Home / Artikel 17 Cara berkomunikasi dengan remaja

17 Cara berkomunikasi dengan remaja

17 Cara berkomunikasi dengan remaja

Parenting

Kamis, 30 November 2017

Day-8 Bertanyalah Pada Waktunya


Anak-anak usia remaja merupakan sosok dewasa baru yang sedang menunjukkan 'kuasa'nya akan sesuatu. Ada masa di mana kami tidak bisa lagi mengajaknya pergi 'begitu saja' di hari Sabtu atau Minggu. Mereka sudah memiliki jadwalnya sendiri. Jadi harus jauh-jauh hari diskusi terkait jadwal. Nah, untuk yang seperti ini, biasanya kami memiliki kalender keluarga tersendiri yang kami tulis di papan keluarga. Semua anggota keluarga wajib menuliskan kegiatannya dalam sebulan berjalan dan sebulan ke depan. Jadi kita semua tahu masing-masing kegiatan. 


Atau saat memasuki kamarnya, ada saat di mana mereka ingin hanya berdiam diri di kamar menghabiskan waktu hanya leyeh-leyeh di atas tempat tidur sambil membaca buku dan lainnya, sendiri. Kalau sudah seperti ini, kami biasanya 'membiarkan'. Ya, mereka pun sama seperti kita, mak, butuh ruang dan waktu privasinya sendiri tanpa gangguan apapun. Kalau sudah selesai, mereka akan keluar sendiri kok. Biasanya kalau anak-anak sudah terlalu lama di kamar, terutama kalau sudah pegang HP, saya memancingnya dengan kudapan yang mereka sukai.  Saat mereka keluar seperti ini, jangan pernah tanya apa yang mereka lakukan di kamar ya mak. Bakal balik lagi ke kamar deh. Lihat bahasa tubuhnya saat keluar kamar, apakah ia siap dan sedang enak untuk diajak berkomunikasi atau malah BT saat keluar kamar.


Tak hanya itu, perubahan bahasa tubuh dan cara bicara juga bisa menjadi indikasi anak-anak remaja butuh sesuatu yang baru. Kadang hanya capek, butuh istirahat yang tidak melakukan apapun. Atau memang saat itu sedang ada masalah. Nah, kalau ini terjadi, pandai-pandailah kita membaca situasi. Kalau diawal percakapan, biasanya saya lebih memilih kalimat tertutup. "Dek, mau es krim ga?", "Mas, makan bakso yuk."


Dan ini kejadian kemarin sore, sudah tiga hari ini cah ayu selalu pulang tepat waktu. Emak bingung anak pulang tepat waktu, pulang agak sorean dikit juga bingung, dasar mamak-mamak ya...hahaha. Karena ga biasanya ia pulang sendiri, ga bareng kakaknya. Kalaupun pulang sore karena sambil mengerjakan projek di sekolahnya baru pulang. Lah tiga hari belakangan ini, cah ayu selalu pulang siang. Dan selalu sebelum pulang, ia WA, "Bunda ada di rumah kan sekarang?" Seolah-olah butuh teman di rumah. Biasanya, sendiri pun ga masalah kalau pulang cepat. Tentu saya senang karena cah ayu pulang lebih cepat dari biasanya. Karena di kepala saya, kalau pulang tepat waktu itu, anak bisa istirahat di rumah dan bisa bersiap mengerjakan projeknya bareng saya. Kebetulan projek individunya sedang kami kerjakan berdua. 


Hari pertama dan kedua, saya masih biasa saja, masih beranggapan, oh memang mau pulang cepat kok, toh sampai rumah juga leyeh-leyeh baca buku dan main hape lalu tidur. Namun di hari ketiga, emak mulai kepo, khawatir ada kejadian yang terlewat. Sore setelah saya beres urusan publik, saya WA di grup ngajak makan bakso kesukaannya. Sudah lama kami ga makan bakso bareng-bareng, berharap ini bisa menjadi pembuka komunikasi. Singkat cerita, saya dibilang lebay en de bla en de bla en de bla karena mengira kalau cah ayu apa sedang bermasalah dengan temannya atau yang lain sehingga dia memilih pulang cepat, hhahaha. Mak, tahu kenapa ia pengen pulang cepat? karena ia ga mau gabut di sekolah. Hahaha. Saya harus menunggu hari ketiga untuk mengetahui jawabannya mengapa ia pulang selalu tepat waktu. Dua hari ke belakang saya ga berani menyinggung hal ini, karena bahasa tubuhnya sedang tidak mau diajak berkomunikasi. Jadi saya belajar menahan diri. Namun tetep ya, perasaan seorang ibu melihat ada yang tidak biasa, hati tergerak untuk bertanya. 


Dan saya mendapatkan pelajaran tambahan, bertanyalah pada waktu yang tepat, maka semua cerita akan mengalir seperti yang kita inginkan. Plus belajar menahan diri sampai bahasa tubuhnya siap berkomunikasi utuh bersama kita.

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar

Jejaring Sosial