Home / Artikel Serunya Mengelola Finansial Bersama Anak Muda

Serunya Mengelola Finansial Bersama Anak Muda

Serunya Mengelola Finansial Bersama Anak Muda

Azka

Kamis, 04 Februari 2021

Hati-hatilah dengan pengeluaran kecil. Karena keretakan kecil dapat menenggelamkan kapal besar.
Benjamin Franklin


Pernah merasakan kebocoran kecil dalam arus kas rumah tangga kah?

Seberapa sering kita membeli sesuatu di luar rencana pengeluaran?

Pernahkah merasakan keuangan yang kembang kempis saat di tengah bulan?

Bagaimana mengenalkan finansial pada anak?

Bagaimana cara anak muda sekarang mengelola finansialnya ya?

Apa yang saya pelajari dalam mengelola keuangan ala anak muda ini ?

---

Mungkin ada di antara teman-teman yang pernah merasakan seperti yang saya tanyakan di atas. Rungsing saat tengah bulan keadaan dompet mulai menipis. Jangankan mau mengenalkan pada anak soal pengelolaan finansial, lah kitanya sendiri masih tambal sulam soal keuangan. Atau justru belajar dari keadaan kita sekarang, teman-teman makin bersemangat untuk memperbaiki kondisi pengelolaan finansial agar suatu hari, anak-anak akan melihat dan merasakan perubahan yang terjadi. 


Banyak cara yang bisa dilakukan orang tua dalam mengenalkan bagaimana mengelola finansial sejak dini pada anak. Namun sebelum bergerak pada bagaimana, saya lebih suka mengenalkan mengapa dan apa terlebih dahulu pada anak.


Mengapa anak perlu dikenalkan literasi finansial sejak dini.

Apa sih literasi finansial untuk anak itu?

Apa bedanya kebutuhan dan keinginan?


Nah, setelah kita tahu jawaban tentang mengapa dan apa, baru kemudian masuk pada bagaimana caranya kita mengenalkan pada anak.


Sebelum mengenalkan finansial pada anak, sebaiknya anak selesai dulu dalam stimulus matematika dasarnya. Karena finansial itu sangat dekat dengan pemahaman dan konsep matematika. Pemahaman konsep yang konkret harus selesai di usia 0-6 tahun. Kebetulan saya lagi ikutan main di pantai Bentang Petualang yang sedang mendiskusikan konsep dasar matematika asyik. Kalau sebelumnya ikutan tanpa diceritakan di medsos, kali ini saya ingin berbagi agar menjadi catatan perbaikan dan pengingat diri untuk lebih baik lagi.


Nah, di pantai itu tuh, banyak sekali contoh yang diberikan. Lalu ingatan saya terbayang 17 tahun yang lalu saat main sama Azkail. Saat lagi di dapur, di ruang tamu, di teras bahkan di mobil pun banyak pembelajaran kongkret yang bisa dimainkan bareng anak-anak.


Ada kah yang bisa memberikan contoh permainan keseharian yang mengenalkan konsep kongkret ke anak? Silahkan dicari tahu ya temaan, karena diluaran sana banyak sekali contoh dan penjabaran yang bisa dimanfaatkan dan dipraktekkan tentu saja. Hehehe. 


Azka dan Ailsa sudah diberikan tanggung jawab untuk mengelola uangnya sendiri sejak mereka SD kelas 4. Saat konsep abstrak sudah mulai dipahami terkait matematika. Dimulai dari uang jajan yang saya berikan tiga hari sekali dengan angka yang disepakati bersama. Indikator keberhasilannya diajukan oleh anak-anak sendiri. Apa tujuan mereka mengelola uang ‘sebanyak’ itu?. Mereka sendiri yang menentukan titik terbaiknya.


Saya ingat saat itu untuk Ailsa, cuma pengen punya dompet yang ada uangnya. Bukan dompet kosongan gitu. Sesederhana itu ya. Hahaha. Saya sih seneng aja. Karena kalau dompet ada uangnya kan artinya dia harus membatasi keinginannya untuk beli ini itu. Lain lagi dengan mas Azka, dia mau beli kartu bergambar, lalu kartu itu mau dia jual ke temen-temennya. Saat menyampaikan tujuan ini, saya iseng tanya, 


“Kenapa ga pinjem uang ayah aja, Mas.” 

Lalu mas Azka jawab, 

“Kalau pinjam, harus dikembalikan, artinya, uangku nanti akan berkurang.” Hahaha. 


Okeh beieb, sepakat tentang indikator. Lalu obrolan berlanjut mau berapa lama dan reward apa yang mereka butuhkan bila tercapai dalam sekian waktu itu. Ssttt… termasuk bila di tengah jalan, uang sudah habis, ga boleh minta sama ayah bunda. Mereka sepakat dengan reward pencapaiannya minta sesuatu. 


Nah, ada cerita menarik nih selama Azkail berlatih mengelola uang jajannya sendiri. Ada kondisi di titik tertentu, mereka kehabisan uang di hari kedua. Pas eyangnya datang ke rumah. Wuiiih, pemirsah, tahu apa yang mereka lakukan? 


“Eyang… mau mas Azka pijetin ga?”

“Mau doong. Tapi yang enak yaa.”

“Oke, yang, tapi 15 menitnya 10 ribu ya.”


Hahaha...eyang mana yang ga sayang sama cucunya, pemirsaah. Bisa nebak ga kira-kira eyang ngasihnya berapa? Apa dikasih 10 ribu selembar? Yes, dikasih lebih laaah yaa. Duh, ini yang saya kurang mengantisipasi nih. Hahaha 


Lanjut yaa...

Baiklah, ternyata, bagian dari proses mengelola keuangan itu sepertinya membekas di azkail. Ini saya rasakan saat mereka kuliah sekarang. Anak milenial itu identik dengan teknologi. Maka si sulung yang emang demen banget ama angka, kalau ngomong base on data dan bisa menganalisa berdasarkan data yang dimiliki ini kemudian muncul.


Berupa apa emangnya? Di titik ini saya banyak belajar dari mas Azka terkait pengelolaan keuangan yang rijit dan tersusun rapih hingga akhirnya data terbaca. Ya Allah, anak statistik banget dah kalau mamak baca lapooran bulanannya.


Mas Azka itu mengunduh sebuah aplikasi gratis awalnya, tapi karena butuh, akhirnya dia beli yang premium. Dan aplikasi keuangan itulah yang sering dibagikan dan dilaporkan ke grup Azkail. Macem laporan akhir bulan itu uang kepake kemana aja, untuk apa aja dan sisa berapa gituu, maak. Cekitdot:


img-1612535843.jpg        img-1612535903.jpg



img-1612535959.jpg        img-1612535990.jpg


Ada yang pernah unduh aplikasi ini kah? Ngebantu banget yaa?


Setelah data dari aplikasi ini dikirimkan pada kami, tak lama pasti muncul sebuah grafik pemakaian dan penjelasan analisanya. Hahaha. Emang jadi enak banget dibacanya sih bagi orang visual kayak saya yang ga suka berlama-lama dengan angka. Seolah tahu mamaknya lebih suka lihat yang warna warni pada gambar dari pada deretan garis kotak-kotak di excel berupa angka Maka grafik menjadi pesonanya untuk mendapatkan uang bulanan berikutnya lebih beberapa lembar. Hahaha.


Kejadian ini berlangsung hingga sekarang. Yang gini nih yang bikin mamak tutup muka. Ya Allah, ni anak bisa kek gini, kenapa mamaknya kalau megang uang percaya aja gitu keluar masuknya. Nanti pasti Allah ganti dengan rezeki berlipat. Selalu gitu. Iya seeh, bettul, tapi tetap perlu kontrol dan terrencana, Esmeraldaaaa. Dan ini saya belajar langsung sama mas Azka. Duh, berasa dapet mata kuliah 10 SKS kalau kek gini tuuh. Kegaplok bolak balik yeuh.


Dan ga berhenti sampai soal pelaporan, pemirsah. Hari ini saya ke Depok disupiri mas Azka yekaaan. Trus lihat di indikator bahan bakar mobil sebelum berangkat. Tak pake lama langsung itu analisa soal bahan bakar pun meluncur bak jalan tol nan mulus di Jagorawi. 


“Bun, ini mobil irit banget loh Bun. Beneran, sesuai iklannya.”

“Ya Allah mas, ini nomer kesekian, kali mas soal bahan bakar irit. Yang pertama karena Bunda baru bisa beli yang kek gini. Mau beli Alphard ga jadi, karena garasinya kagak muat.”

“Kemaren kan tak bawa ke Pamulang dan ngisi cuma Rp 50.000, tiga bar mentok. Lah berarti untuk satu liternya untuk…*&^%$#@*&^%$#@.”


Trus dia ngoceh angka dan per kilometer gitu dah pemirsah. Diakhiri dengan mengaminkan iklan mobil, “Bener irit nih mobil.”


Jalan sama anak yang ngerti kek gini, perjalanan dompet insya Allah aman, Karena sangat akurat dalam mengisi bahan bakar perjalanan jauh Anda. Hahaha.


harikedua

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial