Home / Artikel Cara Mengevaluasi Diri Sendiri

Cara Mengevaluasi Diri Sendiri

Cara Mengevaluasi Diri Sendiri

Komunitas Ibu Profesional

Senin, 01 Maret 2021

Kalau kata seorang penulis yang bernama Weston H. Agor, membuat kesalahan berarti kita sedang belajar lebih cepat. 

Merasakan kesalahan dalam sebuah proses kehidupan itu wajar. Ga mungkin jalan hidup akan lurus-lurus aja tanpa rintangan dan gejolak. Justru akan lebih nggregetnya dapet itu kalau banyak tikungan, belokan, gajrutan di tengah hujan deras. Kita akan belajar banyak untuk menikmati, merasakan dan menemukan solusi dari tantangan yang datang. Rosulallah yang sudah jelas-jelas dijamin masuk surga aja banyak sekali menghadapi ujian dari Allah. Apalagi kita. Yang ga wajar itu kalau sudah melakukan kesalahan, merasa baik-baik saja, ga introspeksi diri dan ga mau belajar memperbaiki dari kesalahan itu.  Udah gitu, malah nyalahin keadaan, nyalahin orang lain. Mahluk aneh kalau menurut saya. Hehehe.


img-1614610411.jpg

Sumber foto : unsplash.com 


Dalam islam dikenal dengan sebutan muhasabah diri. Yang bermakna sebuah upaya untuk melakukan introspeksi dan evaluasi pada diri sendiri saat menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Dalam al quran surat al Hasyr:18 dijelaskan agar kita selalu bertaqwa kepada Allah SWT dan hendaknya, setiap kita memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (akhirat). Semua kegiatan yang kita lakukan harus bermuara pada akhirat. Penguncian terbaik dalam diri seorang manusia adalah dengan agamanya. Dimulai dengan mengevaluasi diri. Apakah semakin taat pada perintahNya? Apakah justru aktivitas yang kita lakukan itu malah mendahulukan kepentingan duniawi semata? Malah menjauhkan dari tujuan hidup sesungguhnya?


img-1614610626.jpg

Dok. Pribadi


Di setiap proses belajar yang saya ikuti di Institut Ibu Profesional, dikenal istilah False Celebration atau merayakan kesalahan. What? Kesalahan kok perlu dirayakan? Menarik memang.


Yang pertama menggelitik itu karena tidak setiap kita merasa apa yang sudah kita lakukan itu bukan merupakan sebuah kesalahan. Jadi mungkin merasa cukup aman dalam prosesnya. Kita belum terbiasa merutinkan untuk mengevaluasi apa yang telah terjadi pada kehidupan kita. Apa yang sudah baik dan mana yang perlu diperbaiki lagi. Tapi tahukan mak, kita akan menemukan insight keren selama muhasabah diri. Ketika kita berada dalam satu tahapan sudah mau merefleksikan diri, mau mengintrospeksi diri, berkenan membuka hati dan pikiran untuk muhasabah, wuaah, akan banyak sekali menemukan harta karun terpendam. Pelan pelan akan terkuak dengan proses latihan kita mengevaluasi diri secara rutin


Kita akan menemukan bahwa ternyata selama ini aktivitas yang kita lakukan jauh panggang dari api. Apa yang pernah kita impikan ternyata masih sangat jauh. Dan baru disadari saat mulai belajar muhasabah diri secara rutin. Akan datang masa di mana kita merasa sangat kecil dan kerdil. Betapa bodohnya diri ini manakala kita mengetahui beberapa kesalahan yang diperbuat setelah beberapa hari berikutnya. Itu pun mungkin setelah orang lain yang mengingatkan kita, bukan berangkat dari diri sendiri. Ini artinya, diri kita belum peka terhadap kondisi tertentu. Dan muhasabah diri adalah bagian yang paling ‘mudah’ untuk melatih kepekaan itu.


Bila dalam diri kita sudah mulai terbiasa dengan mengevaluasi dan memperbaiki diri secara rutin, maka saat bekerja sama dengan orang lain, kita mudah untuk beradaptasi. Di program Bunda Produktif ini saya banyak sekali melatih rasa kepekaan dalam diri terhadap lingkungan terdekat. alah satu proses yang saya alami adalah mengenal untuk belajar dari kesalahan yang dirasakan sendiri. Apa saja kesalahan yang pernah saya lakukan, catat. Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi? Apa yang sudah baik selama ini? Dan bagaimana solusi untuk menjadi lebih baik lagi berkaca dari kesalahan sebelumnya. 


Cara kita mengevaluasi diri itu banyak sekali cara dan macamnya. Temukan cara yang sesuai dengan gaya Anda sendiri saat berkontemplasi. Berikut ini salah satu yang bisa dilakukan setiap hari. 

1. Refleksi sebelum tidur

Saya masih melakukan ini sampai sekarang. Setiap raga sudah siap untuk tidur, saat rebahan, kepala saya mulai mereka ulang adegan-adegan aktivitas di hari itu. Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Apa yang mengganjal. Apa yang bisa menaikkan emosi. Apakah berkaitan dengan keluarga atau pekerjaan. Semua saya reka ulang dalam ingatan. Dan dari kebiasaan ini kemudian dikunci dengan mohon ampun pada Sang Maha Pengampun. Biasanya dalam kondisi seperti ini, pikiran kita sudah berada dalam ambang rileks. Membaca doa-doa yang disarankan dibaca sebelum tidur pun harus segera dimulai. Karena kondisi siap tidur seperti ini, bisa dibarengi dengan bacaan istighfar hingga tertidur itu nikmat tiada banding.


Inilah yang biasa Rosul lakukan sebelum tidur:

a. berwudlu

b. posisi badan miring ke kanan

c. membaca tiga surat pendek. Al Falaq, Al Ikhlash dan an Naas sambil menyatukan teapak tangan dan mengusapnya ke seluruh tubuh tiga kali.


2. Mencatat

Buat teman-teman yang terbiasa mencatat semacam to do list, bisa melanjutkan dengan melihat to do list tadi dan menuliskan apa yang musti diperbaiki esok hari dalam to do list itu. Bila rutinitas harian terasa berat, bisa mingguan kok. Sesuaikan saja. Dan inilah yang bisa dilakukan dengan mencatat proses kita belajar melalui catatan mingguan. Format ini berasal dari proses perkulianan di program Bunda Produktif di Institut Ibu Profesional.


img-1614610873.jpg


Itulah yang sedang saya rasakan selama berada di kota virtual dalam dua minggu ke belakang. Kesalahan yang dilakukan pribadi yang berakibat pada kerja tim menurun. Dan lucunya satu kesalahan yang saya lakukan pun juga dilakukan oleh anggota lain. Kalau saya bilang siih, ini lupa berjama'ah.

Tuliskan satu per satu tantangan yang dihadapi selama ini. Kesalahan apa yang muncul saat menjalankan tantangan itu? Bagaimana cara kita menyelesaikannya lalu apa yang akan kita perbuat kelak agar kesalahan serupa tak terjadi lagi.


Cara lain yang bisa digunakan adalah membaginya menjadi beberada kolom catatan. Tuliskan apa saja aktivitas yang perlu berhenti, yang tetap akan dijalankan  dan yang perlu dilakukan ketika aktivitas sebelumnya tak ada. Bisa seperti ini:


img-1614611559.jpg


3. Berbagi langsung kepada kaum dhuafa
ya, cara ini kalau buat saya, jauh lebih mengena dari pada berbagi melalui orang lain. Melihat, mendengar dan merasakan langsung saat kita bersama mereka itu mampu menggerakkan dan melembutkan hati. Kita melihat bagaimana keseharian mereka, mendengar ragam kisah yang mungkin kita belum pernah mendengar atau merasakannya langsung. Maka dengan sering-sering  berbagi langsung pada mereka yang membutuhkan, bisa menjadi bagian kita untuk mengevaluasi diri. Jangan selalu melihat ke atas. Karena di atas langit masih ada langit. Dan bikin leher kita capek pulak kalau terus menengadahkan ke atas, yekaaan

Ada cara lain yang biasa mamak lakukankah untuk mengevaluasi diri? 


Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial