Home / Artikel Kebiasaan ini bisa menular

Kebiasaan ini bisa menular

Kebiasaan ini bisa menular

Ailsa

Sabtu, 19 Agustus 2017

Pernah kah kita berfikir bahwa Allah menitipkan anak-anak kita itu ada ujungnya? 

Kira-kira, mengapa Allah menitipkan anak-anak pada kita sebagai orang tuanya ya?

Mengapa Allah mentakdirkan kita memiliki sekian anak?

Apa yang telah Allah siapkan untuk kita dan keluarga?


Pernahkah kita terbesit pikiran semacam itu?

Kadang, saat malam tiba, itu adalah saat yang tepat untuk introspeksi diri, saya suka merenungkan hal itu. Ada banyak hikmah mengapa kita diciptakan, mengapa kita dipasangkan dengan pendamping kita saat ini dan seterusnya. Yang perlu digaris bawahi adalah, bahwa kita melakukannya hanya semata karena Allah sayang pada kita. Allah ingin menunjukkan hikmah dari setiap peristiwa melalui jalanNnya. Kita lah yang harus menemukan jalan itu melalui petunjuk al quran dan sunnahnya. Sebagai orang tua, maka belajar tanpa henti itu sudah hal wajib dalam membersamai anak.


Beberapa tahun belakangan, saya dibuat banyak sekali kejutan-kejutan bahagia dari cah ayu. Betapa tidak, diberikan kesempatan untuk menjaga, merawat dan memberikan pendidikan agama yang terbaik itu suatu anugrah. Karena, hanya doa anak sholih sholihah lah yang mengalir dan sampai pada kita bukan?. Maka menjadikannya sholih dan sholihah sudah menjadi hal yang wajib bagi kita, orang tua. 


Kadang, kebiasaan baik itu muncul dari sedikit paksaan yang terukur dan terarah. Betapa teknologi saat ini sangat mampu meracuni kebiasaan dan pola hubungan kita dengan Allah. Waktu yang terbuang percuma nyaris hanya di depan leptop dan bersama gadget menjadi perhatian kami. Itu yang kemudian menjadi titik awal kegelisahan kami, saya dan suami. Mencari atau mungkin menciptakan lingkungan yang baik pun menjadi prioritas utama dalam menyekolahkan anak-anak. Hingga kemudian sekolah pilihan tiga tahun lalu membantu kami membentuk kebiasaan baik yang baru. Ini yang terjadi pada cah ayu kami. Kebiasaan yang konsisten hingga saat ini, yaitu membaca al quran setiap hari kapan dan di mana saja . Ini yang membuat kami malu dan berkaca pada diri sendiri. Saat menginap di rumah saudara atau eyang nya, kebiasan ini tidak pernah ditinggalkan. Bila ditanya mengapa ia membaca al quran setiap saat, maka jawabannya bisa membuat wajah saya memerah, ' karena hanya al quran yang bisa melindungi kita nanti di hari qiamat, Bund. Dan aku juga kepingin ngasih mahkota untuk ayah sama bunda nanti di sana.' Itulah sebabnya ia rajin muroja'ah (mengulang-ulang hafalan) dan menambah setoran hafalan alqurannya setelah tilawah harian. Ah, kami malu.


Mungkin, Allah memang menitipkan cah ayu pada kami agar kami tak pernah lupa, bahwa dari mereka lah kami belajar untuk konsisten pada kebiasaan baik, yaitu untuk selalu dekat dengan al quran. Kebiasan ini juga telah menulari kami semua di rumah. Minimal rasa malu bila saat ia tilawah, kami sedang asyik dengan gadget masing-masing. Lalu akhirnya mulai ikut tilawah masing-masing.


Karena kebaikan itu menular, bertumbuh dan berkembang.

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial