar di Indonesia. erupsi berkali-kali hingga rangkaian letusan yang menyebabkan 300 an orang meninggal dunia, termasuk juru kunci mbah Maridjan. Sebetulnya saat menulis ini, saya masih ingat betul, 2010 saat itu sudah berada di rumah bu lek di kaki gunung Merapi yang jaraknya dari puncak sekitar 14 km. Saat itu keadaan memang mencekam. Jalanan sangat sepi, orang membawa tongkat dan sarungan seperti menjaga daerah atau rumahnya masing-masing. Masih belum faham ada apa, kami terus saja berkendara ke rumah bu lek. Makin mendekat ke area perkampungan bu lek, kami baru ngeh, kanan kiri makin tebal debu abu hingga kehitaman yang turun di kaca mobil, teras rumah hingga pepohonan tertutup debu makin tebal. Kebayang sih saat terjadi erupsi besar hingga terjadinya letusan berkali-kali, bagaimana perasaan dan suasana di perkampungan itu. Rencana menginap di rumah bu lek pun urung kami lakukan, karena rumah bu lek masuk dalam lingkaran yang harus dievakuasi. Jadi kami semua akhirnya nginep di hotel.

Mengikuti wisata efek bencana akibat proses terjadinya erupsi dan letusan Merapi, tentu saja menyayat hati. Keknye gimanaa gitu. Tapi kadang kita perlu hadir sebagai bagian dari simpati dan mengasah rasa bersyukur agar hati tak terlalu keras pada keadaan. Ada beberapa paket perjalanan yang bisa kami pilih untuk melihat dari dekat efek erupsi dan letusan Merapi.  Kami menyewa dua mobil jeep untuk tiga lokasi yang akan kami lihat. Satu jeep berisi empat penumpang dengan biaya sewa plus supir yang merangkap guide Rp 500.000. 


img-1698932894.jpg 

Berkeliling dari desa  ke desa hingga akhirnya berujung di desa terdekat dengan puncak Merapi yang hanya berjarak kurang lebih 3 KM. Desa Kaliadem, desa asri, cantik nan hijau itu kini seperti desa tak bertuan. Ada beberapa bangunan yang tinggal tiang-tiangnya saja, ada satu kawasan sekolah yang sudah tinggal pondasi dan gapura nya saja. Semua tinggal kenangan sedih yang berkali-kali diceritakan mas guide kami sepanjang jalan. 

Pemberhentian pertama ada di bunker desa Kaliadem. Sebuah bunker pertahanan yang memang dibuat pemerintah untuk proses evakuasi pertama bila terjadi bencana. Namun saat 2006 erupsi Merapi, ada dua relawan yang masuk menyelamatkan diri di bunker itu di saat semua penduduk turun gunung. Sayangnya kedua relawan itu ditemukan meninggal dunia. Bunker buatan manusia tidak bisa menahan panasnya erupsi 600 an derajat panasnya. 

img-1698936749.jpg
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
img-1698936659.jpg
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

img-1698937023.jpg
Kondisi pekan lalu dengan cuaca agak mendung, jadi Merapinya ga terlalu jelas

Perjalanan dari bunker berlanjut ke desa dibawahnya, sebuah desa yang tersisa hanya pondasi rumahnya saja. Kami diajak ke rumah mantri desa. Lokasi area pengobatannya kalau dilihat dari miniatur  rumah dan areanya, terlihat sangat besar. Tapi saat itu luluh lantah terkena erupsi. Alat-alat dapur, sepeda motor, lemari, dan perabotan lainnya masih di tata dan dipajang di dalam rumah tersebut. Bahkan tulang sapi hewan peliharaan pak mantri pun masih ada di sana. Tour guide banyak menceritakan bagaimana kondisi mencekam saat itu. Sambil sesekali menceritakan satu persatu foto-foto before after bencana yang banyak terpasang di sepanjang dinding rumah yang masih tersisa. Saat itu ra karuan rasanya. Karena saya masih teringat 2010 saat mau silaturahmi ke rumah bu lek yang jaraknya 14 km an. Lah ini hanya berjarak 4 km dari puncak Merapi. 

img-1698938018.jpg

Perjalanan sore itu ditutup dengan main air di atas jeep. Aliran sungai yang mulai mengering dijadikan salah satu pilihan wisata bagi pengunjung. Jangan tanya gimana serunya ya naik jeep trus jeepnya nyebur ke dalam kubangan air sungai mengalir. Ga cuma basah, tapi kuyup.

img-1698938652.jpg

Walau waktu yang terbatas, pengalaman seru tetap bisa dirasakan. Tiga jam berada di wisata Merapi terbayarkan dengan cerita dibalik bangunan dan ilalang yang tertinggal.

House of Raminten
Selesai wisata Merapi, kami bersiap turun gunung sudah dalam kondisi lapar. Tak jauh dari area wisata, masih di jalan Kaliurang, ada House of Raminten loh. Area rumah makannya luas banget. banyak pilihan area duduk. Mau lesehan, duduk di kursi kayu jadul, di taman pakai kursi taman yang panjang di bawah pohon, juga boleeeh. Saat masuk ke House of Raminten ini, pengunjung sudah dipertemukan dengan suasana jawa banget. Ornamen jawa, musik hingga pramusajinya semua menggunakan pakaian jawa. Bagian depan sudah ada spot foto unik. Jangan tanya bagian dalamnya ya, mak. Banyak banget spot foto yang bisa dimanfaatkan.

img-1698940321.jpg

Menu makanannya  pun jawa banget. Mulai dari rawon, gudeg minuman hangat seperti wedang ronde, paket teh poci dengan gula batu sampai snack unik ala Raminten. Harganya kalau di jl Kaliurang ini sedikit lebih mahal dari yang di pusat kota Yogya. Saya milih menu rawon, karena habis basah-basahan dingin, perlu makan yang hangat. Mmm... pantas saja harganya sedikit berbeda, platingnya pakai piring cantik. Walau penataannya makanannya 'biasa' aja, tapi rasanya uennak, rawon beneran.

img-1698940137.jpg 

Jadi, kemana ya kalau nanti ke Yogyakarta lagi?

 Sumber : 

1. https://prambanan.slemankab.go.id/candi-prambanan/ 

2. https://www.kompas.id/baca/nusantara/2021/06/14/misteri-erupsi-gunung-merapi-2006 

3. https://www.merdeka.com/jateng/sejarah-letusan-merapi-2010-sebabkan-ratusan-orang-meninggal-termasuk-juru-kunci.html 

Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial