Sekolah Alam Bogor Dari Masa ke Masa

Cerita Emak
Kamis, 18 Juni 2020"Kita tidak bisa mengubah arah angin tapi kita bisa memanfaatkannya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik."
Tahun ini adalah tahun ke 14 saya bergabung di Sekolah Alam Bogor. Bagai naik roller coaster saat menikmati proses belajar dan keseruan bersama tumbuhnya sekolah hingga sekarang. Saya menikmati perubahan demi perubahan yang terjadi. Termasuk perubahan saksi bisu sudut dan ruang yang ada. Peristiwa demi peristiwa saya mencoba merangkumnya dalam sebuah gambar untuk selalu diingat bahwa saya pernah ada di sudut itu untuk menjadi saya yang sekarang. Selamat mengikuti perjalanan dari masa ke masa bersama saya ya.
1. Di sinilah kisah bermula
Saya tahu informasi tentang Sekolah Alam Bogor (SAB) dari suami yang menceritakan bahwa saat itu pak Husnan, temannya paksu di Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB), yang sedang merintis sebuah sekolah. Sekolah unik yang memiliki konsep yang mungkin sesuai dengan visi kami. Lalu berkunjunglah kami berdua ke sekolah itu dan berdiskusi langsung dengan beliau tentang SAB lebih jauh. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk datang kembali, sendiri, untuk melihat dan merasakan apa yang telah didiskusikan dengan pak Husnan.
Pagi itu jam dinding menunjukkan pukul 10.30 WIB, saya bersiap menuju sekolah alam bogor di bilangan Bogor Utara. Tahun 2006, saatnya kami mencari partner pendidikan untuk Azka yang bersiap masuk SD dan Ailsa yang bersiap masuk ke TK A. Saat mencari partner sekolah, saya banyak sekali mendapatkan saran bagaimana caranya menemukan sekolah yang sesuai dengan visi keluarga di buku ini Isi bukunya bagus dan cocok bagi Anda yang sedang memilih sekolah untuk buah hati. Diulas juga sama kak seto terkait apa yang perlu diperhatikan saat anak siap memasuki lingkungan yang lebih luas di luar keluarganya. Ini penting baik dari kaca mata orang tua juga pihak lembaga dalam bekerja sama mendidik anak-anak. Karena tak ada sekolah atau lembaga pendidikan yang 100 % sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Tapi sebagai orang tua memiliki diharapkan memiliki persiapan lain yang banyak sekali disarankan oleh buku ini.
Saat itu pintu utamanya berada di jalan pangeran sogiri persis di pinggir jalan sebrang dan kok ya pas banget pengkolan letter S gitu. Ngeri-ngeri sedap juga masuk ke sekolah yang lokasi masuknya seperti itu. Hahaha. Tak lama saya disambut seorang guru di depan rumah bercat hijau yang menjadi ruang kantor. Setelah menyampaikan maksud bahwa saya ingin melihat sekolah saat jam istirahat, guru itu mempersilahkan saya untuk masuk ke area sekolah. Jembatan kecil fenomenal saya lewati menuju area saung dan kolam pasir.
Foto : TP Dewi
Lahan yang ada saat itu terdiri dari lima saung bambu dan satu saung kayu berukuran besar. Kolam pasir tanpa atap persis ada di tengah saung-saung. Sebagian besar anak-anak sedang bermain di situ. Saya menikmati pemandangan siang nan terik dari sudut saung playgroup. Akhirnya setelah datang untuk kali ketiga, saya memutuskan untuk mendaftarkan Azkail ke sekolah alam bogor. Satu bulan setelah mendapat kepastian Azkail diterima, giliran saya melamar menjadi fasilitator. Dan siapa yang mengira kalau ternyata saung bundar di kiri foto di bawah ini, menjadi playground pertama saya sebagai fasilitator utama di TKA.


























Bergeser sedikit dari lapangan flamboyan, ada jembatan kayu pun menjadi saksi, saksi saat saya mau jatuh karena licin pas ujan-ujanan. Hahaha

























Jangan takut akan perubahan. Kita mungkin akan kehilangan sesuatu yang baik.
Estu
nice share.. saya jd tahu SAB di masa yg lalu. semoga SAB selalu bertumbuh kembang🙏
Admin
Terima kasih pak estu. Saya ijin comot jepretannya yaaa :)